Hari itu langit nampak sudah berwarna orange kekuningan, suara burung-burung yang berkicau seolah menjadi irama pengiring terbenamnya matahari di kala sore itu. Di bawah pohon yang rindang di sekitar taman komplek perumahan, terlihat ada seorang gadis kecil yang tengah meringkuk memeluk kakinya sambil menangis.
Gadis itu sendirian dan terlihat seperti anak hilang atau tersesat. Tak ada yang melihat keberadaannya karena ia bersembunyi di balik pohon. Gadis itu sudah berada di sana sejak beberapa jam lalu. Hingga seorang anak laki-laki yang usianya tak jauh beda darinya datang menghampirinya.
"Kamu sedang apa?" tanya anak laki-laki itu.
Gadis kecil itu terkejut dan mendongakan kepalanya. Ia menatap anak laki-laki itu tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Hei, aku mendengar suara tangisanmu saat aku sedang berjalan. Kamu hampir membuatku ketakutan, aku pikir tadi suara setan. Lihatlah, bahkan bulu kudukku berdiri tegak." tanpa disadari gadis kecil itu sedikit menahan senyumnya mendengar perkataan anak laki-laki di depannya.
"Nah, sekarang kamu udah tersenyum. Boleh aku duduk di sini?"
Gadis kecil itu hanya mengangguk. Si anak laki-laki tadi pun langsung duduk di sampingnya.
"Mamaku bilang setiap orang yang menangis pasti sedang merasa sedih. Apa kamu juga seperti itu? kenapa kamu menangis?" tanyanya.
"Aku sedih karena orang tuaku bertengkar." jawabnya dengan sura serak.
"Jangan sedih. Ini aku punya sebungkus coklat tapi tinggal setengah, kamu mau?"
Gadis kecil itu menatap anak laki-laki yang sedang tersenyum manis padanya seraya menyodorkan bungkus coklat. Ia meraih coklat itu.
"Terimakasih." katanya.
"Sama-sama. Terkadang memakan coklat saat sedang sedih itu bisa membuat hati kita merasa baikan. Benarkan?"
"Uumm!" ia langsung mengangguk. Rasa coklatnya sangat enak sekali. Perasaannya benar-benar menjadi jauh lebih tenang sekarang.
"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kamu baru pindah disini?"
"Benar. Aku baru pindah dua hari lalu." jawab si gadis kecil.
"Kalau begitu maukah kamu berteman denganku? Namamu siapa?"
"Emm.. mamaku melarangku untuk mengatakan siapa namaku dengan orang yang baru kukenal. Bagaimana kalu kamu memanggilku Ratu saja?" usulnya.
"Ratu? Baiklah. Kalau begitu kau juga harus memanggilku Raja, setuju?" gadis kecil itu mengangguk.
"Mari kita bersalaman, dengan begitu kita akan resmi berteman." Anak laki-laki itu menunjukkan cengirannya. Merekapun bersalaman dan saling tertawa ceria.
Sejak saat itulah mereka mulai bermain bersama. Anak laki-laki itu berhasil membuat keceriaan sang gadis kecil kembali. Dan berkatnya juga si gadis kecil itu jadi menyukai coklat, apapun yang berhubungan dengan coklat pasti ia menyukainya. Mereka selalu bermain bersama dimanapun dan kapanpun. Bahkan tanpa mengetahui nama mereka masing-masing.
Hingga pada suatu hari...
"Maaf Raja, Ratu harus pergi... nggak bisa tinggal disini lagi" ucap si gadis kecil dengan wajah tertunduk.
"Ratu mau kemana?? Ratu nggak boleh pergi. Kalo ratu pergi nanti siapa lagi yang bakal nemenin Raja main? Raja nggak mau kesepian." pintanya melas.
"Ratu harus pergi, kalau enggak nanti mama bakal marah. Raja nggak mungkin kesepian, kan sebentar lagi Raja bakal punya adik," gadis kecil itu mencoba tersenyum sambil memegang pundak si anak laki-laki.
"Enggak. Ratu nggak boleh pergi."
"Ratu juga enggak mau ninggalin Raja. Tapi ratu bener-bener harus pergi," ia berkata dengan penuh penyesalan.
"Ratu mau pergi kemana?" tanyanya pasrah.
"Ratu enggak tahu, mama bilang ditempat yang jauh,"
Anak laki-laki tadi nampak berpikir, "Baiklah kalau begitu Ratu boleh pergi. Tapi, Ratu harus janji sama Raja kalau Ratu nggak akan lupain Raja dan kita harus bertemu lagi" katanya.
Gadis kecil itu menangis, "Iya. Ratu janji sama Raja. Kita akan bertemu lagi!" Mereka saling mengaitkan jari kelingkingnya.
"Yaudah Ratu jangan nangis nanti Raja jadi ikutan sedih"Gadis kecil itu tersenyum lebar ketika anak laki-laki disampingnya mengusap air matanya.
"Sayang, ayo kita harus pergi," ucap seorang perempuan menghampiri dua anak tersebut.
Perempuan itu tersenyum ramah lalu mengelus kepala anak laki-laki tadi, "Maaf ya, kami harus pergi. Ayo, Sayang!" dia beralih pada anaknya, si gadis kecil tadi.
"Sebentar, Ma." serunya. Ia pun menghampiri anak laki-laki itu. Ia melepas jepit rambut warna putihnya lalu meberikannya pada si anak lai-laki tadi.
"Ini untuk Raja. Raja harus simpan baik-baik sampai kita bertemu lagi nanti. Raja jangan lupain Ratu."
Anak laki-laki itu menerimanya lalu mengangguk, "Ratu juga enggak boleh lupain Raja. Kalo Ratu sedih, Ratu harus makan coklat biar enggak sedih lagi. Dengan begitu Ratu akan selalu inget sama Raja."
"Pasti. Kalau begitu Ratu pergi dulu ya. Selamat tinggal Raja!"
"Selamat tinggal.. Ratu."
Dua anak itu saling melambaikan tangan hingga kemudian perempuan tadi mengangkat si gadis kecil ke dalam gendongannya. Mereka pergi meninggalkan Raja.
***
Jangan lupa vote and comment 😊
Biar aku semangat updatenya hehe.Kalo ada kesalahan penulisan, kasih tahu ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Nava & Gaza [END]
Fiksi Remaja•Complete• "Gue tahu ini terdengar konyol buat lo," ujar Nava. "Nggak juga. Gue merasakan hal yang sama. Nyokap gue pergi setelah cerai sama bokap gue dan parahnya bokap punya wanita lain lagi" sahut Gaza. Nava terdiam, "Ngomong-ngomong kenapa lo ce...