5. Seorang Tamu

111 25 0
                                    

Sesampainya di rumah, sekitar pukul 21.00.

"Kak, setelah ini aku langsung ke kamar saja," ijinku kepada Kak Sungjin.

"Ikutlah bergabung. Pizza ini sangat banyak untuk dimakan orang berlima."

"Besok saja. Aku tiba-tiba saja merasa lelah setelah berkeliling supermarket."

"Kalau begitu beristirahatlah."

Aku mengangguk tanda setuju dengan Kak Sungjin dan melanjutkan membereskan belanja.

"Sepertinya Wonpil sudah datang. Yaa! Siapa yang mengunci pagar rumah? Dowoon, pergilah membuka pagar untuk Wonpil." pinta Brian.

"Tidak bisakah ia memanjat pagar saja?" gerutu Dowoon.

"Cepatlah, sebelum Wonpil dicurigai sebagai stalker oleh tetangga Sungjin!"

Untung aku sudah selesai membereskan semua ini. Tersisa barang-barang milik Jae yang sengaja aku biarkan di atas meja makan. Aku rasa Jae sedang di kamar Kak Sungjin. Langsung saja aku bergegas menuju kamarku di lantai dua supaya tidak bertemu dengan Wonpil.

Aku merebahkan diri di tempat tidur. Sesungguhnya aku ingin sekali mengikuti pesta pizza di bawah. Aku turut andil memesan menu yang enak kesukaanku. Namun, aku akan merelakan pesanan itu dihabiskan oleh Jae yang begitu menyukai menu yang sama dengan pilihanku. Aku tidak boleh membebani pizza itu. Khawatir jika nantinya ia mengalami sakit perut karena ketidakrelaanku.

Sebenarnya aku belum begitu mengantuk. Hanya saja, aku menghindar untuk bertemu dengan Wonpil. Lagi pula, dia tidak akan memperdulikan keberadaanku. Aku harus bersikap baik-baik saja supaya tidak lagi terjadi hal yang demikian. Aku tidak akan lagi terhanyut dalam perasaan yang sesaat.

Park Seona, kamu pasti bisa!

*

Ketahuilah, suara tawa mereka terdengar jelas sampai ke lantai dua. Aku yang sudah bersiap untuk tidur menjadi terganggu karena suara mereka. Berharap, tidak ada tetangga yang berkunjung di larut malam ini untuk menegur. Itu sungguh situasi yang tidak nyaman.

Aku berusaha menyiasati ketidaknyamanan ini dengan memilih lagu pengiring tidur yang bisa membuatku nyaman. Aku menyambungkan pada speaker dan menaikkan suara yang sedikit lebih tinggi agar alunannya memenuhi ruangan.

Sebuah pesan!

Aku berpikir sejenak. Siapa yang mengirimkan pesan padaku di jam seperti ini?

Kim Wonpil? Ini sungguh?!


Aku terbangun dan duduk di tempat tidurku karena terkejut. Aku setengah tidak percaya Wonpil mengirmku pesan. Ayolah, baru beberapa waktu lalu aku berusaha untuk move on.

K.

Kamu sudah tidur?

Oh, tanganku yang terkutuk. Mengapa aku membuka pesan dari Wonpil!! Apa motivasiku untuk membalas pesannya? Tapi dipikir-pikir untuk apa juga dia bertanya seperti itu? Dia bukan kakakku yang rutin memeriksa keadaanku. Wonpil tidak punya hak. Huh!

Tuk.

Pesan baru darinya.

K.

Kamu sudah tidur?
Kamu belum tidur? Mengapa pesanku tidak dibalas?

Pesan itu otomatis terbaca tentunya karena aku masih membuka ruang obrolan. Aku masih mencerna isi dari pesan Wonpil sebelumnya tapi ia sudah mengirim pesan yang lainnya. Ini sangat menunjukkan aku memang menghindar dari Wonpil karena tidak membalas pesannya.

K.

Kamu sudah tidur?
Kamu belum tidur? Mengapa pesanku tidak dibalas?
Aku ingin bertemu sebentar saja jika kamu belum tidur

Tekadku untuk move on sudah sia-sia. Hal itu tidak bisa bertahan lama. Kim Wonpil adalah seseorang yang terburuk untuk membantuku berusaha untuk tidak memikirkannya.

K.

Kamu sudah tidur?
Kamu belum tidur? Mengapa pesanku tidak dibalas?
Aku ingin bertemu sebentar saja? jika kamu belum tidur

aku belum tidur
ada apa?

Aku menjawab dengan acuh. Setidaknya aku membalas pesan terlebih dulu. Entah bagaimana reaksinya, itu urusan nanti. Setelah ini aku tidak akan membuka pesan lagi agar ia mengira aku sudah tertidur. Lalu aku akan membuka esok pagi dan... WONPIL MENELFONKU. UNTUK APA?!

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang