21

256 23 3
                                    

Sekarang sudah menunjukkan pukul 7 malam, Nava sudah selesai bersiap-siap. Ia menatap pantulan dirinya pada cermin sambil sesekali tersenyum kearah cermin karena merasa puas dengan penampilannya. Kini dia sudah siap untuk ikut dinner bareng keluarga Gaza.

"Nav, udah siap?" tanya Gaza yang bersender di pintu kamar Nava seraya menatap gadis itu.

Nava membalikkan badan dan seketika terkejut melihat keberadaan Gaza yang tiba-tiba sudah ada di sini. "Loh kok... sejak kapan kamu ada di sini?" sahutnya balik bertanya.

"Baru aja." Lalu Gaza berjalan masuk ke kamar Nava dan duduk di ranjangnya. "Kamu dandan?" tanyanya lagi seraya memperhatikan penampilan Nava dari atas sampai bawah.

"Liatinnya biasa aja dong. Nggak cocok ya?"

"Siapa bilang? Malem ini kamu tuh cantik banget sayang. Beda kayak biasanya, jangan-jangan kamu ratu beneran lagi?"

"Dih gombal,"

"Yee siapa juga yang gombal? Orang aku ngomong kenyataan, kamu aja yang nggak sadar. Saking cantiknya nih, aku sampe klepek-klepek liatnya..."

Apa yang diucapkan oleh Gaza memang benar, dia tidak sedang menggombal. Dilihat dari sisi manapun Nava pacarnya tetaplah cantik, tidak ada duanya.

"Apaan sih. Udah deh ntar aku kegeeran lagi."

"Ya bagus dong!" Gaza tertawa renyah.

"Tau ahh Za, ayo turun ke bawah," kata Nava melangkah mendahului Gaza. Namun, baru beberapa langkah tangannya langsung ditarik oleh Gaza hingga kini posisi mereka berpelukan.

"Za lepasin, kamu kesambet apaan sih?" Nava berusaha melepaskan pelukannya, tetapi Gaza malah meletakkan dagunya di pucuk kepala gadis itu dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Bentar aja Ratu,"

"Tapi nanti kita bisa telat dinnernya."

"Gak akan."

Nava pun hanya pasrah. Lalu dia juga membalas pelukan Gaza yang terasa hangat itu, bibirnya mengulum senyum. Setelah puas berpelukan, Gaza merenggangkan jarak diantara mereka. Kini manik mata mereka sedang beradu tatap, kilatan yang bersinar indah pada bola mata Nava membuatnya betah untuk terus menatapnya. Perlahan Gaza membungkukkan badannya kemudian mencium kening Nava dengan sayang.

"Za, katanya kamu bawa adik kamu. Mana?" tanya Nava. Mereka berjalan beriringan menuruni tangga.

"Ada. Noh, di bawah.."

"Bang Gaza kambing!!"

Tuh kan, baru juga diomongin orangnya langsung nongol aja. Gaza hanya meratapi nasibnya memiliki adik yang durhaka seperti Denis.

"Oii kalo mau teriak-teriak jangan di sini. Di hutan sana!" balas Gaza berteriak juga.

Sontak Nava terkekeh geli melihat tingkah laku keduanya. Dia memandang anak kecil laki-laki yang terlihat begitu rapi mengenakan setelan jas hitam dengan dasi kupu-kupu warna merah yang melingkar di kerah bajunya. Ini adalah kali pertamanya Nava bertemu dengan Adik kandung Gaza, wajah mereka terlihat mirip. Sepertinya ketampanan Gaza menurun pada adiknya.

"Wahh.. jadi Kakak Cantik ini pacarnya Abang??" tutur Denis mengagumi pesona kecantikan Nava.

Nava langsung menekuk lututnya di hadapan Denis karena kasihan melihat dia yang terus mendongakkan kepala keatas untuk menatapnya. 

"Kamu imut banget sihh...." Saking gemasnya Nava sampai mencubit kedua pipi Denis. Sementara anak itu hanya melongo karena tak percaya bisa mendapat cubitan dari seorang bidadari yang sangat cantik baginya.

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang