24. Selai Cokelat

57 18 0
                                    

17 Mei.

Kali ini aku bangun lebih awal dari yang lainnya. Aku berhasil tidur nyenyak semalam agar mendapatkan pagi yang menyegarkan. Sepekan ini aku sudah melewati hari yang berat dan penuh beban. Aku tidak mengeluh, namun pikiranku dipenuhi oleh overthinking yang buruk. Sesungguhnya hal itu merugikan diriku sendiri, aku menyadari resikonya. Terkadang aku tidak bisa mengendalikan diriku. Terlebih berkaitan dengan perasaanku.

Drrt..
Sebuah pesan. Itu dari Wonpil.
Baru kali ini aku bisa dengan sangat tenang menerima pesan darinya. Aku tidak lagi banyak berspekulasi dan penuh pertimbangan dibanding sebelumnya.

K.

Jam berapa kamu berangkat bekerja?

aku tidak akan memberitahumu.

Mengapa?

agar kamu tidak menjemputku.

Kamu tidak ingin bertemu denganku?

kamu benar.

Biarkan aku yang memiliki keinginan itu.

aku berharap ini hanyalah mimpi.

Bangunlah, Seona.
Jangan membiarkan aku berharap sendirian.

Aku tersenyum saat melihat balasan pesan dari Wonpil. Mungkin jika aku melihatnya secara langsung memohon seperti ini, hatiku akan mencair seperti ice cream. Perlahan aku akan melihat sisi lain darinya. Pagi ini kurasa cukup untuk menikmati sapa manis dari Kim Wonpil. Aku tahu ini terlihat seperti kekanak-kanakan, tapi aku suka! Aku suka semua hal yang Wonpil lakukan.

·

Aku menyiapkan sarapan untuk Kak Sungjin. Tidak untuk Brian. Biasanya ia bangun paling terakhir, jadi percuma saja sarapan yang aku buat jika sudah tidak hangat. Bertepatan dengan Kak Sungjin yang baru keluar dari kamar, kurasa ia baru bangun.

"Kakak tidur jam berapa?" tanyaku sembari fokus dengan ponselku.

"Entah. Jangan masuk ke kamar Kakak karena di sana sangat berantakan sekali karena ulah Jae dan Dowoon."

Aku hanya mendengarkan ucapannya, namun tidak memberikan respon karena sedang membalas pesan dari Wonpil bersamaan membuatkan roti selai untuk Kak Sungjin.

"Seona.."

"Hm..."

"Park Seona.."

Kali ini Kak Sungjin menyentuh tanganku, "Ya? Kakak ingin menambah selai?"

Bukannya mengiyakan pertanyaanku, Kak Sungjin mengambil selai lainnya yang berada di tempat roti, "Kamu mulai melupakan bahwa Kakak tidak menyukai selai kacang, Seona."

Aku memeriksa selai yang aku pegang, benar saja! Aku telah keliru memberikan roti isi kepada Kak Sungjin. Aku seharusnya memberikannya roti isi selai coklat, bukan isi kacang.

"A-aku akan menyingkirkan selai ini," ucapku malu.

Kak Sungjin tersenyum, "Hal apa yang telah membuatmu melupakan tentang Kakak?"

Aku mematikan ponselku. Aku menutup wajahku karena malu mengakuinya.

"Kakak akan berpura-pura tidak mengetahui bahwa Wonpil yang telah membuatmu melupakan sarapan pagi ini," ledek Kak Sungjin.

"Kak! Bukan seperti itu!"

Kak Sungjin tertawa, "Ah, kakak akan merasa kesepian setelah ini. Park Seona sudah bukan adik kecil lagi."

Aku mendengus, "Aku akan selamanya menjadi Adik kecil Kakak. Jangan pernah mengatakan hal ini lagi."

Aku selalu menyukai waktu yang hangat dengannya seperti ini. Kami bercanda dan tertawa bersama. Bagaimana bisa ada yang menggantikan Kak Sungjin? Tidak satupun. Tidak akan ada. Kak Sungjin adalah seorang Kakak sekaligus sahabat terbaikku. Ia selalu ada di belakangku untuk menopang diriku agar tetap kuat. Aku berharap.

*

Kesukaan banget kalo bikin scenenya Park Bersaudara 💙

Kesukaan banget kalo bikin scenenya Park Bersaudara 💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang