Cip cip cip
Langit memancarkan mentari keseluruh penjuru. Udara menghembus angin segar bagi penikmatnya. Semua mahluk terbangun oleh bangunan alam tersebut. Dengan begitu, mereka bersiap memulai kesibukan di hari ini.
Aisyah berjalan menulusuri setiap batuan trotoar menuju pagar sekolah. Di setiap pandangannya, selalu melihat teman-teman sekolahnya turun dari mobil berkelas secara terus menerus. Mereka dibukakan pintu dengan hormat oleh supirnya, lalu yang siswi dibawakan tasnya sampai ke dalam gedung sekolah. Sebuah nonton baru bagi Aisyah, walau sebelumnya Aisyah juga dari kalangan seperti mereka.
Aisyah menyunggingkan senyum kecil. "Itu bukan sesuatu yang hebat." kakinya tetap melangkah mendekatkan gedung sekolah.
Sampailah Aisyah, tepat di depan gerbang sekolah. Tak sengaja, ia melihat Pak security yang sibuk mengatur para mobil. "Assalamualaikum, Pak."
"Eh! Waalaikumsalam, Non." sedikit kaget ada yang memberi salam padanya. Karena, selama beliau bekerja disini, belum pernah satu pun murid yang menyapa seperti Aisyah begini. "Gak diantar supir, Non?"
Aisyah menggeleng tersenyum. "Nggak Pak, saya naik angkot. Kalo gitu, mari Pak. Saya masuk dulu, ya." berjalan kembali memasuki area sekolah bersama para siswa lainnya.
Setelah beberapa meter dari gerbang sekolah, Aisyah menemukan sosok teman kelasnya walau melihat tubuh belakang saja. Aisyah tetap bersikap biasa saja dan berjalan searah seperti cowok di depannya. Tak lama kemudian, ada sesuatu yang jatuh dari tas dia. Aisyah melihat ke lantai ada gantungan tas, berbentuk lelaki berpeci. Namun, semuanya berwarna hitam polos.
"Em.. Tu-tunggu!" sorak Aisyah pada cowok itu.
Harist menoleh sebab merasa dirinya yang terpanggil dari belakang. Lalu, ia menemukan Aisyah sedang mengambil benda kecil di lantai. Setelah itu, berjalan menghampirinya.
"Punya kamukan? Tadi jatuh tanpa kamu sadar." tangan Aisyah menyodorkan pada sang pemilik.
Harist diam, tak merespon apapun setelah mendengar ucapan Aisyah. Dengan sikap yang dingin, perlahan jemarinya mengambil benda dari tangan Aisyah.
"Em." mengangguk dan menyimpan gantungan tas di saku seragamnya. Harist lanjut melangkah, meninggalkan Aisyah yang diam berdiri meratapinya dengan bingung.
"A-ah..." Aisyah agak kecewa Harist langsung pergi begitu saja. Soalnya, dia baru teringat kejadian kemarin di perpustakaan dan berniat mengucapkan kata maaf.
Hem
"Nanti lagi deh, kalo sempet." kembali melanjutkan langkahnya dan menaiki tangga menuju kelas seperti Harist.
Pelajar pertama sudah berlangsung sejam yang lalu, kini Bu Rahma sebagai wali kelas sedang mengajarkan mata pelajaran PPKN terhadap anak didiknya.
Selama perlajaran berlangsung semuanya terlihat normal dan baik-baik saja. Tetapi bila diperhatikan kembali, Aisyah terlihat sedang menyembunyikan rasa penasaran sepanjang ia mencatat penjelasan Bu Rahma.
Dalam kesibukannya menulis, Aisyah sesekali melirik teman bangkunya, Aca. Di situ, Aisyah ingin menanyakan sesuatu pada Aca mengenai seseorang yang membuatnya penasaran.
Namun, situasi dan diwaktu sekarang, belum tepat untuk mengobrol, karena menurut Aisyah sesuatu yang tidak sopan ketika guru menerangkan. Maka dari itu, Aisyah lebih baik menunggu jam istirahat yang tak lama akan tiba.
15 menit kemudian, bel berdering nyaring ke seluruh ruangan sekolah.
"Baik anak-anak, segini dulu ibu memberi materi sekaligus penjelasannya. Karna, sekarang jam ibu sudah habis, jadi kalian kerjain soal di buku paket, ya. Nanti dikumpulkan. Mengerti?" tanya Bu Rahma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswi Bercadar ✅
Teen FictionDemi berbakti dan membantu kondisi ekonomi keluarga, muslimah bercadar ini rela pindah dari pesantren favoritnya ke sekolah formal. Apa yang terjadi? Entahlah, Yang pasti, ia akan disambut oleh lingkungan baru, masalah dan perbedaan yang terjadi. T...