29

294 23 0
                                    

Happy Reading
_______________

Tidak ada kabar yang lebih menggembirakan bagi Gaza ketika mendapat kabar bahwa saat ini Nava sudah sadar, gadis itu benar-benar sudah membuka matanya. Mendengar kabar baik itu tanpa membuang waktu Gaza langsung bergegas menuju rumah sakit. Jelas ia senang mengetahui kabar gembira ini, kekhawatirannya hilang dalam sekejap tergantikan rasa bahagia. Ah, dia jadi tidak sabar ingin menemui Nava. Kira-kira sedang apa gadis itu?

Gaza berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit sambil memeluk sekotak coklat yang nanti akan ia berikan kepada Nava. Sengaja ia membawakan coklat, mengingat pacarnya sangat menyukai coklat.

Selama di perjalanan Gaza tak henti-hentinya tersenyum. Ketika ia sudah sampai di depan ruangan Nava ia melihat Tante Risa yang baru saja keluar dari sana. Tanpa pikir panjang ia langsung menghampirinya.

"Gimana keadaan Nava, Tan?" tanyanya cemas.

"Gaza akhirnya kamu dateng juga. Keadaan Nava udah sedikit membaik, tadi juga dokter udah ngecek keadaannya," jelas Risa.

"Terus kenapa Tante malah keluar dan ninggalin Nava sendirian di dalem?"

"Itu dia masalahnya, Za. Sejak siuman Nava terus cariin mamanya. Dia juga yang nyuruh Tante buat keluar karena pengen waktu buat sendiri. Tante sedih deh lihat Nava murung kayak tadi. Mendingan sekarang kamu masuk terus temani dia. Kalo kamu yang masuk, Nava pasti nggak akan marah."

"Iya Tan! Tante tenang aja. Serahin Nava ke aku." Gaza mengangguk pasti.

"Eh.. tunggu...!" Risa menahan lengan Gaza saat cowok itu hendak membuka pintu. Otomatis Gaza menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Risa dengan ekspresi bingung. Saat itu juga Risa mengeluarkan sebuah amplop kertas berwarna putih dari tasnya lalu diberikan kepada Gaza.

"I-ini apa Tan?"

"Ini amplop isinya surat. Surat ini yang nulis Mamanya Nava sendiri sebelum dia berangkat ke Kanada. Dia nitipin ini ke Tante supaya dikasih ke Nava. Tante nggak tahu ini isi suratnya apa, cuma kalo Nava tetep ngotot pengen ketemu sama Mamanya, kamu kasih aja surat ini ke dia. Tante nggak sanggup buat ngasih ini sendiri."

"Jadi Tante Dewina pergi ke Kanada?" tanya Gaza sembari meraih surat itu. Risa mengangguk lesu.

"Tante udah berusaha nahan. Tapi dia emang ibu yang nggak punya perasaan. Mungkin ini yang terbaik buat Nava,"

"Kasihan, Nava pasti sedih. Yaudah Tan, aku masuk dulu ya." pamit Gaza.

"Iya, tolong kabari Tante kalo ada apa-apa sama Nava."

Gaza mengacungkan jempolnya.

***

CEKLEK.!

Nava sedang asik melamun saat seketika ia mendengar suara decitan pintu yang terbuka yang berhasil membuyarkan lamunannya. Ia mendengus kasar lalu melirik ke arah pintu ruangan.

"Udah aku bilang tinggalin aku sendiri dulu Tan! Aku butuh waktu buat sendi—...." kalimat Nava terpotong.

"Gaza...?" panggilnya pelan.

Gaza berlari ke arahanya. Nava tak bergeming saat merasakan tubuh cowok itu yang bergetar dalam pelukannya. Pelukan erat dan hangat itu Nava membalasnya dengan mengusap kepalanya.

Gaza beranjak menarik kursi lalu duduk di samping ranjang Nava. "Sayang, kamu udah membaik?" tanyanya.

"Pergi," parau Nava.

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang