"Aww!"
Gaza mendongak ketika mendengar gadis didepannya ini merintih. Antara peduli dan tidak peduli. Ia memutar bola matanya.
"Lebay lo" katanya kemudian.
Nava pun mencibir sejadinya. Dikira nggak sakit apa? Arghh menyebalkan sekali.
Gaza kembali mengobati lutut Nava yang terluka. Yahh meskipun gadis ini rese dan jutek, tapi ia harus tanggung jawab bukan? Apalagi dia ini ponakannya Tante Risa, kalo dia ngadu bisa habis Gaza kena omel. Eh, tapi kalo dilihat dari kepribadiannya ini anak nggak bakalan ngadu juga.
"Pelan-pelan dong!"
"Bawel"
"Dihh"
Tak lama pun Gaza sudah selesai membersihkan luka Nava. Kini ia tinggal memasangkan perban dengan tangannya yang cekatan.
"Dah tuh!" ujarnya seraya membereskan kotak P3K. Sedangkan Nava hanya mendengus.
"Lo nggak mau bilang sesuatu gitu sama gue?" kata Gaza santai dan tak melepas pandangannya dari Nava.
"Gak ngerti maksud lo" Nava masih kesal.
Cowok itu tertawa, "Gue pikir lo cukup pinter buat ngerti kata-kata gue" ejeknya.
"Ck, fine. Makasih,"
"Singkat amat. Ikhlas nggak lo. Nih ya gue kasih tau, lo itu cewek paling beruntung yang pernah diobati sama pangeran setampan gue. Harusnya lo bangga dong!"
Nava mulai menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nggak waras nih anak"
"Awas, gue mau balik ke kelas" Nava beranjak dari duduknya.
"Eittss.. tunggu dulu dong" cegah Gaza. "Lo nggak lupa kan sama kesepakatan kita, hum?" ia tersenyum miring.
"Lo bakal turutin semua kemauan gue kan? Atau lo nggak mau? Dan mau jadi pengecut yang nggak bertanggung jawab?"
Nava berdecih, "Sorry gue bukan orang yang suka ingkar janji. Gue selalu belajar bertanggungjawab meskipun...."
"Meskipun apa?"
'Meskipun nyokap gue sendiri nggak tanggung jawab atas kehidupannya. Bisa-bisanya dia menelantarkan anaknya sendiri dan pergi entah kemana sampai sekarang' batin Nava.
"Woi, kalo ditanya tuh dijawab. Bengong mulu,"
Nava menggeleng, "Nggak. Bukan apa-apa kok. Gue pergi dulu." Gadis itu mendorong tubuh Gaza yang menghalanginya.
"Lahh, main pergi aja tuh anak" gumam Gaza. Ia bingung dengan sikap Nava yang selalu berubah-ubah setiap saat. Tiba-tiba rese, tiba-tiba pendiem, ahh rumit sekali pokoknya. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu ia tidak tahu.
Tak lama kemudian Agil datang menghampiri Gaza, "Eh anjir, gue cariin juga!"
"Ngapain cariin gue, kangen lo? Sini peluk"
"Astaga, amit-amit!" seru Agil. Gaza berhasil terkekeh dibuatnya.
"Sob, lo yakin mau jadiin dia babu lo? Gilaaa. Kali ini gue nggak setuju sama lo. Lagian anaknya polos gitu, dingin lagi. Cantik sih tapi,"
"Udah diem aja lo"
"Yee nih anak kalo dibilangin nurut napa. Eh btw, tadi lo dicariin tuh sama mantan tersayang lo." sindir Agil seraya menahan tawa.
"Terus?? Gue harus samperin dia gitu? Ogahlah!"
"Hahaha, santai dong. Kan gue cuma menyampaikan informasi" jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nava & Gaza [END]
Teen Fiction•Complete• "Gue tahu ini terdengar konyol buat lo," ujar Nava. "Nggak juga. Gue merasakan hal yang sama. Nyokap gue pergi setelah cerai sama bokap gue dan parahnya bokap punya wanita lain lagi" sahut Gaza. Nava terdiam, "Ngomong-ngomong kenapa lo ce...