19

273 27 3
                                    

Happy Reading
_________________________

"Pelan-pelan..." kata Nava membantu Gaza turun dari taxi.

Setelah empat hari terkurung di tempat membosankan itu akhirnya Gaza diizinkan pulang oleh dokter. Yahh, meskipun tangannya masih harus tetap di-gips, tapi itu tidak masalah. Kini cowok itu tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya ketika sampai di rumah.

Gaza terkekeh. "Perhatian banget sih pacar aku,"

"Bilang makasih kek,"

"Haha, iya-iya makasih." Cowok itu mengacak rambut Nava dengan tangan kirinya yang tidak sakit.

Mobil Taxi itu langsung pergi setelah keduanya turun. Seharusnya hari ini Wisnu lah yang menjemput Gaza di rumah sakit, akan tetapi sepertinya pria paruh baya itu lupa sehingga membuat Gaza dan Nava akhirnya memutuskan untuk naik Taxi saja. Tentu saja Gaza merasa kecewa terhadap Papanya. Dia yakin, Papanya itu pasti sibuk dengan pacarnya sehingga melupakan dirinya.

"Sini aku bantuin jalan." Nava mengangkat tangan kiri Gaza ke pundaknya, tapi langsung ditolak oleh cowok itu.

"Nggak usah kalik, yang sakit kan tangan aku bukan kaki aku," katanya. "Ciee mau modus yaa..."

'Eh iya juga! Kakinya kan sehat walafiat..' batin Nava tersadar.

Gadis itu mendelik saat dirinya dituduh modus. "Enak aja. Ya enggak lah!"

"Orang cuma bantu doang. Yaudah sana jalan sendiri!" lanjut Nava.

"Hahaa, gitu aja ngambek sih. Pms ya?" goda Gaza.

"Tauk ahh, sebel."

"Yaudah-yaudah Maaf. Kalo gitu ayo ke rumah, kita lanjutin pacarannya di rumah. Masa iya pacaran di pinggir jalan gini?" ajak Gaza mengingat mereka masih berdiri di depan gang perumahannya.

Pipi Nava mulai merona. "Yaudah ayo!"

Mereka pun berjalan bersama menuju rumah Gaza. Cowok itu sesekali mengusili Nava hingga membuat gadis itu merasa kesal. Namun saat mereka sudah berada di dekat rumah Gaza, Nava langsung menghentikan langkahnya membuat cowok juga ikut berhenti.

"Kok berhenti?" tanya Gaza mengerutkan kening.

"Itu Za, coba deh kamu liat kesana." Nava menunjuk ke arah depan.

Gaza mengikuti arah pandang Nava, matanya menangkap seorang wanita berpakaian mencurigakan, dia memakai pakaian super tebal dan tertutup seraya mengenakan kacamata hitam. Wanita itu berdiri didepan gerbang rumah Gaza seolah sedang melakukan pengintaian.

Dan seketika tatapan mereka bertemu, wanita itu pun langsung panik dan segera bergegas pergi dari sana. Pokoknya keberadaannya di sini tidak boleh sampai ketahuan. Namun karena saking paniknya, saat dia berbalik dia malah menabrak tong sampah yang memang sengaja diletakkan di depan pagar rumah Gaza. Akhirnya wanita paruh baya itu terjatuh.

Alih-alih masih bingung, Nava dan Gaza segera berlari kearahnya untuk menolongnya. Nava langsung membantu wanita paruh baya itu berdiri. "Anda tidak apa-apa?" tanyanya.

"MAMA?"

Satu kata yang terucap dari mulut Gaza itu berhasil membuat keduanya menoleh padanya.

'Mama??' ulang Nava dalam hati.

'Gawat. Aku harus pergi sekarang juga!' batin wanita paruh baya itu. Dia langsung melepaskan cekalan tangan Nava dan cepat-cepat pergi melarikan diri.

"MAMA STOP!" Berkat suara teriakan Gaza yang lantang akhirnya langkah wanita paruh baya itu terhenti.

Dia adalah Vena, Ibu kandung Gaza. Vena tidak sanggup lagi melanjutkan langkahnya ketika mendengar suara yang amat sangat dia rindukan untuk kedua kalinya. Rasa bersalahnya yang begitu besar membuatnya tidak berani untuk membalikkan badan menatap anaknya. Vena hanya bisa menundukkan kepala serta menangis pilu.

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang