09| Peraturan baru

5.3K 617 35
                                    

Klek

Masuk-masuk kamar, langsung lempar tas sembarangan ke kasur. Seragam ditubuhnya, ia buka semua. Lalu, berjalan ke kamar mandi, sudah tak betah dengan hawa keringatnya sendiri.

Harist gosok gigi di wasstafel dengan gerakan begitu cepat.

Sesudah berkumur, lalu Harist menatapi cermin wasstafel bersama nafasnya yang naik turun. Ia terus dan terus saja berkaca sendiri, menatap fokus wajahnya sendiri.

"Ada apa sih sama gw?" mengerut, merasa aneh dengan diri sendiri.

"Haah!" tunduk kepalanya, tak mengerti lagi.

"Harist?" muncul suara Aisyah memanggil.

Sontak, mata Harist langsung membuka.

"Kamu kenapa naik angkot? Bukanya.. setiap sekolah kamu bawa motor?" itu pertanyaan Aisyah untuk Harist.

Harist membelakangkan rambutnya. "E-emang i-iya. Emangnya gak boleh?"

"Ah, ya-yaa.. Boleh. Inikan angkotan umum." balas Aisyah.

"Nah, itu tahu."

Rasa-rasanya, tindakan ia bangun lebih pagi dan menjadi kenek angkot, memang otaknya sudah tak logis lagi. Kenapa, kenapa dan kenapa.. dia berbuat begitu..?

Tidak mengerti lagi. Jujur Harist belum pernah berprilaku seperti ini. Lebih tepatnya, sebelum bertemu dengan Aisyah. Entah kenapa, pertama kali mengenal wanita itu, langsung mengingatkan dirinya pada Almarhumah Aisyah, Umminya. Makannya, kenapa pada saat hari itu, Harist pergi ke makam kedua orang tua.

Awalnya, Harist merasa biasa saja, ketika siswi pindahan itu hadir di kelasnya. Tidak ada perbedaan yang muncul. Namun, aksi Aisyah menolongnya dari serangan orang tak dikenal, membuat ia jadi melemah terhadap wanita itu. Harist juga tidak tega jika bersikap kasar terhadanya, karena wanita itu persis Umminya, ditambah.. berhati baik.

Tapi tak tahulah! sikap galak terlontar begitu saja ketika bersama Aisyah dan hatinya selalu dibuat penasaran, juga ingin rasanya lebih dekat pada Aisyah. Sudah jelas! Akhir-akhir ini, ia tertarik pada wanita berhijab tersebut dengan cara bersikap jutek agar tidak diketahui.

"Haiih..!!" gusek-gusek rambut kesal. Ia berjalan kembali untuk membersihkan diri, sekaligus menjernihkan otaknya dari segala keanehan.


Pukul 18.15

"Aamiin Ya Rabbal 'alamin." Harist mengusap wajah seusai berdoa begitu khusyuknya pada Sang Kalik, disholat Magrib ini.

Dia bangun dan mengambil sebuah kitab suci Al-quran, lalu duduk lagi di sajadah. Pekerjaan ini sudah sering ia lakukan jika tugas sekolah tidak ada.

Harist mencari halaman yang sudah ia baca sebelumnya. Ah, akhirnya dapat, tepat di surat Al-Mulk (kerajaan).

"Aa'udzu billahi minasy syaithanirrajim.. Bissmillahhirrahmaanirrahiim.." mulai terdengar suara damai darinya yang akan membaca surah tersebut.

Masih memakai mukena motif bunga, Aisyah juga sama, sedang duduk di sajadah memandangi setiap huruf-huruf hijaiyah di lembaran quran yang sedang ia baca sekarang.

Karena Aisyah dan Harist satu kelas, otomatis sama-sama tidak mempunyai tugas sekolah yang segera diselesaikan. Namun hebatnya, mereka berdua isi waktu luang tersebut dengan membaca quran di waktu yang bersamaan Magrib ini.

Selesai sudah Harist mengerjakan kewajiban lima waktu yang diakhiri sholat isya. Badannya pun, langsung melompat ke dasar kasur meluapkan rasa lelahnya.

Beberapa menit, ia rapatkan matanya disana, masih lelah.

Tok tok tok

Ketukan tiga kali barusan, datang di pintu kamar cowok ini.

Siswi Bercadar ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang