Di masih malam begini, dadakan handpone Adam menyadarkan suasana di kamarnya yang bersiap istirahat di kasur.
"Angkat aja dulu, Bi." saran Marwah yang membereskan kasur untuk keduanya tidur.
Mendapatkan izin dari istri, Adam menggenggam handpone dan melihat si penghubung, Ilham.
Gerik tubuh Adam bersiap menerima.
"Assalammualaikum warahmatullah, Ilham." sambut Adam dengan nada yang menyenangkan dikarenakan si penghubung tersebut adalah kerabat bisnis atau kerjanya sejak dulu.
"Waalaikumsalam warahmatullah.. Sahabatku." sahut Ilham diakhiri tawaan kecil darinya. "Apa kabar, Dam? Kira-kira saya nih ganggu gak?" tanya cepat.
"Alhamdulillah baik. Oh, Kau tidak mengganggu, kok."
Tertawa Ilham di serberang sana, senang mendengarnya. "Ini loh, saya mau tawarin kerjasama sama kamu. Soal bangun pabrik kain. Saya sudah membeli tanah di Banten dan akan dilakukan pengerjaan pabriknya. Gimana nih, kamu bisa gak diajak kerjasama? Kan sebelumnya kamu memproduksi kain juga."
Diam Adam. Tawaran itu sangat tiba-tiba baginya. "Aduh, gimana ya. Sementara saya masih aktif di toko."
"Oh, gak papa. Gak masalah soal itu. Gini aja deh Dam, besok sore In Sha Allah saya mampir ke rumah. Kita bahas ini lebih lanjut. Gimana, keberatan tidak?" masih memberikan kesempatan atas tawarannya.
"Yasudah, saya bisa. Berarti sore Pak Ilham kesini, ya."
"Ya! Saya akan kesana kalau tidak ada halangan. Wah, terima kasih, Dam. Sudah bisa diajak diskusi atas tawaran ini. Saya juga sekaligus ingin membantu kamu karena pabrik kamu yang kebakaran itu. Saya turut sedih."
Senyum kecil Adam atas empati sahabatnya ini. "Ya, apapun juga, sudah Allah gariskan. Saya dan keluarga hanya berusaha sabar. Terima kasih juga, sudah memberikan tawaran. Saya akan memikirkannya."
"Siap siap, Dam. Kita saling bantu, kok. Yasudah, besok saya datang ke rumah ya. Rumahnya yang di jalan Sirih 4 kan ya?"
"Ya, betul di sana."
"Yasudah, maaf mengganggu malam begini. Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam warahmatullah..." Adam melepas handpone dari telinganya bersama senyuman yang entah mengapa dibuat kaget serta bercampur bahagia.
"Mi," Adam duduk ke kasur, menghampiri Marwah.
"Kenapa, Bi?" sahut Marwah menyender di kepala kasur.
"Ilham. Ilham tawarin kerja bareng di perusahaan barunya. Jadi, Abi sama dia bakal bangun pabrik lagi."
Seketika, mata Marwah membulat berkedip-kedip. "Be-beneran, Bi??"
"Iya! Tanahnya sudah siap. Tinggal pembangunannya saja. Dan nanti bakal dibahas lagi pas Ilham berkunjung ke rumah."
"Oh, dia kesini? Ya-yasudah! Baguslah kalo gitu, Bi."
Hembus panjang Adam. "Alhamdulillah, ya Mi."
"Em, alhamdulillah.."
Tentu mereka senang dan tak sangka atas berita ini. Karena dengan menerima tawaran tersebut, Adam dapat memutar balikan keadaanya seperti semula. Ia akan mencukupi ekonomi keluarga dengan kecukupan yang lebih dan pasti, Adam dapat mewujudkan impian sang putrinya, Aisyah.
🌤
Sekolah Samudra kali ini bersuasana lebih cerah dari hari biasanya. Entah mengapa, siswa-siswi yang baru turun dari mobilnya, menyapa hangat pada security di gerbang sekolah. Lalu, mereka pun, berjalan masuk sembari mengumbar senyuman manis dari masing-masing bibirnya. Ada juga, beberapa anak cowok yang saling kejar-kejaran dengan tasnya yang tergoyang-goyang karena larian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswi Bercadar ✅
Teen FictionDemi berbakti dan membantu kondisi ekonomi keluarga, muslimah bercadar ini rela pindah dari pesantren favoritnya ke sekolah formal. Apa yang terjadi? Entahlah, Yang pasti, ia akan disambut oleh lingkungan baru, masalah dan perbedaan yang terjadi. T...