Sesudahnya sampai di rumah, Jessica melepas-lepas kasar syal yang ia kenakan. Kenapa di sekolah tadi ia diam saja atas perlakuan Aisyah? Kenapa ia tidak menolaknya? Bisa saja hal tersebut merupakan cara agar cewek itu bisa meluluhkan hatinya dan ia bisa menentang peringatannya.
"Ngapain sih, ah! gw pake syal beginian?! Dari anak kampungan lagi! Ih!" lempar syal membuang di kamarnya. "Tuh cewek sok bat baik lagi! Ngapain juga? Mau ngambil hati gw? Heh, gak mungkin segampang itu cewek jelata!" senyum miring, berjalan ke kamar mandi.
Selesai mandi dengan puas, Jessica jatuh ke kasur, telentang menatap langit kamar. Jessica memainkan dagunya. "Kayaknya, kalo gw biarin tuh cewek, bisa bahaya juga. Kayaknya gw harus bikin cara lagi biar dia gak nyaman di sekolah. Dan gw.. Bisa bebas deh, deketin Harist sepuasnya gak ada yang ganggu." langsung girang mukanya. "Kira-kira, cara apa ya?" berpikir, menatap langit.
Dengan berdiri di meja belajar, Byanca sedang mengeluarkan barang dari tas sekolah. Ia baru tiba di kamarnya.
Dreett dreett
Melirik ke meja belajar, di mana letak ponselnya yang kini berbunyi.
Call: Jessica
Byanca memegang dan menatap ponselnya cukup lama. Otaknya bertanya-tanya ada apa Jessica menelponnya sudah sekian lama ini mereka sudah tak lagi bersama.
"Hallo," Aca memulai.
"Hai, Ca!" suara Jessica. "Apa kabar lo? Baik gak nih?" basa-basi.
Aca berjalan ke kasurnya dan duduk di sana. "Iya, baik. Kenapa Jess?" masih bingung dan penasaran ada apa.
Langsung terdengar suara gusaran nafas Jessica di ponsel. "Ca, g-gw.. Minta maaf ya udah galak sama lo. Gw bentak-bentak lo. Gw gampang ngambekan, terus.. Gak ngajak lo gabung lagi." rasa sesalnya, terdengar begitu sedih. "Ca, lo masih mau maafin gw kan?"
Mata Aca menurun. Muncul senyum di bibirnya. "Iya, Jess. Gw maafin elo. Gw juga salah, kok. Gw malah jauhin lo dan lebih deket ke Aisyah." menunduk, memainkan jari.
Jessica tertawa kecil. "Jadi, sekarang kita baikkan kan?"
Aca tersenyum lebar. "Em." ia lega. Ternyata ada kesempatan dirinya bisa berteman dan dekat lagi dengan sahabatnya. Ia masih nyaman dan sayang dengan sahabatnya itu.
"Eemm.. Ca."
"Ya?"
"Tapi, gw boleh minta lo gak?"
"Minta apa?" alis Aca naik.
"Bisa gak lo jahuin Aisyah. Gw rasa, karna kedatangan dia di sekolah kita, udah ganggu persahabatan kita selama ini. Gw cuman gak mau ini kejadian lagi." mohon Jessica. Inilah maksud tujuannya menelopon Aca. "bisakan?"
Aca diam tertegun atas permintaan tersebut.
"Caa? Are you ok?" Jessica tidak mendengar suara Aca lagi.
"Ka-kamu be-beneran minta aku jauhin Aisyah?" tanya Aca.
"Ya iya. Ini demi pertemanan kita. Emangnya kamu gak mau?"
Aca tak bersuara kembali. Sungguh, ini benar-benar membuatnya bingung, tak tahu harus memutuskan apa sebagai jawabannya.
"Inget loh, Ca. Kita udah sahabatan tiga tahun. Masa sih, lo hiyanatin gitu aja. Ayolah, Ca." Jessica tidak kebahabisan cara agar Aca menuruti kemauannya.
Tetap, Aca belum bicara. Ia tak mudah Aca langsung menerima permintaan tersebut. Kenapa..? Selama ia mengenal Aisyah dan berteman baik, banyak hal yang Aca pelajari dari sosok wanita berhijab tersebut. Tetapi, jujur. Ia masih sangat ingin berkumpul dengan sahabatnya kembali. Main, nonton dan belanja seperti kebiasaanya. Ia juga tak tega keluar dari mereka yang telah terbangun selama tiga tahun. Bagaimana ini? Aca bingung belum ada keputusan yang langsung ia jawab sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswi Bercadar ✅
Teen FictionDemi berbakti dan membantu kondisi ekonomi keluarga, muslimah bercadar ini rela pindah dari pesantren favoritnya ke sekolah formal. Apa yang terjadi? Entahlah, Yang pasti, ia akan disambut oleh lingkungan baru, masalah dan perbedaan yang terjadi. T...