Teror

14 3 0
                                    

Tasya benar benar sendiri di dalam kamarnya. Memang sudah terbiasa ini terjadi tapi keanehan itu tiba - tiba muncul. Petanda apa ini untuk Tasya. Gadis yang masih duduk di tempat tidurnya harus dikejutkan oleh sekepal kertas yang tiba - tiba masuk dari jendela luar. Kepalan kertas itu tepat berada di hadapannya. Karena Tasya memiliki sifat ingin tahu, tak pikir lama Tasya langsung membuka kertas tersebut.

INGET!! LO MASIH DALAM INCARAN GUA..!!!
GUA AKAN BUAT LO TUNDUK DIHADAPAN GUA..!

Setelah tulisan itu terbaca oleh Tasya. Tubuhnya mulai bergemetar, tangannya mulai dingin dan nampak waiah ketakutan itu mulai muncul. Dinda terkejut melihat Tasya yang sudah menangis ketakutan itu. Padahal Dinda hanya sebentar meninggalkan temannya itu tapi kenapa raut wajahnya sudah mulai berubah derastis.

"Sya lo kenapa? "

Tanya Dinda yang merasa cemas melihat Tasya yang sudah menangis itu.

"Sya..? "

Tasya hanya terdiam tanpa ucap Dinda mulai khawatir dengan keadaan Tasya langsung mentelfon Iqbal. Hanya satu nama itu yang bisa ia percaya untuk dapat keluar sewaktu jam pelajaran masih berlangsung. Dinda mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Kenapa Din? "

Iqbal yang langsung menyahut panggilan Dinda juga mendengar bahwa Tasya sedang menangis.

"Bal, lo ke rumah Tasya sekarang! Dia ketakutan Bal, gua takut kalau gerombolan itu macam macam lagi sama Tasya"

"Pas banget, gua masih ngurus surat izin, setelah ini gua langsung ke rumah Tasya sama Elang. Lo jaga Tasya dulu"

Iqbal mematikan sambungan telfinnya. Dinda berusaha mencari sebab kenapa Tasya menangis histeris karena ketakutan. Ia melihat selembar kertas yang sudah lusuh berada di samping Tasya. Dinda yakin itu adalah penyeban terjadinya Tasya seperti ini. Dinda langsung meraih kertas itu dan membacanya. Ia sadar hanya ada satu celah orang itu mampu memasukkan kertas itu. Dinda langsung mengecek jendela luar kamar Tasya, ia meneliti bagian bagian yang mencurigakan, siapa tahu sang pengirim masih ada disini. Namun tidak ada bukti, pengirim sudah tidak terlihat lagi. Dinda secara otomatis menutup jendela kamar Tasya rapat - rapat.

"Sya gua ambil minum buat lo dulu ya"

"Pleasee jangan tinggalin gua, gua takut"

Dinda merasa bahwa Tasya benar benar merasa ketakutan. Dinda langsung mendekap Tasya dengan pelukannya, mungkin bisa mengurangi ketakutannya. Beberapa menit kemudian Iqbal dan Elang datang. Mereka langsung menemui Tasya yang terlihat sedang terpuruk. Iqbal menggantikan posisi Dinda, ia langsung memeluk tubuh gadis itu dengan hangat. Tasya terlihat sangat nyaman dengan Iqbal mungkin karena kesehariannya ia menghabiskan waktunya bersama Iqbal karena berbagai agenda kegiatan yang harus di bicarakan.

"Tenang ya, gua disini bakal temenin lo kok"

Elang hanya bisa terdiam melihat keromantisan mereka berdua. Dinda yang keluar dari kamar itu membuat Elang juga mengikuti langkah Dinda untuk keluar dari kamar Tasya dan membiarkan Iqbal yang menenangkan Tasya.

"Apa yang terjadi sama Tasya Din? "

Tanya Iqbal setelah sampai di dapur. Dinda menyodorkan selembar kertas yang ia temukan di kamar Tasya. Elang mulai faham bahwa gerombolan orang orang itu masih mengincar Tasya. Dan dugaan Elang benar Tasya sudah tidak aman lagi.

"Kenapa lo bisa setengah ini? "

"Tadi gua nganter kak Langit keluar, terus gua balik ke kamar Tasya udah nangis kayak gitu"

Sambil menghela nafas berat Elang mulai mengepalkan jari jarinya, pertanda ia sudah ingin menghabisi orang tersebut karena sudah membuat Tasya seperti ini. Hanya ada satu nama di fikiran Elang yaitu sosok yang menjadi pemimpin dari geng tersebut, itu adalah Alvin.

MetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang