Sudah tidak ada lagi senyuman yang tergambar pada Aisyah.
Ketika melangkah masuk ke kamar, tubuhnya jatuh di kursi belajar menaruh tas, bersama mood yang hancur. Tidak ada pelangi dan bunga yang selalu memperpadu isi hatinya. Pelangi sudah memudar dan bunga berubah melayu.
Ini pertama kalinya Aisyah merasakan menekangan dari seorang teman, apalagi seorang itu adalah perempuan. Belum pernah sama sekali, ia bisa begini. Sejak dirinya di Pesantren, selalu bersuasana tenang, damai, dan akrab oleh semua santri. Tidak ada benci dan dendam yang muncul. Karna mereka semua sudah terpelajar dan dididik dalam menjalani kehidupan sesuai tuntunan agama. Namun, jika di sekolah kini, bukan lagi ketenangan dan keserasian prinsip. Melainkan, tempat kumpulnya pelajar yang memiliki banyak perbedaan.
Aisyah manaruh kepala di meja ditutupi kedua tangan. Rasanya, Aisyah ingin kembali ke Pesantren.
Tak selang lama, kepalanya bangun.
"Astagfirullah.. Kamu gak boleh gini, Syah." menyender di senderan kursi, dengan ekspresi yang masih murung.
Nafasnya gusar. Tangan Aisyah membuka seleting tas mengeluarkan semua buku mata pelajaran yang telah selasai hari ini. Ia akan menggantikan oleh mapel esok hari.
Semua buku sudah ia keluarkan. Lalu, tasnya ia taruh di paku gantung. Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari dalam tas. Ternyata masih ada benda yang didalamnya. "Oh, iya." melihat kotak bekal di lantai sudah terlepas oleh tutupnya akibat terjatuh.
"Hem?" bingung kenapa ada surat kecil tak jauh dari kotak bekal. Sepertinya, surat itu berasal isi kotak.
Tangan Aisyah mengmbil, semua yang jatuh di lantai. Lalu, perhatiaanya penasaran terhadap tulisan yang ada di surat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Thank you buat makanannya. Aku gak tau ini masakan kamu atau orang lain, tapi, aku seneng sama pemberian ini.0822569584** for you.
Jangan ge-er! Ini nomer aku kasih kalo kamu butuh bantuan! Udah, itu aja!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Ya, itu adalah balasan dari Harist setelah Marwah membuatkan makanan untuknya. Dimana kebiasaan orang lain ketika mengembalikan bekal milik temannya, pasti selalu di isi makanan lagi atau jajanan ringan sebagai ucapan terima kasih. Tapi Harist, ia berbeda dan punya caranya sendiri. Cukup sekecil sobekan kertas, dan dihiasi tulisan darinya, ditambah, memberikan deret nomer ponselnya, tak disangka! langsung memperbaiki mood wanita cantik ini. Ujung bibir Aisyah, telah membentuk senyuman bahagia. Tetap ya, mau bertemu langsung atau pun lewat surat, cowok itu tetap bernada tinggi dan.. Menyebalkan. Tak tahulah, ia tidak bisa berpura-pura juga. Jika hatinya, berubah senang oleh surat kecil dari Harist ini.
Tok tok tok
"Aisyah.. kamu lagi ngapain di dalam? Hari ini jadi jualankan?" datang suara Marwah di depan pintu kamar.
Aisyah kaget, dan bergerak tak karuan atas suara Umminya yang begitu dadakan, disaat seriusnya menyikapi surat dari Harist.
Kepala Marwah miring, dibuat bingung, karena belum terdengar jawaban dari dalam.
"Aisyahh..." memanggil kembali.
Aisyah langsung menaruh surat di kotak bekal dan segera melangkah untuk membuka pintu. "I-iyaa sebentar, Ummi.."
Buka pintu.
Marwah langsung melihat nafas Aisyah naik turun, seperti orang berlarian. Mukanya pun, tegang.
"Syah.. kamu kenapa?" Marwah bertanya.
"Ah? Gak.. Gak papa, Mi. Ada apa?"
Mata Marwah tak sengaja menurun, dan membuatnya melihat kotak bekal yang putrinya pegang sekarang. "Oh, udah dibalikin, ya? Sini biar Ummi taruh di lemari piring."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswi Bercadar ✅
Teen FictionDemi berbakti dan membantu kondisi ekonomi keluarga, muslimah bercadar ini rela pindah dari pesantren favoritnya ke sekolah formal. Apa yang terjadi? Entahlah, Yang pasti, ia akan disambut oleh lingkungan baru, masalah dan perbedaan yang terjadi. T...