Brandon POV
Tidak terasa sudah sore saja. Rasanya hari liburku cepat sekali berlalunya. Padahal aku masih ingin menikmati waktu bersama keluargaku, terutama dengan istriku.Entah kenapa setelah menikah aku malah merasa semakin clingy padanya. Aku juga tidak tahu, tapi diapun pernah bilang seperti itu. Untungnya dia tidak pernah mengeluh atau merasa risih karenanya. Rasanya tidak bisa, bukan tidak bisa tapi.... tidak ingin jauh darinya.
Ya, seperti saat ini, aku tengah mencarinya di seluruh penjuru rumah. Kemana dia? Apa mungkin dia sedang di taman belakang bersama Yeri? Mungkin saja.....Aku berjalan menuju taman belakang dan tersenyum saat sudah di ambang pintu ketika melihat Etta yang memang berada disana, tapi.... senyumku lenyap begitu saja ketika melihat siapa yang sedang dia ajak bicara dan tertawa bersama.... Revano.
Aku heran bagaimana Etta bisa begitu dekat dengan Revano? Dan juga, Revano terkadang begitu perhatian pada Etta. Bukan hanya itu saja, dia bahkan suka mengatakan hal-hal baik dan selalu bilang kalau dia mengaggumi istriku.Sebenarnya ada apa dengan pria itu? Bukankah dia bilang dia menyukai Yeri? Tapi kenapa terkadang aku merasa....... Aku menggelengkan kepalaku pelan. Membuyarkan hal-hal jelek yang baru saja lewat di pikiranku. Tidak mungkin Revano menyukai Etta dan hanya berpura-pura mengatakan kalau dia menyukai Yeri kan?
Hais...mungkin aku hanya berpikir berlebihan. Lagipula mereka hanya bicara dan tertawa saat ini, tidak lebih. Ya, tidak ada apa-apa.
Aku terus menatap keduanya dalam diam, sampai saat sebuah daun terjatuh ke atas rambut Etta, dan Revano dengan sigap, tanpa segan-segan mengangkat tangannya dan mengambil daun itu dari kepala Etta. Memang hanya sebuah hal kecil tapi apa yang terjadi setelahnya menimbulkan perasaan kesal di hatiku. Aku memincingkan mataku saat mereka berdua beradu tatap walau hanya sepersekian detik sebelum kembali tertawa bersama.
Ada apa sebenarnya ini?
"Kakak?"
Aku mengerjapkan mataku saat mendengar suara istriku memanggil. Dia tersenyum kepadaku sambil beranjak dari tempatnya dan mendekatiku. Aku melirik Revano sebentar dan dia melambaikan tangannya padaku juga dengan senyuman, tapi aku merasa tidak ingin membalas senyumannya itu. Ada perasaan kecewa, aku tidak yakin karena apa.
"Kakak mencariku? Apa ada sesuatu kak?"
Aku menatap Etta tepat dimatanya. Mencoba mencari sesuatu hal yang dia sembunyikan dariku. Tapi tidak satupun yang kutemukan.Mungkin memang hanya perasaaanku yang terlalu berlebihan saja karena aku begitu mencintai wanita yang sekarang menjadi istriku ini.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin membawamu pergi keluar saja. Kamu mau?" Tanyaku sambil mencoba tersenyum padanya.
Etta menganggukan kepalanya dan akupun segera menggandeng tanganya, menariknya keluar bersamaku... Setidaknya pergi keluar hanya berdua dengannya bisa membuat perasaan kesal dan dongkolku menghilang.
*****Esok Pagi....
Sial!
Kenapa aku bisa telat bangun?! Padahal hari ini akan ada meeting pagi.Dengan segera aku mengenakan kemejaku, mencoba mengaitkan kancingnya satu persatu sambil menuruni anak tangga untuk ke ruang makan. Aku melihat semuanya sudah ada di meja makan, kecuali papaku.
"Ma, dimana papa?" tanyaku sambil mendekati meja makan dan berdiri tepat di sebelah Etta yang langsung berdiri dari kursinya, menyiapkan sarapan untukku.
"Papamu sudah berangkat duluan. Kenapa?"
"Bukan apa-apa. Hanya saja aku baru ingat kalau kami harus ke kantor lebih cepat, akan ada meeting pagi ini" Jawabku yang sekarang tengah berusaha memasang dasi.
