Lo terluka karena gua

10 1 0
                                    

Tasya merasa sungkan untuk berpegangan dengan tubuh Elang. Sampai Elang yang menggeret tangan Tasya untuk memeluk tubuhnya. Tasya begitu terlihat nyaman saat berada di dekat Elang. Di tengah perjalanan Elang dan Tasya di kejutan oleh segerombolan geng montor yang tidak asing lagi bagi mereka. Yapp.. Itu adalah geng montor yang menyerang Tasya kemarin. Tasya merasa dirinya sudah terancam ia memeluk erat tubuh Elang secara ketakutan.

"Ada gua, lo tenang aja"

Elang melihat wajah Tasya yang panik dari kaca spion montornya. Elang langsung menaikkan kecepatan motornya karena geng itu sudah terlihat jelas sedang mengikuti pergerakan mereka. Sesekali Tasya menoleh ke belakang untuk mensurvei berapa jarak antara montor Elang dan montor geng itu.

"Elang hati - hati"

Lirih Tasya. Kesabaran Elang sudah habis melihat Tasya yang semakin ketakutan, sebenarnya Elang bisa melebihi batas kecepatan maksimum tapi Elang khawatir dengan Tasya kalau sampai nanti terjadi apa - apa.

"Kita lawan mereka!"

Jawab Elang dengan nada serius sambil menatap spion arah Tasya.

"Lo serius mau ngelawan mereka? "

"Ngga ada pilihan lain Sya, gua ngga bisa ngebut saat bawa lo! Gua ngga mau lo kenapa - napa"

"Maafin Tasya ya Elang"

Ujar Tasya merasa bersalah. Lagi - lagi Tasya harus merepotkan Elang. Elang tahu ini sangat berbahaya bagi dirinya, tapi dia juga harus melindungi Tasya selalu orang yang dia kasihi selama ini.

"Lo ngga salah! Sya ambil HP gua di saku jaket yang lo pakai"

Perintah Elang. Tasya langsung meraba keberadaan dari hp Elang dari jaket Elang yang Tasya pakai. Tak cukup lama untuk mencarinya, Tasya akhirnya menemukan hp Elang.

"Gua bakal telfon polisi"

Ujar Tasya membuat Elang kebingungan karena geng montor tersebut tidak takut dengan polisi sebab ayah dari ketua geng tersebut adalah seorang polisi.

"Jangan telfon polisi! "

Bentak Elang sedikit keras membuat Tasya terkejut dan sedikit merasa sakit hati.

"Elang jangan bentak gua dong! "

Seru Tasya memukul bahu Elang. Mata Tasya sudah mulai berkaca - kaca tapi Tasya harus tetap kuat dan tak ingin terlihat cengeng di mata Elang.

"Lo telfon Gathan sekarang! "

Perintah Elang kembali dan dituruti kembali oleh Tasya. Gadis itu mulai membuka hp Elang yang tidak tersandi. Tasya mencari nomor Gathan dan mentelfonnya seketika.

"Sya lo bilang gua butuh bantuan mereka di jalan merpati, suruh anak - anak kumpul sekarang! "

Elang mempercepat kembali laju montornya saat tahu bahwasannya geng montor tersebut sudah mulai mendekat.

"Ada apa Lang? "

Ucap Gathan sahabat Elang dalam telfon.

"Tolong"

Lirih Tasya ketakutan. Sesekali Elang melihat kondisi Tasya yang masih baik baik aja di kaca spion montornya.

"Lo siapa? "

Seru Gathan terdengar gaduh.

"Tolongin Elang, dia butuh bantuan lo!"

"Dimana dia? "

"Di jalan merpati"

Sahut Tasya lirih. Geng montor itu ternyata sudah tepat berada di samping montor Elang. Dengan kekuatan penuh Elang mempercepat kembali laju montornya. Tak ada suara yang terdengar dari Tasya setelah mentelfon Gathan. Tasya hanya memejamkan matanya dan memeluk tubuh Elang kuat kuat meskipun telfon dari Gathan belum di matikan oleh Tasya.

MetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang