Setelah pulang sekolah Tasya membereskan rumahnya dan menatap dinding kosong yang dulu terpasang foto keluarga.
"Ternyata kamu dilahirkan tanpa tahu siapa orang tua kamu Sya.. "
Decak Tasya dalam batinnya. Tasya menyapu dan nengepel lantai rumah ayah angkatnya. Tasya sadar bahwa selama ini dia menjadi anak tak berguna bagi keluarga angkatnya bahkan dulu disaat ayah dan ibu angkatnya menyahanginya begitu tulus.
---0---
Elang membaringkan tubuhnya di kasur dan bermain hp seperti biasanya meskipun untuk saat ini dia sedang sakit.
"Udah tau masih sakit kenapa main hp? Mau hpnya mamah sita? "
Ujar wanita paruh baya yang datang secara tiba - tiba tanpa mengetuk pintu.
"Mamah.. "
Ucap Elang spontan. Bahkan Mamah Elang melihat jika anaknya sedang bermain hp secara tak wajar karena Elang terlihat tersenyum sendiri. Mamah Elang menggelengkan kepalanya dan duduk di samping Elang.
"Kamu kenapa kok senyum senyum sendiri? "
"Hah? Mamah salah lihat kali"
Ujar Elang kikuk karena tertangkap basah.
"Mamah ngga mungkin salah lihat, ayo cerita sama mamah kenapa anak mamah ini senyum senyum sendiri? "
"Ahh mamah ngga jelas.. Cerita apa coba"
"Yakin nih ngga mau cerita sama mamah? "
"Aduhhh.. Kepala Elang pusing mah"
Elang berusaha mencari alasan. Mamah Elang melihat bagaimana Elang yang di buat kebingungan untuk mencari alasan.
"Alesan.. Mamah cuman mau bilang kalau ada tetangga baru di depan rumah kita dia baru pindah tadi siang"
"Apa hubungannya sama Elang sih mah.. Mamah aneh ah"
Mamah Elang langsung mencubit perut anak laki - lakinya itu karena merasa kesal dengan jawaban sang anak.
"Biar kamu tahu.. Ya udahlah kamu kalau di bilangin ngga pernah ngertiin mamah, istirahat jangan senyum senyum sendiri"
Ucap wanita paruh baya itu sebelum pergi meninggalkan sang anaknya. Elang menutup pintu kamarnya dan tak lupa untuk mengunci jangan sampai setelah mamahnya kakaknya masuk dan mempergoki bahwa dia sedang senyum - senyum sendiri.
Elang langsung meraih hpnya kembali dan menatap foto profil milik Tasya. Elang mencoba untuk menenangkan hatinya agar tidak terbawa perasaan lagi, tapi semua itu percuma. Elang langsung menelepon Tasya untuk memastikan bahwa orang yang ia cingai itu sedang baik - baik saja. Namun sayang telepon Tasya berada di panggilan lain. Elang berusaha unuk positif thinking karena mana mungkin Tasya sedang menelepon pacarnya. Tapi itu tidak mudah bagi Elang perasaannya mengatakan bahwa Tasya dengan bertelepon dengan seseorang yang membuat ia terbakar cemburu.
Elang membuang hpnya ke kasurnya dan keluar kamar dengan perasaan yang panas. Elang duduk di depan TV sambil menyalakan AC dengan suhu yang paling rendah.
"Mah.. Dingin banget sih kayak di kutub utara"
Ujar kakak Elang yang baru datang dari rumahnya.
"Woi Lang lu ngapain sih.. "
"Lu lihat gua lagi ngapain?"
"Sopan dikit sama kakaknya sendiri"
Ujar Mamah Elang untuk melerai pertikaian antara dua anak kandungnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Teen Fiction"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"