VOTE & COMMENT!
•••"Mungkin selama ini Papa egois. Papa minta maaf sama kamu, Gaza. Sebagai permintaan maaf, Papa akan mengalah demi kamu. Papa ingin kamu mempertahankan hubungan kamu dengan Nava, dia adalah gadis yang baik."
Untuk kesekian kalinya Gaza hanya bisa menampilkan senyum lebarnya saat mengingat kata-kata itu lagi. Kalimat yang diucapkan Papanya kemarin membuat dia tidak bisa berkata-kata.
Sampai di koridor sekolah pun senyuman masih setia melengkung di wajah tampannya. Gaza tidak bisa menyembunyikan euforia kesenangan yang memenuhi dada. Maka tak heran siswa lain yang lewat di sampingnya menggelengkan kepala.
Agil yang melihat sahabatnya berjalan sambil tersenyum pun langsung mendatanginya dan mulai men'ceng-cenginya.
"Cie.. cie.. cowok ganteng senyum-senyum mulu nih, emang lagi kenapa sayang?"
"Najis lo!" sentak Gaza langsung menyingkirkan tangan Agil dari pundak. Sementara cowok itu malah tertawa.
"Lagian senyum-senyum mulu lo, awas disangka orang gila!"
"Enak aja. Heh, Agil alias agak gila. Senyum gue tuh bikin semua orang yang ada di sini klepek-klepek. Bilang aja lo iri, ya kan.."
"Dih, sok ganteng lo."
"Emang gue ganteng, kemana aja lo selama ini?"
"Nih anak ya bener-bener," ucap Agil geram.
Hari ini adalah hari Senin. Hari dimana akan dilaksanakannya Ujian Nasional kelulusan di SMA Depasko. Mungkin ujian ini banyak ditakuti oleh anak-anak kelas 12 karena ujian ini adalah penentu mereka lulus atau tidaknya setelah tiga tahun belajar di sekolah ini. Tapi mungkin berbeda dengan Gaza, dia malah lebih takut jika kehilangan gadis yang ia cintai.
Meskipun saat ini Gaza terlihat santai dan tenang, tetapi cowok itu juga telah mempersiapkan otaknya dari jauh-jauh hari. Sama seperti yang lain, dia tidak ingin tidak lulus dari sekolah.
Masih ada beberapa menit lagi sebelum terlaksananya Ujian Nasional. Tapi karena ini adalah hari pertama ujian, maka semua siswa diwajibkan mengambil nomor ujian terlebih dahulu untuk mengetahui mereka akan berada di ruangan mana. SMA Depasko menerapkan sistem penempatan peserta ujian secara acak. Tempat duduk mereka akan dibagi per ruang dan diacak satu angkatan.
"Ruang berapa Jah?" tanya Agil padanya.
"Ruang 7."
"Hah, serius?"
Gaza mengangguk. "Kenapa? Lo ruang 7 juga?"
"Enggak. Gue cuma kaget aja karena kita nggak jodoh."
"Gue ogah jadi jodoh lo, monyet."
"Galak banget sih Bang," cibirnya.
Tak lama kemudian Agil melihat sosok sang pujaan hatinya yang sedang berjalan kearahnya, sepertinya dia juga akan mengambil nomor ujiannya. Agil membulatkan mata dengan wajah berseri-seri.
"Hai Bebeb Herin..! Semangat ujiannya ya cintaku, ngerjain yang bener biar dapet hasil bagus. Jangan lupa sebelum ujian berdoa, terus foku— mhpphhh..!"
Herin langsung membekap mulut Agil ketika cowok itu sedang asik berteriak-teriak memberinya semangat. Padahal Herin tidak membutuhkannya.
"Diem gak lo, kecoa! Suara lo udah kayak tempat pabrik tau gak, rame banget."
"Bahh tempat pabrik.. hahaa!" Gaza terlihat puas menertawakannya.
Herin yang telah melepas tangannya dari mulut Agil pun langsung pergi meninggalkannya tanpa berkata-kata lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nava & Gaza [END]
Teen Fiction•Complete• "Gue tahu ini terdengar konyol buat lo," ujar Nava. "Nggak juga. Gue merasakan hal yang sama. Nyokap gue pergi setelah cerai sama bokap gue dan parahnya bokap punya wanita lain lagi" sahut Gaza. Nava terdiam, "Ngomong-ngomong kenapa lo ce...