"Apa? Meeting pagi?" Seru Revano yang ternyata aku baru ingat kalau aku belum memberitahunya. "Kenapa kamu tidak memberitahu aku? Aku malah santai sekali sejak tadi"
"Maaf, aku lupa memberitahumu" Jawabku dan menyesap kopi pagi ku yang disodorkan oleh istriku. Dengan cepat Revano beranjak dari kursinya setelah menghabiskan kopinya. "Ayo berangkat sekarang, Van" Ajakku padanya dan diapun mengangguk. "Semuanya, kami berangkat dulu"
"Kak, kamu belum sarapan"Seru Etta yang berlari ke arahku saat aku dan Revano sudah berada di ambang pintu keluar. Dia datang mendekat dan membantuku membetulkan dasi yang kubuat asal tadi karena terburu-buru.
Aku tersenyum sambil memperhatikannya yang berada tepat dihadapanku dan sangat dekat seperti ini. "Tidak apa-apa Ta. Aku dan Vano bisa sambil membeli fast food di perjalanan nanti. Lagipula masih ada sekitar 30 menitan lagi" Tuturku sembari mengecek jam di pergelangan tangan kiriku.
"Yah, itu artinya aku tidak bisa mengantar Yeri hari ini?" Aku mendengar Revano mendesah kecewa sementara Yeri mencebik mendengarnya.
"Menjauh dariku! Aku tidak butuh kamu mengantarku!" Balas Yeri pada laki-laki itu sambil memeletkan lidahnya pada Revano.
"Kak" Padanganku kualihkan pada Etta yang baru saja memanggilku, menunggunya kembali membuka mulut unutk melanjutkan apa yang ingin dia katakan. "Jangan pulang larut malam, jangan kelelahan mengurusi pekerjaan" Ucapnya sambil merapihkan kerah kemejaku sementara aku hanya bisa tersenyum melihat wajah cantiknya.
"Baiklah wifey" Etta mempoutkan bibirnya sedikit saat mendengar panggilan yang kusematkan padanya barusan. "So, aku rasa karena aku belum sarapan, aku butuh tambahan energi sekarang" Etta menatapku dengan wajah bingungnya yang terlihat menggemaskan bagiku. "Kamu lupa?" Sepertinya dia tidak lupa, karena beberapa saat setelah aku bertanya demikian, semburat merah muda muncul dipipi chubbynya. "Kenapa wajahmu jadi merah begitu?" godaku pada istriku. Etta memukul pundakku pelan dan aku malah menariknya mendekat padaku. Mata Etta terbelalak dengan apa yang aku lakukan di depan Yeri dan Revano padanya saat ini.
"Apa yang kakak lakukan? Lepaskan aku" Aku menggelengkan kepalaku lucu lalu mendengar Yeri berdecak di balakang kami.
"Kalian berdua berhentilah bertingkah menggelikan seperti itu! Etta, cepat berikan apa yang kak Brandon mau, ini sudah sangat lama, mereka bisa terlambat" Seru Yeri sambil terkekeh. Dia memang sengaja ingin menggoda kami berdua.
"Kenapa kamu masih saja malu seperti ini? kita sudah menikah, Etta ku" Semakin aku menggodanya, semakin merah pula pipi chubbynya, dan aku suka melihatnya. "Apa?" tanya padanya saat dia malah diam menatapku. Detik berikutnya yang aku tahu, dengan gerakan secepat kilat Etta menangkup wajahku lalu mengecup bibirku. Hanya sebentar sekali sebelum dia melepasku. Dan aku... yah walaupun begitu, aku sudah sangat senang. "Terima kasih wifey, sekarang energi ku sudah bertambah"
"Yeri, apakah kamu tidak mau memberiku energi tambahan juga?" Aku mendengar Revano yang merengek pada Yeri untuk melakukan hal yang sama padanya. Yang benar saja....
"Kamu ingin sekali ku hajar ya?!" Balas Yeri mendorong Revano yang berdiri di sebelahnya untuk menjauh. Tapi yah, namanya juga Revano.... dia hanya menanggapi ancaman dan amukan Yeri dengan tertawa.
"Bye Yeri, bye Etta. Ayo Brandon" Ajak Revano padaku sambil berjalan ke arah mobil yang terparkir di halaman depan.
"Baiklah, aku pergi dulu ya?" Etta menganggukkan kepalanya. "Hati-hati di jalan ke kampus nanti" Istriku yang manis kembali menganggukan kepalanya, dan aku segera memberikan kecupan di dahinya sebelum benar-benar berangkat ke kantor.
****
Waktu makan siang.....
Anna P.O.VMakan siang kali ini, aku kembali berencana untuk makan bersama Brandon dan pria bernama Revano itu. Setidaknya aku punya teman untuk berbincang-bincang.
Dimana ya mereka?
Aku melihat sekeliling cafetaria kantor sambil berdiri memegang tray berisi makanan. Ah, akhirnya aku menemukan sosok pria yang aku cari.... Revano. Aku pun segera berjalan menghampiri mejanya. Tapi, dimana Brandon?
"Hai Revano" Revano yang kupanggil menengadahkan wajahnya dan tersenyum saat melihatku.
"Ah, hai" Balasnya.
"Apa aku boleh ikut makan siang bersama lagi?" Tanyaku to the point padanya. Aku sangat yakin dia tidak akan menolaknya.
Dan benar saja, dia menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, silahkan" Aku pun langsung duduk berhadapan dengannya. "Brandon sedang ke toilet" Ucapnya tiba-tiba seakan tahu apa yang ingin sekali aku tanyakan padanya.Drrtt drrttt..
Ponsel yang ada diatas meja bergetar, entah milik siapa itu, Revanokah? Tapi dia tidak segera mengangkatnya. Dia malah melirik sekilas ke arah toilet berada, jadi bisa dipastikan kalau itu ponsel Brandon. Siapa yang meneleponnya?
"Siang kakak ipar" Sapa Revano kepada siapapun si penelepon itu. Ya, mungkin karena terus bergetar jadi Revano memutuskan untuk mengangkatnya saja. Sedangkan aku memutuskan untuk mengamatinya.
".........."
"Brandon sedang ke toilet kakak ipar, jadi aku yang menjawabnya saja. Ada apa?" Siapa itu kakak ipar? Zanetta kah?
"......"
"Baiklah, akan aku sampaikan padanya. Bye"
Aku melihat pria didepanku ini menaruh kembali ponsel Brandon di atas meja setelah mengakhiri panggilan tadi.
"Ehmm kalau boleh tahu... siapa itu kakak ipar? "
Revano tersenyum melihatku. "Tentu saja Zanetta"
"Oh" Aku menganggukan kepalaku mengerti. "Kalian terdengar sangat dekat sepertinya"
"Yah, bisa dibilang begitu. Etta itu sangat baik, sangat bersahabat, jadi kami mudah akrab"
Akrab ya?
"Berbeda sekali dengan Yeri. kamu pasti kenal Yeri kan?" Aku mengangguk lagi.
Bagaimana aku bisa lupa dengan gadis kecil itu? Jangan kira aku tidak tahu apapun tentang gadis yang tidak pernah suka padaku selama aku dan Brandon bersama. Cara gadis itu menatapku, aku sangat tidak suka tatapannya itu. Aku tidak menyukainya....
"Yeri sangat galak dan kasar... tapi entah kenapa, justru aku malah itu semakin menarikku padanya?" Hmm? Apa maksud dari perkataannya itu apa dia..... "Ah aku minta maaf kenapa aku jadi curhat seperti ini"
"Ah tidak apa-apa. Apa kamu.... menyukainya?" Tanyaku yang awalnya membuatnya sekejap terdiam. Dia hanya mendenguskan senyum, tidak bilang 'ya' dan tidak bilang 'tidak', tapi bisa kupastikan jawabannya pastilah 'ya'.
Wah! Wah! Entah kenapa aku malah mempunyai rencana yang mungkin saja akan terlihat sangat bagus. Bukan hanya untuk Zanetta, tapi juga untuk Yerisa yang selalu saja membenciku....
*****TBC
17/05/2020
~ Rainbow in the rain~
KAMU SEDANG MEMBACA
"Little Cupid" - Remake BaekHera Ver. (Completed)
Hayran KurguIni adalah cerita lama yang hanya dirubah para castnya dan sedikit revisi sana sini. Disclaimer : Cerita ini hanya fiktif hasil imajinasi pengarang saja, jadi jangan anggap serius ya :D Maaf jika ada kesamaan alur atau setting, hal tersebut merupa...