28

265 28 2
                                    

Happy Reading
Maaf telah update hehe..
_________________________

Suara monitor terdengar begitu jelas menemani keheningan di ruangan rawat inap itu. Sudah dua minggu sejak kejadian Nava mengalami kecelakaan tragis yang mengerikan. Dengan ditemani beberapa alat-alat rumah sakit yang masih menempel di tubuhnya gadis itu masih terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.

"Tuhan, ku mohon jangan biarkan sesuatu yang buruk menimpa Ratu. Karena aku tidak akan sanggup jika kehilangan dia. Aku mencintainya, sungguh mencintainya."

Gaza berdoa lagi untuk kesekian kalinya. Ia hanya bisa memasrahkan semua pada Tuhan, dan berharap besar agar gadis cantik yang terbaring di depannya bisa cepat bangun. Gaza tidak tahu kenapa sampai saat ini Nava masih belum sadarkan diri, ini sudah dua minggu tapi tidak ada tanda-tanda gadis itu akan bangun. Membuatnya semakin khawatir saja. Padahal dokter bilang kalau Nava telah berhasil melewati masa kritisnya.

Atau mungkin sekarang jiwa Nava sedang berada di tempat yang sangat tenang, nyaman, dan indah sampai-sampai tidak mau kembali ke tubuhnya?

"Bangun, Nava sayang. Udah dua minggu kamu tidur terus. Emangnya kamu nggak bosen apa? Kamu nggak kangen sama aku?" ucap Gaza yang duduk di kursi di samping ranjang Nava. Digenggamnya tangan gadis itu yang terasa dingin, tidak ada kehangatan seperti yang dulu biasa diberikan kepadanya.

Sungguh, Gaza sangat merindukan keisengan Nava yang sering membuatnya kesal atau wajah sok cute-nya saat sedang meminta coklat padanya. Selama dua minggu ini Gaza hanya duduk menemaninya, mengobrol sendirian,  lalu mencubit pipinya, mencium tangannya, yahh siapa tahu dengan begitu Nava bisa cepat bangun. Bahkan Gaza juga jarang pulang ke rumah.

"Nava... cepet bangun. Aku kangen sama kamu," ujarnya lagi dengan nada lirih.

"Gaza, sebaiknya kamu pulang dan istirahat dulu. Kamu kelihatan berantakan dan pasti juga lelah kan. Biar Mama sama Papa yang jagain Nava," ucap Vena dengan menepuk bahu anaknya. Semenjak kejadian beberapa hari lalu, kedua orang tua Gaza sama-sama memutuskan untuk rujuk. Kini Wisnu dan Vena telah kembali bersatu lagi, membuat keluarga Gaza kembali utuh seperti semula. Namun disaat yang membahagiakan seperti itu justru Gaza juga harus mengalami penderitaan karena Nava terluka parah seperti ini.

"Bener kata Mama kamu, Papa juga nggak mau kamu sakit. Nava pasti sedih kalo liat keadaan kamu yang kayak gini. Pulanglah sebentar biarin kita yang menjaga Nava. Papa pasti akan kasih kabar tentang kondisi Nava, jadi kamu pulang ya?" tambah Wisnu membujuk Gaza yang terlihat lelah.

"Nggak, Ma, Pa. Aku bisa istirahat di sini tanpa harus pulang. Aku nggak mau ninggalin Nava," tolaknya dengan gelengan lemah.

"Tapi keadaan kamu sekarang juga bikin Mama khawatir Gaza, Mama nggak mau kamu jatuh sakit. Udah, percaya aja sama Mama dan Papa oke?"

Gaza menggeleng lagi. "Aku mau di sini nemenin Nava, nungguin dia sadar. Tapi kenapa sampe saat ini Nava masih belum sadar Ma? Aku khawatir banget Ma."

Vena pun mengelus kepala Gaza dengan sayang, dia bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anak laki-laki itu. "Kamu nggak perlu khawatir tentang Nava. Kamu lupa? Selama ini pacar kamu selalu menghadapi masalah hidup yang berat. Jadi mungkin Nava perlu istirahat yang lama supaya dia bisa melupakan semua masalahnya. Mama yakin, dia akan kembali. Nava nggak mungkin ninggalin kamu Gaza."

"Tapi Ma..."

"Udah Gaza, lebih baik kamu pulang," sela Wisnu. "Kamu percaya aja sama kita. Di rumah juga ada Denis yang nungguin kamu, katanya dia kangen sama Abangnya yang jarang pulang ke rumah."

Dengan terdiam sesaat akhirnya Gaza menghela nafas berat. Sejujurnya dia tidak rela jika harus meninggalkan Nava, tapi mungkin orang tuanya benar kalau ia juga perlu istirahat. Jika ia ikutan sakit, maka siapa yang akan menjaga Nava?

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang