"Oh, ya? Harist juga suka azan di Masjid sekolah??" Marwah belum mengetahui hal itu.
"Em!" angguk Aisyah atas pernyataannya mengenai Harist. "Terus nih ya Mi, selama Aisyah dagang nih, Harist yang suka borong minuman. Beli sepuluh gelas.. lima belas gelas.. gitu, deh. Dia itu nyuruh pemulung, anak pengamen, biar Aisyah gak tau itu perbuatan dia. "
Duh, pintu keluar dimana ya?
Harist sudah tidak kuat menahan malunya.Aisyah terus menceritakan apapun yang Harist lakukan. Terutama dalam membantu dirinya baik itu di sekolah atau di tokonya.
"Bagaimana ya yang harus saya bales kebaikan kamu kepada Aisyah selama ini? Kamu banyak membantu, Nak Harist." kata Marwah.
"Saya pikir, Aisyah cuman punya temen cewek di sekolahnya karena dia masih berorientasi. Eh, ternyata bisa juga punya temen cowok sebaik kamu." ujar juga Adam mengusap mulut dengan tisu.
Tunduk senyum Harist, atas semua pujian-pujian yang diberikan. Dia hanya tawa-tawa malu saja, karena tak tahu lagi harus jawab apa.
10 menit kemudian.
Harist pamitan keluar rumah, seraya diantarkan Adam, Marwah, dan Aisyah.
Sudah di teras, Harist berbalik badan menghadap tuan rumah sambil memberi senyum. "Aaa.. Makasih udah diajak makan disini, Om, Tante, Aisyah. Makanannya enak-enak semua."
Marwah tawa kecil. "Alhamdulillah, kita gak kecewain kamu sebagai tamu."
"Rumahmu dimana, Harist?" tanya Adam.
"Di perumahan Puri Darma."
"Ohh.. Syukurlah tak begitu jauh."
"Em." angguk Harist. "Om, Tante, Aisyah, saya pamit, ya. aa.. ga-gak enak berlama-lama juga di sini. Aisyah juga baru selesai acara pasti kecapean."
Langsung ketawa Adam. "Loh, kamukan juga abis selesai acara sekolah."
"E-eh, iya juga." gumam Harist baru tersadar oleh dirinya sendiri.
"Kamu hati-hati di jalan.. udah mau Magrib soalnya." kata Marwah.
"Iya, Tan. Kalo gitu.. Sa-saya izin pulang. Assalammualaikum." angguk kecil sekaligus senyum ramah.
"Waalaikumsalam warahmatullah.."
Harist berjalan ke motornya di depan rumah Aisyah. Ia menaiki, pakai helm, sampai akhirnya mulai melaju. "Mari semua." ucapnya lagi.
"Ya, Hati-hati." sahut Adam, mengikuti perginya Harist yang terus semakin menjauh.
Aisyah pun melakukan hal serupa. Dengan tatapan lurus, ia memandangi pundak Harist yang masih terbalut oleh Jaz hitam.
Makasih Rist, buat semuanya.
Membuang nafas panjang.Aisyah telah berhasil meminta bantuan pada Abi dan Umminya untuk mengundang Harist makan di rumah. Hal ini, karena sebagai ungkapan terima kasihnya atas apapun yang telah Harist lakukan.
Aisyah betul-betul berterima kasih kepada cowok itu.
🌤
Setelah dua hari dari hari kelulusan, pagi ini, seorang lelaki muda sedang berada di pemakaman.
Tiga makam tersebut, jadi berubah bersih kembali, sehabis dirinya membuang dedaunan kering, sampah dan sesuatu yang merusak tiga makam keluarganya.
Memakai topi hitam serta jaket jeans, matanya terus memandang sendu batu nisan Abinya. Harist duduk di samping makam Luzman, karena dialah orang yang sangat dekat dengan dirinya dibandingkan Ummi atau adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswi Bercadar ✅
Teen FictionDemi berbakti dan membantu kondisi ekonomi keluarga, muslimah bercadar ini rela pindah dari pesantren favoritnya ke sekolah formal. Apa yang terjadi? Entahlah, Yang pasti, ia akan disambut oleh lingkungan baru, masalah dan perbedaan yang terjadi. T...