Tak disangka-sangka, baru jam segini, semua dagangan Aisyah ludes hanya dalam beberapa jam saja. Sekarang pun, waktu masih menunjukkan pukul 18.20 WIB. Melihat semua minumannya terjual habis, ia langsung berberes dan memutuskan pulang.
"Assalammualaikum.." Aisyah masuk rumah bersama tenaga yang sudah terkuras habis hari ini.
Aisyah langsung duduk di sofa ruang depan, sebab sudah tak kuat lagi.
Marwah yang baru ingin ke kamar mandi, kaget, ada suara Aisyah datang dari luar. Ia langsung bingung kenapa putrinya itu sudah pulang di magrib begini? Apa ada sesuatu yang terjadi?
Marwah celinguk ke ruang depan dan menemukan Aisyah yang menyender kelelahan di sofa.
"Aisyah?!" langsung menghampiri cepat. "kamu kenapa, Sayang?" panik melihat kondisi Aisyah yang terlihat kelelahan.
Mata Aisyah membuka, ngintip. Ternyata ada Ummi disampingnya sekarang.
Aisyah bangun, memposisikan duduk. Lalu, ia menapilkan senyum andalannya pada Marwah. "Dagangannya udah abis, Mi." badan Aisyah jatuh pada Marwah, memeluk, sembari melepaskan rasa letihnya.
"H-Hah?" tubuh Marwah mematung.
Angguk Aisyah di senderan dada Umminya, dengan mata terpejam. "Allah baik banget ya, Mi. Padahal.. Aisyah baru berdo'a tadi sore, terus.. Sekarang dagangannya udah gak tersisa. Aisyah jadi bingung, gimana Aisyah berterima kasih sama Allah yang gak hentinya sayang sama Aisyah." ujar sesuai dari dalam hatinya.
Marwah tersenyum bergetar mendengar ucapan putrinya barusan. Ia terharu sangat senang, serambi memeluk erat tubuh Aisyah.
Jika kalau keduanya mengetahui, yang menghabiskan adalah Harist, si cowok dingin, tetapi punya kepedulian tingkat tinggi, pasti mereka tidak akan diam, hanya untuk membalas kebaikan cowok itu. Namun, sayangnya kini, Aisyah tidak tahu dan tidak sama sekali berpikir itu adalah hasil perlakuan Harist. Sejak awal pun, Harist enggan menampakkan dirinya ketika di sekitaran toko Aisyah. Cowok itu lebih nyaman bila bertindak secara diam-diam tanpa perlu Aisyah ketahui.
~Dua minggu kemudian
Selama waktu yang terus berjalan dan sabarnya usaha para guru dan OSIS, kini, sekolah SMA Samudra sudah kembali membaik dari sebelumnya. Seluruh siswa-siswi sudah mulai terbiasa dengan segala peraturan yang dicetuskan beberapa waktu lalu. Ya, walaupun ada sesekali diantara para siswa yang ketahuan melanggar dan tidak mengikuti peraturan, mereka tetap dikenakan sanksi, tetapi, setelah dilihat secara keseluruhan sampai waktu ini, telah menunjukkan peningkatan cukup tinggi.
Lihatlah sekarang. Kini, Masjid kubah tersebut, dipenuhi oleh para manusia berseragam sekolah ataupun guru disetiap sudutnya, di kala waktu zuhur tiba. Ini memperlihatkan bahwa, hampir semua siswa mengikuti peraturan dan disiplin. Dan saat inilah, Sekolah Samudra sudah memberikan harum wanginya kembali, setelah dua tahun lamanya terkubur oleh penderitaan budaya asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswi Bercadar ✅
Teen FictionDemi berbakti dan membantu kondisi ekonomi keluarga, muslimah bercadar ini rela pindah dari pesantren favoritnya ke sekolah formal. Apa yang terjadi? Entahlah, Yang pasti, ia akan disambut oleh lingkungan baru, masalah dan perbedaan yang terjadi. T...