04| Terpukau

7.9K 798 6
                                    

  ⚠️ Berhenti sejenak apabila waktu sholat sudah tiba ⚠️




Seusai sholat isya, Aisyah mengunjungi kamar Marwah, Umminya. Malam ini tidak ada tugas sekolah yang harus dikerjakan. Untuk itu, Aisyah tidak memiliki kegiatan khusus.

"Assalammualaikum. Ummi.." ketuk pintu kamar Umminya.

Marwah tengah berbaring di ranjang, mendengar panggilan lembut dari sang putri. "Ma-masuk, Sayang."

Perlahan, Aisyah mendorong pintu di depannya ini. Ketika terbuka sedikit, matanya mengintip isi kamar ibunda.

"...Gak ada Abi, Mi?" berjalan masuk. Aisyah melihat Umminya tengah sendirian saja di atas ranjang.

"Nggak. Abi kamu masih di toko." balas Marwah sambil bangun dari baringnya.

Sudah seminggu yang lalu, Adam membuka sebuah toko dengan menjualkan berbagai buku. Itu semua ia lakukan tak lain untuk menafkahi keluarga yang ia miliki. Apapun musibah yang menimpa, kenapa tidak mencoba untuk bangkit? Selagi punya umur dan sehat, Adam akan terus berjuang membahagiakan keluarga kecilnya.

Aisyah duduk di ranjang meratapi wajah sang ibu yang menyita perhatiannya. "Muka Ummi kok pucet? Ummi sakit?" memegang tangan Marwah.

Marwah buang nafas panjang. "Ummi pusing aja dari tadi.." memegang kepala.

"Tapi, Ummi udah sholat isyanya?" tanya Aisyah memastikan.

"Baru saja, Sayang." senyum kecil Marwah, Aisyah begitu memperhatikan orang tuanya untuk melaksanakan kewajiban.

Tangan Aisyah mencoba melujur ke kening Umminya. "Astagfirullah!" kaget ia. Aisyah langsung menarik tanganya kembali. "Badan Ummi panas."

Marwah terdiam.

"Aisyah ambil kompres, ya?" katanya. "Kayaknya Ummi meriang, deh." melihat keadaan Marwah penuh dengan kekhawatiran.

"Uhuk! Uhuk Uhuk!" tiba-tiba Marwah batuk. "Uhuk-uhuk!"

Tubuh Aisyah bangun. "Tu-tunggu ya, Mi." mulai berlari ke dapur mengambil sesuatu.

Tak lama, Aisyah membawa handuk kecil beserta baskom yang berisi air. Ia mencemplungkan handuk ke dalam, lalu diperas dan menaruh perlahan di kening Marwah.

Aisyah duduk kembali di ranjang menatap sendu Umminya. "Ummi.. Kalo Ummi gak enak badan atau pusing, bilang ke Aisyah. Aisyah siap kok bantu Ummi, asalkan Ummi terus terang ke Aisyah." ujarnya tak tega melihat keadaan lemas Umminya begini. "Sekarang, Ummi gak usah ya cape-cape di rumah. Biar nanti Aisyah yang kerjain ini semua. Pasti rumah bakal bersih dan rapih. Percaya sama Aisyah."

Langsung muncul tawaan kecil dari Marwah.

"Ummi malah ketawa, sih." Aisyah jadi tak mengerti. Padahal ia sudah berkata serius barusan. Yah, malah terlihat lucu. Kecewa.

"Cerewetan kamu itu loh, Sayang..." ketawa lagi. "bikin Umm-- uhuk! uhuk! uhuk!" kembali batuk-batuk secara tiba-tiba.

Aisyah bergerak tak jelas, bingung berbuat apa melihat Umminya terus batuk begitu. "Aisyah ke Apotik dulu ya beli obat." azin.

Marwah yang masih batuk-batuk, menggelengkan kepala. Dirinya tak mau Aisyah sampai ke apotik hanya membeli obat untuknya. Apalagi ini sudah malam, dan dia berjalan sendirian.

"Tolong, Mi. Aisyah beli obat supaya Ummi gak batuk kayak gitu terus. Aisyah gak tega liatnya. Gak papa, ya." Aisyah berusaha memberikan kepercayaan.

Marwah diam dan membiarkan Aisyah untuk pergi.



Siswi Bercadar ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang