Sinar matahari perlahan masuk ke dalam kamar. Tasya mulai membuka matanya dan menatap dinding langit yang penuh dengan hiasan bintang bintang.
"Gua dimana ini? "
Ujar Tasya dalam hatinya. Tasya menatap sekitarannya yang masih asing baginya.
"Ehh.. Cantik, sudah bangun? "
Ujar tante Rita selaku mamah Gathan masuk ke dalam kamar membawakan segelas susu dan roti cokelat.
"Kamu ada di rumah Gathan.. Semalam Gathan mau anter kamu pulang tapi kamu nggga mau pulang"
Ujar tante Rita mendekatkan dirinya kepada Tasya. Tasya minum susu yang di berikan mamahnya Gathan agar merasa sedikit hangat.
"Makasih ya tante.. "
Tasya tersenyum hangat. Mamah Gathan menatap Tasya dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Mamah Gatahan membelai rambut Tasya dengan pelan.
"Kamu itu kalau ada masalah cerita saja sama tante atau Gathan.. Tante pasti mau mendengarkan cerita kamu, bahkan tante akan jadi pendengar yang baik buat kamu"
"Tantee.. Makasih banyak ya atas tawarannya"
Tante Rita memegang tangan mungil Tasya yang masih terasa hangat.
"Silahkan kalau mau cerita sama tante"
Tasya menggangguk pelan dan berpikir apakah dia harus menceritakan kepada sosok ibu yang masih asing baginya.
"Emm... "
"Ya sudah kalau kamu belum mau cerita sama tante, sebenarnya kamu itu mengingatkan tante kepada anak tante yang hilang 17 tahun yang lalu. Mungkin kalau dia ada disini dia akan sebersar kamu"
"Kok 17 tahun te? Berarti seumuran sama Gathan? "
"Dia kembarannya Gathan"
"Pasti cantik ya te soalnya Gathan juga ganteng, Eumm.. Tante boleh kok peluk Tasya kalau semisal tante kangen sama kembaran Gathan"
Tak perlu waktu yang lama bibir tante Rita langsung tersenyum lebar dan memeluk Tasya dengan pelukan hangat. Rasa nyaman yang datang mampu membuat kangen tante Rita terhadap anaknya sedikit terobati. Tante Rita merasa bahwa ada ikatan batin antara dirinya dan juga Tasya, namun tante Rita hanya bisa diam.
"Tante, Tasya juga kangen banget sama ibu.. Mungkin kalau ibu masih hidup ibu bakal sama kayak tante meluk Tasya kayak gini"
Ujar Tasya dalam pelukan tante Rita. Tasya memejamkan mata sebentar untuk merasakan bagaimana rasanya kehangatan seorang ibu.
---0---
Gathan memakai jam tangannya dan keluar dari kamarnya.
"Woi than.. Tuh temen lu"
Ujar mawar yang duduk di sofa ruang tamu.
"Udah bangun ya? "
"Tante tadi bilang udah bangun, sono ajak kemana kek biar dia mau cerita"
Gathan terdiam berdiri sambil memikirkan akan mengajak Tasya kemana.
"Kira - kira ajak kemana ya?.. Eh menurut lu nih ya sebagai seorang perempuan enaknya di ajak kemana? "
"Ke kuburan aja sono.. Gitu aja masih tanya "
Decak Mawar sambil terkekeh. Gathan langsung bergegas menemui Tasya yang masih berada di dalam kamar Mawar.
Tok tok tok..
Gathan mengetuk pintu kamar sebelum masuk. Terilaht Tasya sedang duduk di kasur dan menyandarkan tubuhnya di dinding.
"Sya.. Jalan yuk"
Ajak Gathan sambil melangkah mendekatkan diri ke Tasya.
"Enggak! "
"Sya... Cobalah untuk terima keadaan, berdamai dengan hati"
"Hmm"
Gathan menghela nafas berat. Untuk memaklumi sebuah perasaan dari seorang perempuan sebenarnya Gathan tidaklah cukup pandai karena sikapnya yang dingin.
"Sya... Gua ngga tau masalah lu apa, tapi setidaknya lu jangan berlarut - larut dalam masalah lu"
"Lu ngga tau bagaimana jadi gua than! "
Teriak Tasya. Mata Tasya terlihat membawang karena harus mengingat kembali masalah semalam.
"Iya emang gua ngga tau bagaimana jadi diri lu, tapi lu masih punya hatikan? Lu masih punya raga dan jiwa lu, sampai kapan lu ngga mau berdamai dengan keadaan?"
Jelas Gathan. Tasya terdiam mendengarkat tutur kata Gathan yang masuk akal juga.
"Gua bukan anak kandung bokap sama nyokap gua! Orang yang selama ini gua percaya dalam kehidupan gua ternyata seorang pembohong! Lu pasti ngga tau bagaimana rasanya semalam jadi gua! "
Air mata Tasya langsung keluar dari pelupuk matanya. Gathan meraih tangan Tasya mencoba untuk menguatkannya.
"Gua ngga tau siapa nyokap dan bokap gua Than, gua ngga tau gua harus gimana"
"Lu masih punya Gua, Elang, and sahabat - sahabat lu lainnya. Kalo lu canggung jika harus hidup bersama ayah angkat lu.. Lu boleh tinggal di rumah gua, nyokap gua senang kalo lu ada disini"
"Gua ngga mau than... Gua tau nantinya gua bakal jadi parasit di kehidupan lu! "
"Sya.. Lu itu temen gua, lu bukan parasit! Gua bakal bantu lu cari orang tua kandung lu.. Gua janji"
Gathan mengangkat jari kelingkingnya untuk melakukan perjanjian.
"Lu serius? "
Tanya Tasya ragu.
"Gua serius Sya"
Tasya mengangkat jari kelingkingnya dan menyatukan di jari kelingking Gathan. Ooo so sweet.. Itu membuat Tasya merasa cukup lega. Dan Tasya mulai mengusap air matanya yang jatuh, sedangkan Gathan melihat tingkah Tasya dengan tersenyum.
Katanya Tuhan punya cara yang indah untuk membuat mahluk ciptaaNya tersenyum. Dan aku percaya apa kata Tuhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Teen Fiction"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"