8. Khawatir

108 25 2
                                    

13 Mei
Stasiun Radio 96.1 Daydream FM

"Seona, apa yang akan kamu lakukan setelah pulang bekerja nanti? Ayo, berkumpul bersama dengan teman-teman," ajak Sejeong.

"Entah. Aku tidak yakin. Aku belum selesai membereskan rumahku."

"Bagaimana jika kita berkumpul di rumahmu saja? Kami akan membantu bereskan semuanya."

"Aku rasa, itu bukan ide yang bagus."

"Oh? Ada apa? Apa rumahmu berhantu?"

"Bukan. Situasi di rumah sedang tidak baik. Jadi, bukan opsi yang tepat jika kalian ingin berkumpul di rumahku. Aku akan ikut pada kesempatan yang lain."

Ia mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Kurasa kamu harus menyelesaikan banyak hal, Seona."

Tentu. Sangat banyak. Aku sendiri tidak tahu berapa banyak yang harus diselesaikan. Aku hanya berbicara satu jam kepada Kak Sungjin tadi pagi. Berusaha keras membuatnya mengerti atas situasi menggemparkan di rumah kami. Setelahnya, Kak Sungjin tidak menghubungiku lagi. Tentu saja Kak Sungjin tidak menghubungiku, ponselku saja tertinggal di kamar. Aku tidak sempat mencarinya tadi pagi. Aku sangat jelas mengingatnya kalau semalam aku melempar ponsel ke segala arah di tempat tidur.

Jangankan mencari keberadaan ponselku, untuk bersiap-siap bekerja saja aku tidak sempat. Aku hanya mengenakan pakaian yang masih berada di ruang setrika. Untungnya ada beberapa pakaian di sana. Belum sempat lagi aku berdandan. Aku tidak bisa masuk ke dalam kamarku untuk mengambil semua perlengkapan. Terima kasih kepada Sejeong yang bisa aku andalkan. Ia selalu menyimpan pouch make up di laci kantor.

[Sebelumnya. Pagi hari, di rumah.]

"Seona. Seona.. Bangun."

Aku mendengar sayup-sayup suara yang memanggil namaku. Aku rasa ini sudah pagi. Mataku rasanya menolak untuk kehadiran sinar matahari yang masuk ke dalam rumah. Aku menutup mata dengan lenganku.

"Bangun, Seona. Apa kamu tidak bekerja?"

Oh, tidak! Aku terbangun dari tidur lalu segera menyadarkan diri. Aku lupa bahwa telah terjadi kejadian tidak terduga semalam. Saat ini Brian membangunkanku yang 'sengaja' tidur di sofa depan kamarku. Aku mengusap kasar wajahku karena lupa ada masalah besar yang kini sedang berada di kamar.

"Brian, apa Kak Sungjin sudah bangun? Di bawah.. Ada siapa di bawah?"

Brian mengangguk. "Dia bangun paling pertama. Kini ia sedang berada di kamarnya. Aku rasa Sungjin sedang marah. Meski hal itu tidak ditunjukkan kepadaku, yaa, kamu tahu maksudku, bukan?"

Pertama-tama aku harus bertemu dengan Kak Sungjin dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Belum sampai aku menuruni tangga, aku berbalik badan melihat kamarku. "Itu"

"Temui saja Sungjin. Aku rasa hanya kamu yang bisa memberi Sungjin pengertian. Aku akan memastikan keadaannya di kamarmu."

Thanks, Brian!

Aku segera menuruni anak tangga dengan tergesa dan perlahan menuju kamar Kak Sungjin. Aku mengetuk kamarnya. Namun, tidak ada jawaban. Membuatku menunggu untuk beberapa saat.

"Kak, ini Seona. Boleh aku masuk?"

Tidak ada jawaban lagi. Apakah Kak Sungjin akan marah besar? Kepadaku? Atau kepada Wonpil?

Tak lama pintu kamarnya terbuka. Hanya terbuka. Ada sedikit ketakutan dari dalam diriku untuk memasuki kamar Kak Sungjin. Berhubung aku tidak merasa melakukan kesalahan, aku dengan mantap memberanikan diri untuk menghadapinya dan siap menjelaskan situasi yang terjadi.

Aku melangkah memasuki kamar Kak Sungjin. Aku melihatnya yang sedang menghadap jendela, membelakangiku. Aku rasa ia sedang bersiap-siap untuk pergi. Aku melihat Brian juga sudah berpakaian rapih.

"Kak, aku ingin menyampaikan sesuatu. Boleh aku meminta waktu sebentar saja?"

Ia masih terdiam tidak ada jawaban. Aku tidak bisa membaca isi hatinya. Akan tetapi, tidak mungkin Kak Sungjin menolak permintaanku jika ia mempersilahkan aku masuk ke kamarnya, bukan begitu?

"Kak, aku minta maaf sebelumnya-"

"Kenapa kamu tidur di sofa?"

Apakah kalian tahu? Ucapan Kak Sungjin seperti pisau yang tertancap tepat di dadaku. Meski aku belum pernah merasakannya. Namun, itu terasa memilukan.

"Kalau kamu sakit dan pagi ini harus dirawat, siapa yang menjaga kamu?"

Kini Kak Sungjin berbalik badan menghadap ke arahku. Namun, aku tidak berani menatapnya.

"Seona.. Apa yang terjadi kepadamu, itu adalah tanggung jawab Kakak. Kakak harus menjaga kamu. Melihat kamu tidur di sofa dengan tidak nyaman, tanpa selimut dan bantal, apakah Kakak tega membiarkan itu terjadi padamu?"

Apakah Kak Sungjin sempat ke atas dan menemukanku terdampar di sofa?

*

Mauuu jadi adiknya Kak Sungjin 😔

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang