10

360 28 0
                                    

Nava merebahkan badannya di kasur setelah penat seharian belajar di sekolah dan untung saja hari ini dia libur bekerja. Belum lagi kakinya yang masih terasa sedikit sakit akibat jatuh di lapangan waktu itu. Sampai saat ini pun gadis itu tak henti-hentinya merutuki dirinya. Jika saja tali sepatunya tidak lepas, pasti dia yang akan memenangkan permainan basket.

Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah jadi bubur. Dan Nava harus siap menerima risiko kekalahannya dengan menjadi babu Gaza selama satu bulan. Ohh astagaa... satu bulan itu waktu yang cukup lama bukan?

Nava mengambil coklat pemberian dari Gaza kemarin yang belum sempat ia makan. Ia terus memandangi coklat itu sambil menghela nafas berat. Matanya tertuju pada coklat itu tetapi pikirannya berhasil melompat kembali ke masa lalu seolah coklat itu adalah mesin waktu. Nava teringat lagi pada seorang cowok yang dia sebut Raja.

"Gue berharap, semoga Tuhan ngasih kita kesempatan buat bertemu lagi Raja... Kira-kira lo kayak apa ya sekarang?" Nava tersenyum sendiri.

Gadis itu mulai membuka bungkus coklatnya dan mulai memakannya. Rasanya lembut dan manis seperti coklat pada umumnya. Rasa manis itu yang membuat hati Nava kini terasa tenang. Sebelum akhirnya suara ketukan pintu mengganggunya.

Tokk Tokk Tokkk

"Ck... siapa sih??" gerutu Nava bangkit dari kasurnya. Lalu ia berjalan kearah pintu.

CEKLEK.

"Halloo pembantu gue..!"

"Astaga!" Nava terpekik kaget.

"Biasa aja dong kagetnya. Emangnya gue setampan itu apa??" Gaza menaik-turunkan alisnya.

Nava berdecak pinggang melihat keberadaan Gaza. Ia berniat untuk menutup lagi pintu kamarnya namun naasnya kaki Gaza berhasil menahannya.

"Jangan main tutup aja dong. Gak sopan itu namanya.."

Nava memutar bola matanya. "Ya lagian lo ngapain di depan kamar gue? Kenapa lo selalu ada dimana-mana sih?? Jangan-jangan lo setan."

"Iya gue setan. Dan lo tumbalnya, huahahaa!!" Gaza menirukan suara tawa setan.

Nava hanya menatapnya datar. "Udah ah gue males becanda sama lo."

"Gue juga males becanda sama lo."

"Yaudah." Nava ingin menutup lagi pintunya tetapi masih ditahan oleh Gaza.

"Elah. Apalagi sih?"

"Gue cuma mau mengingatkan lagi kalo sekarang lo itu adalah pembantu gue. Eh ralat, lebih tepatnya asisten pribadi gue."

"Iya-iya gue pasti inget kok! Puas??"

Gaza menggeleng. "Sekarang lo harus turun ke bawah karena ada kerjaan buat lo."

"Hah?? Maksud lo??"

"Udah nurut aja. Jangan ngebantah karena ini adalah perintah. Gue tunggu di bawah oke?"

"Jangan lama-lama atau lo bakal kena hukuman!" Gaza menepuk pundak Nava sebelum ia melenggang pergi.

"Ehh anjir..." Nava hampir tidak bisa berkata-kata lagi.

Karena takut dengan ancaman Gaza, Nava pun segera cepat-cepat menuruni tangga menyusul Gaza yang kini cowok itu sudah duduk manis di sofa. Terlihat dengan jelas banyak buku-buku yang berserakan di meja. Dan pastinya itu adalah milik Gaza.

"Woi ngapain lo? Buset berantakan gini!" decak Nava.

Gaza hanya nyengir lebar. "Besok gue ada ulangan fisika nih. Mana gue bego banget lagi kan kalo soal itung-itungan fisika. Ajarin gue ya??"

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang