51. "Bahagia."

37 11 0
                                    

[blank]

'Aku datang lagi untuk membawakan obat dari ibu. Ikuti aku, Seona!'

'Apa yang kamu lakukan di sini, Seona? Ayolah kita bermain bersama lagi~ Dowoon! Tunggu!'

'Kali ini aku tetap menjadi korban demi kamu, Seona. Mereka tidak akan menganggumu lagi.'

'Aku akan datang ke studiomu setiap saat. Bersama Seona! Ini sahabatku! Chungha~ tunggu!'

'Projek ini akan berhasil dan aku bisa mengundangmu di konserku nanti. Seona, ayo datang!'

'Jangan ada yang mengganggu tuan putriku. Aku tidak akan membiarkan kalian. Seona, ayo~'

'Kamu akan tetap di sini? Kakak tidak akan memaksakan keinginanmu. Kakak akan bergabung dengan yang lainnya. Terima kasih atas kedatanganmu.'

'Apa yang kamu lakukan di sini, Anak Manis? Bergabunglah bersama yang lainnya. Temui bahagiamu, Nak. Kakak sudah menunggu lama sekali. Jadilah kalian seorang saudara dan sahabat yang setia sampai akhir. Kembalilah, Seona.'

'Aku akan bersama Bunda. Aku di sini tenang bersama Bunda. Hanya Bunda yang melindungi aku dari apapun'

Suasana begitu haru dan semua terlihat bahagia. Senyum mereka sangat menawan. Terima kasih atas semuanya. Kalian sudah hadir untuk terakhir kalinya. Aku tidak bisa melewati batasku, aku akan pulang dengan tenang. Sampai bertemu di lain... -off.

Sentuhan hangat. Seperti aku berada di tempat yang nyaman. Seperti inikah rasanya pulang dengan tenang? Hati dan pikiranku tak lagi berat seperti sebelumnya. Mungkinkah aku sudah terlepas dari beban yang menimpaku selama ini. Bunda, aku harap bisa segera bertemu dengannya. Aku meraih sentuhan hangat itu.

"Seona.."

Genggaman itu menyadarkanku.

"Seona, bertahanlah.."

Suara itu menyadarkanku.

"Kakak di sini. Seona, sadarlah!"

Aku tidak pulang bersama Bunda. Namun Bunda mengantarku kembali kepada Kak Sungjin.

·

Aku membuka mata, mengamati setiap rinci dari pandanganku. Aku merasa lemah dan tidak bisa melakukan banyak respon. Seseorang masuk ke ruangan ini dan bergegas menghampiriku

"Seona, kamu sudah sadar? Tunggulah, Sungjin sedang bertemu dengan dokter."

Brian berbicara sangat pelan, aku tidak bisa membalasnya dengan apapun. Aku berusaha untuk menggerakan tanganku, bermaksud untuk memberi tanda kepada Brian. Namun aku merasakan tanganku tertahan karena sesuatu.

Sesuatu itu meresponku, "Seona.."

Aku melihatnya. Apakah ini khayalanku? Atau aku masih bermimpi? Ini mimpi yang indah.

"Aku senang bisa melihatmu sadar. Aku.."

Aku berusaha keras untuk menepis khayalanku. Ini sungguh kenyataan, aku melihatnya.

Jangan menangis. Aku kembali..

Aku merasakannya menggenggam erat jemariku. Ia menakup jemariku dengan kedua tangannya seraya mengucap syukur yang tiada hentinya. Ia menunduk, menutupi wajahnya yang khawatir dan bercampur haru. Dengan lemahnya, aku menyeka pipinya yang berlinang air mata. Ia menatapku, ini nyata.

Kamu bukan khayalanku.

·

5 Juni, pagi hari.

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang