"Gua takut"
Rintih Tasya terdengar jelas di telinga Elang, Elang langsung mengacak acak singkat rambut Tasya.
"Lo tenang, gua bakal jagain lo"
"Gua takut"
Rintihan itu terus terdengar di telinga Elang. Ia membiarkan Tasya menangis sejadi - jadinya.
"Udah Sya lo ngga papa, lo udah aman"
Tasya langsung melirik luar lingkungan, ia berharap semoga gerombolan itu pergi meningglakannya. Baru kali ini Elangs adar bahwa Tasya juga memiliki rasa selain tangguh. Setelah membiarkan Tasya tenang, Elang keluar dari dalam mobil menghampiri Dinda yang sedari tadi sudah menunggu di depan mobil.
"Dinda"
"Eh Lang, gimana Tasya udah baikan? "
"Udah, tadi dia nangis terus"
Sambil menghela nafas berat Dinda semakin iba dengan keadaan Tasya sekarang."Lang, gua takut kalau Tasya kenapa napa"
"Iya gua juga, apalagi keadaan dia masih ketakutan"
"Ayahnya pergi keluar kota buat ngejain proyek, gua semakin khawatir dengannya"
Elang yang mendengar perkataan itu sontak langsung menatap serius Dinda, berharapn Dinda peka dan mau menemani Tasya.
"Iya gua nanti tidur di rumah Tasya, gua temenin dia"
Ujar Dinda sonta buat Elang sedikit lega. Elang dan Dinda kembali menuju mobil. Dan Elang langsung menatap ke arah belakang, ia melihat gadis itu tengah tertidur pulas.
"Nanti gua sama temen temen gua jaga di depan rumah Tasya. Gua tau pasti geng montor itu ngga akan berhenti buat ngebahagian Tasya. "
"Lo tau mereka? "
"Mereka geng montor antraks, mereka pasti ngga nyerah gitu aja buat bawa Tasya ke maekasnya"
"Kasihan Tasya"
"Gua takut.. "
Rengek Tasya dalam tidurnya. Elang dan Dinda pikir pasti Tasya Kebawa mimpi soal tadi. Tasya terus terusan merengek ketakutan meskipun dalam tidurnya. Tidak biasanya Tasya se lemah ini. Sampai di depan rumah Tasya, Elang dan Dinda bersepakat untuk tidak membangunkan tidur Tasya. Elang menggendong tubuh Tasya yang kecil menuju ke kamarnya. Tapi ternyata tak di sadari Tasya menarik tangan Elang mengisyaratkan bahwa Elang tidak diizinkan untuk pergi oleh Tasya.
"Lo tidur sini aja"
Gurau Dinda membuat Elang tersenyum malu. Pasalnya jika di perbolehlan Elang ingin sekali menemani Tasya di malam yang mencekam ini.
"Ngga bisa Din, gua harus pergi"
"Ya udah lo temenin Tasya dulu.. Gua mau mandi"
Dinda membuka lemari pakaian Tasya. Emang sudah kebiasaan Dinda memakai pakaian Tasya. Apalagi jika ada pakaian Tasya yang kegedean. Elang tak ingin melepaskan tangan Tasya yang masih mengunci tubuhnya untuk berjalan keluar. Elang duduk di samping tubuh Tasya sambil mencermati detik demi detik wajah Tasya sembari menunggu Dinda datang.---0---
Burung berkicau dengan merdunya. Cahaya matahari sudah mulai memasuki kamar Tasya. Dinda yang sedari tadi sudah bangun dan menyibukkan dirinya untuk membereskan kamar Tasya dan juga memasak bubur untuk sahabatnya itu. Dinda memutuskan untuk izin sekolah dengan Tasya, karena Dinda masih mengkhawatirkan keadaan Tasya yang belum sepenuhnya membaik.
Tok tok tok.. Pagi ini Elang memtuskan untuk mampir ke rumah Tasya sebelum berangkat ke sekolah. Ia sengaja melakukan hal ini karena ia ingin mengetahui keadaan Tasya saat ini."Eh.. Elang"
Dinda membukakan pintu depan rumah Tasya. Sambil berjalan menuju ke kamar Tasya Elang selalu bertanya bagaimana kabar Tasya apakah ia sudah membaik.
"Lo langsung ke kamar Tasya, gua masih masak air di dapur"
"Nih.. Udah gua bawain makanan, ngga usah masak"
"Wahh lo baik banget deh"
"Itu bubur buat Tasya.. "
"Iya tau kok gua"
Elang langsung membuka kamar Tasya dan melihat gadis itu masih terbujur lemas di dalam tempat tidurnya. Sisa luka lebamnya masih tampak jelas di wajahnya.
"Elang.."
Sapa Tasya yang melihat sosok laki laki itu sudah berdiri di depan pintu dengan seragam sekolah yang lengkap.
"Lo udah bangun Sya? "
Elang yang mendengarkan ucapan Tasya langsung berjalan menghampiri Tasya.
"Lo ngapain ke sini? "
"Gua khawatir sama lo"
"Gua udah ngga papa kok"
"Syaa.. Lo lupa semalam lo nangis ketakutan? Lo bisa bikin gua gila tau nggak! "
"Maaf ya Elang"
"Gua yang harusnya minta maaf sama lo"
Elang duduk disamping tubuh Tasya. Tidak lupa Elang mengelus elus puncak kepala dari gadis itu.
"Ratna gimana? "
Tanya Tasya langsung gugup.
"Dia baik baik aja, kemarin ada kak Langit yang bawa dia pulang. Mungkin kak Langit nanti kesini buat ngecek keadaan lo"
"Gua masih takut Lang"
Jawab Tasya yang masih memperhatikan sekelilingnya.
"Udah lo ngga usah takut ada gua"
"Lang.. Udah jam berapa ini? "
Tanya Dinda yang tiba - tiba muncul menyelak pembicaraan Elang dan Tasya.
"Mending lo berangkat gih sana"
"Terus Tasya gimana? "
"Ngga usah pikir gua, pelajaran lebih penting Lang"
"Sya.. "
"Lang.. Udah sana keburu telat, guakan ada Dinda"
"Ya udah, Din titip Tasya ya.. "
"Iya udah tenang aja"
Elang mengambil jaket dan tasnya, Elang keluar dari kamar Tasya dan pergi meninggalkan rumah Tasya. Disana hanya tersisa Dinda dan Tasya. Tasya mencoba untuk bangkit dan perlahan ia mulai bisa untuk mengobati lukanya, meskipun harus di bantu dengan Dinda.
Saat itu juga aku mulai tertarik denganmu
![](https://img.wattpad.com/cover/221103157-288-k573840.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Teen Fiction"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"