12| For Harist

4.7K 593 19
                                    

Pukul 20.10 🌙️

Suasana malam kini, terlihat seperti normalnya di setiap hari. Ramai, sejuk, dan damai. Cukup banyak juga orang yang berhenti di deretan toko minuman dan makanan pinggir jalan raya, yang sekedar istirahat dan nongkrong saja.

Alhamdulillah, lapak Aisyah pun sudah didatangi beberapa pembeli yang membeli minumannya.

Seiringnya waktu, wanita ini mulai terbiasa oleh kegiatan jual beli. Walaupun masih tergolong baru, Aisyah telah mendapatkan pengetahuan baru dan pengalaman yang belum pernah ia lakukan. Berinteraksi dengan pembeli yang pastinya memiliki sifat yang beragam, sungguh sesuatu yang asik baginya.

Johan dan ponakan tampannya, sedang menuju restaurant untuk makan malam bersama. Hal itu dari ajakan Johan sendiri. Ia ingin juga ngobrol-ngobrol sejenak sambil makan malam. Apalagi, posisinya bukan hanya sedekar paman saja, tetapi menjadi orang tua juga.

"Kenapa Om abis kerja langsung ngajak Harist makan?" tanya Harist. Ia tertegun ketika Johan datang ke rumah dan mengajak makan ke luar, sehabis pria itu selesai berkerja.

"Ya.. Gak papa. Lagi pula, Tante sama Langit  lagi di Bali dua hari. Di rumah jadi gak ada yang nemenin Om makan, deh." jelas Johan. "Gak keberatankan Om ajak kamu gini?" menoleh bersama alis tingginya.

Angguk sekali Harist, menandakan ia tidak keberatan oleh ajakan ini.

Seiring perjalanan, Johan diam-diam menahan tonggorakkan keringnya sejak tadi. Ia belum sempat untuk makan sore ataupun minum sedikit di kantor, saking sibuknya.

Mobil BMW Johan berhenti di persimpangan lampu merah bersama kendaraan lainnya juga.

"Om gak kuat, nih. Haus banget. Restaurannya masih agak jauh, sih." ujar Johan sambil melihat-lihat suasana di luar mobil.

Harist mendengar keluhan Johan dalam diam. Ia berpikir cara apa buat Omnya ini mendapatkan minuman.

Harist tolehkan kepala ke kaca mobil. Dan langsung saja, bola matanya tertuju ke salah satu toko minuman yang sebelumnya ia sudah kunjungi.

"Ini Mbak Vanilla creme cheese-nya." tangan Aisyah memberi dua buah gelas yang diplastiki.

"Jadi berapa ya, Mbak?"

"Rp 14.000 aja, Mbak."

Pembeli tersebut mengorek tasnya mencari uang. "Ah, ini Mbak. Terima kasih, ya."

Aisyah menerima uangnya. "Iya, Mbak. Sama-sama. Silahkan menikmati.." bersuara ramah sambil menaruh uang di mesin kasir.

Setelah itu, datang seorang Ibu seoarang diri mendatangi toko Aisyah. "Misi, Mbak."

Aisyah yang sedang mengelap meja, jadi tertoleh. "Ya?"

"Saya pesen Drak choco cheese sama Black Oreo." ucap Ibu itu, yang berpakaian tak bersih dan terlihat abis bekerja. Wajahnya pun, kotor seperti abis main tanah.

"Ah, iya." angguk Aisyah. "Silahkan bu duduk dulu." mempersilahkan Aisyah agar ibu tersebut tidak lelah berdiri karna menunggu.

"Oh, Makasih." duduk ibu itu pada kursi panjang yang dituntuk Aisyah.

Aisyah kini sibuk menuangkan bubuk-bubuk rasa minuman yang akan ia seduh bercampur dengan cairan manis lainnya. Bersama dengan itu, hati ia langsung iba melihat pembelinya yang berpenampilan seperti itu. Ya, Aisyah sudah tahu bahwa dia adalah ibu pemulung.

Tiga menit kemudian.

"Ini Bu, sudah jadi Drak choco cheese sama Black Oreo nya." walau ibu tersebut memesan dua minuman, tetapi, Aisyah membungkuskan tiga minuman. Aisyah sengaja memberikan satu gelas gratis. Ia berpikir, siapa tahu, ibunya itu akan senang jika ia diam-diam membonuskan satu buah minuman secara gratis.

Siswi Bercadar ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang