"Baiklah anak-anak, sekarang ibu akan membagikan nilai hasil ulangan Fisika kalian." seru Bu Rere seraya menata beberapa kertas yang ia bawa.
"Seperti biasa, nilai tertinggi selalu didapatkan oleh Didit. Selamat ya, Nak!"
Bu Rere menghampiri meja Didit kemudian memberikan kertas ulangan yang sudah dinilai. Didit adalah siswa polos berkacamata yang selalu meraih juara satu dikelas Gaza. Mereka sering menyebutnya sebagai Si Jenius.
"Yaelah bosen gue," desis Agil yang tengah memainkan bolpoinnya.
"Sirik aja lo, otak udang."
"Yeee ngaca..." balas Agil.
"Gue nggak mau kebanyakan ngaca. Udah terlalu banyak kaca yang gue pecahin gara-gara ketampanan gue." cowok itu terkekeh.
"Sok ganteng lo kutil."
"Bodo amat. Yang penting nilai ulangan gue kali ini bakal lebih bagus dari lo. Liat aja,"
"Hahaa, mana mungkin. Gue kan tahu lo bego banget sama fisika! Bangun Jah, jangan mimpi mulu." Agil tertawa.
"Gaza..." panggil Bu Rere yang menghampiri mejanya.
"Ini nilai ulangan kamu hari ini. Selamat ya, nilai kamu meningkat pesat. Kamu mendapatkan nilai 80." sambung wanita itu dengan senyum lebar.
"Yess!!!"
Dengan penuh rasa bahagia Gaza menerima kertas ulangannya."Terimakasih Bu,"
Murid lain sampai memberi tepuk tangan pada Gaza. Jelas saja, Gaza yang biasanya selalu mendapat nilai terendah di fisika, kini cowok itu mendapat nilai 80.
"Hahh.. kok bisa?" Agil tercengang melihatnya.
"Agil?! Kamu juga mengalami peningkatan. Ini nilai kamu, 45. Tapi nilaimu masih di bawah rata-rata. Tolong semakin ditingkatkan lagi."
"Eeh iya Bu..." Agil menerima kertas ulangannya dengan senyuman tipis.
"Gimana? Terbukti kan sekarang??" Gaza menaik-turunkan alisnya berkali-kali.
"Sial. Kok lo bisa dapet 80 sih?! Belajar dimana Nyet??"
"Asisten gue." bisik Gaza.
"Hem pantess.. makin nempel ya lo sekarang. Kayaknya udah ada yang berhasil move on dari mantan nih!"
"Apaan sih lo," cerca Gaza.
"Hayooo ngaku... jadi beneran lo udah lupain Sasya? Atau sekarang lo suka sama Nava?"
"Serah, pikir aja sendiri."
"Acieecieeee..." Agil masih menggodanya.
"Eh Gil, lo tahu kan jepit rambut warna putih yang selalu gue bawa kemana-mana itu?"
Agil mengangguk. "Tahu. Lo bilang itu milik temen masa kecil lo."
"Bener. Dan sekarang gue udah nemuin orangnya!"
"Hah serius? Siapa?"
"Lo pasti nggak bakal percaya. Karena dia adalah..." kalimat Gaza terhenti.
"Siapa Jah?? Buruan ngomong."
"Nava." jawab Gaza. "Orang itu adalah Nava, Gil."
"Ahh yang bener lo??" Gaza mengangguk pasti.
"Anjir. Udah kayak cerita-cerita yang di novel aja. Apa jangan-jangan ini takdir buat lo?"
"Takdir apaan badak?" tanya Gaza.
"Ya siapa tahu lo emang ditakdirkan untuk berjodoh sama temen masa kecil lo itu, Si Nava."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nava & Gaza [END]
Teen Fiction•Complete• "Gue tahu ini terdengar konyol buat lo," ujar Nava. "Nggak juga. Gue merasakan hal yang sama. Nyokap gue pergi setelah cerai sama bokap gue dan parahnya bokap punya wanita lain lagi" sahut Gaza. Nava terdiam, "Ngomong-ngomong kenapa lo ce...