16| Keluarga Harist

4.5K 568 19
                                    

⚠️ Berhenti membaca apabila waktu sholat telah tiba⚠️


Klek

Kaki panjangnya berjalan masuk ke kamar, lalu menaruh tas di gantungan. Harist duduk istirahat di kasur sambil tangannya melepas ikatan dasi.

Hah

Masih tersenyum bibirnya melihat tontonan tadi.

Bruk

Tubuhnya jatuh kebelakang, menatap atap kamar. Tak bisa ditutupi, ia senang oleh kedua wanita itu yang ternyata bisa baikan juga. Harist yakin, pasti Aisyah mengeluarkan kalimat-kalimat andalannya untuk menyadarkan kejamnya otak Jessica. Rasanya, bangga sekali Harist pada wanita hijab tersebut. Sungguh, Aisyah memang wanita tipenya.

"Eh? Tipe g-gw?" membelalak matanya. "Ma-mana ada! E-emangnya gw suka dia? Heh, gak mungkin." mengambil guling memeluknya dengan memejam mata. Ia enggan mengakui hal itu.

Dreett dreet

Saku celana Harist begertar. Ada hanphonenya yang mendapat panggilan.

Call: Om Johan

Tetap berbaring, Harist menempelkan hanpone di telinga. "Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam, mas ganteng.." sahut Johan disana.

Harist menyeringit geli mendengarnya.

"Uangnya udah kekirimkan kemarin? Totalnya lima juta buat sebulan itu, ya." Johan ingin memastikan.

"Em. Udah, Om."

"terus, tadi kamu masih naik transportasi umum atau motor? Soalnya Om udah kirim uang buat bensin motor sama jajan kamu."

"Iya, Om. Harist udah pake motor lagi."

"Bagus-bagus. Om telpon kamu cuman mau mastiin aja. Sudah ya, Om mau masuk ruang meeting dulu. Assalammualaikum, mas gantengg.."

"O-om..." lagi-lagi, Johan menyebut itu. "Waalaikumsalam."

Hem

Walau begitu, senyuman Harist seketika muncul lagi, ia memeluk erat guling, mengingat betapa baiknya wanita bernama Aisyah tersebut.
















🌤
Aisyah bergerak masuk ke kelasnya pagi ini.
Matanya terus tertuju pada mejanya. Lebih tepatnya, melihati Aca yang duduk disana.

Aisyah duduk dikursi, dan melepas tas. "Hai, Ca." mencoba menyapa.

Kepala Aca menoleh kecil. Kemudian, memberi anggukan saja. Ia kembali memainkan ponsel.

Hem

"Aca.." panggil lirih Aisyah. Ia gemas, kenapa sih dengan temannya ini? Yang jadi berubah dingin padanya saja. "Kalo ada masalah ngomong dong, Ca. Ada apa? Kok gak kayak biasanya?" memegang lengan Aca, membujuknya agar berbicara.

Tangan Aca perlahan menghempas sentuhan dari Aisyah di lenganya. "Aku gak papa." geleng, dengan senyum paksanya.

Aisyah diam menatap Aca. Ia yakin, Aca bohong. Pasti ada sesuatu di balik sikapnya seperti ini.

"Ca," bersuara lagi Aisyah. "Kalo ada masalah apa-apa, jangan segan buat dateng ke aku, ya." hembus nafas Aisyah. Ia memilih mengeluarkan buku catatan karena pagi ini akan ada ulangan harian dari Pak Yusuf.

Aca jadi diam, kikuk. Ia tak berani menatap Aisyah. Hah, sekarang perasaanya campur aduk. Ia merasa bersalah, tetapi, ia sedang berusaha menjauhi Aisyah demi perjajanjian dirinya terhadap Jessica. Sudahlah, ia tak mengerti lagi.

Siswi Bercadar ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang