21| Merenung

3.9K 499 17
                                    

Kalian jangan baca diwaktu sholat ya. Laksanain kewajiban dulu okey❤

Panas, suanasa hati Angga membarai seluruh tubuhnnya. Sudah lima botol minuman ia habisi dalam waktu sekejap.

Mukanya basah dengan keringatnya sendiri. Sungguh, ini pertamanya Angga bisa begini. Lelah, panas, kesal dan ingin menangis tentunya. Ia sudah ditolak dimata semua siswa sekolah.

"Aduh, Ngga.. Stop stop ngapa minumnya. Udah banyak itu lu abisin lima botol. Aus apa emosi, bang?" terheran-heran Zaki, teman sebangku Angga, sekaligus dialah yang sering memisahkan pertarungan Angga dengan Harist.

Brak Brak Brak

Angga memukul meja kantin tiga kali.

Sebagian orang yang mendengar pukulan tersebut, menoleh padanya ada apa.

"Hah! Gw bingung, Ki. Apa yang buat Aisyah nolak gw coba...??" tak abis pikir Angga sambil menunjuk-nunjuk dirinya. "gw kurang apa, hah? Kata elo, gw ganteng gak? Kaya gak? Pinter gak?" bertanya-tanya pada Zaki. Menurutnya, apasih yang kurang darinya? Padahal, banyak siswi di sekolah ini yang mengantri. Banyak yang memberikan sesuatu agar mendapatkan hatinya.

"Sabar bro sabarr.. Gw paham, gw paham." elus punggung Angga menenangkan. Zaki mengerti, Angga sedang kesal-kesalnya, dimana temannya itu baru ditolak begitu saja, oleh wanita yang ia sukai.

Garuk-garuk kasar Angga pada rambut gondrongnya, berusah menghilangkan pusing.

"sebenernya, dari awal gw juga agak ragu buat bantu acara nembak elo. Kan, kita tahu Aisyah itu gimana. Dari penampilannya aja, udah keliatan bahwa dia cewek yang baik-baik. Wajar dong, kalo dia nolak karna elo ngajaknya pacaran. Tapi ya, kemarin gw nerima permintaan lo aja, karna cuman ingin membantu elo doang. Saran gw, kalo udah begini, elo iklhasin aja."

Angga diam dalam lamunan di senderan kursi, menenangkan hati dan pikiran. Ia hanya menyimak semua utaran yang Zaki berikan. Dan apa yang dikatakan Zaki, ternyata ada benarnya juga. Angga kembali tersadar, Aisyah adalah wanita yang berbeda. Ya, sangat berbeda. Dan itu, sudah cukup jadi alasan mengapa Aisyah menolak dirinya.

Angga hembus gusar, tertunduk kepala di kursi.

Zaki menepuk-nepuk pundak Angga, agar bisa bersabar.







Pukul 15.18

Sudah bel pulang, Varrel si ketua kelas, memangku buku tulis yang berjumlah semua siswa dikelas ini. Kakinya maju menghampiri secetaris.

"Ca," manggil Aca yang tengah memakai tas ingin pulang.

"Apa?" menaik alis, melihat Varrel datang kepadanya.

Aisyah memakai tas, sambil memperhatikan dua orang tersebut.

"Gw buru-buru, mau ke Rumah Sakit. Tolong ya, kumpulin ini buku terus taro di meja Bu Tika." guru Georafi tadi.

"Oh, yaudah sini." menerima sodoran buku dari tangan Varrel.

"Thank you. Sorry, Gw harus duluan."

"Iye, gak papa."

Aca dan Aisyah melihati kepergian Varrel jalan ke luar kelas.

"Aisyah..." panggil Aca dengan nada rayuan.

"Ya?"

"Follow me.." mulutnya manyun, manja.

"Ke ruang guru?"

"That's right!"

"boleh, yuk!" Aisyah keluar dari kursinya. "sini sebagian bukunya aku yang bawa." tak tega melihat tumpukan tinggi dipangkuan Aca.

Siswi Bercadar ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang