Sudah satu minggu ayah Tasya tidak ada kabar sama sekali. Tasya sudah bertanya kepada rekan kerja ayahnya tapi teman - temannya bilang tidak ada yang tahu. Tasya mulai bingung entah kemana ia harus mencari ayahnya.
"Ka anterin gua ke kantor ayah ya nanti sepulang sekolah"
Ujar Tasya kepada Raka. Raka mencopot Headhsetnya sambil mendengarkan Tasya sedang berbicara.
"Lo yakin mau cari ayah lo ke kantornya? Coba lo hubungi lagi deh siapa tahu nyambung"
Tasya mencoba untuk menghubungi sang ayah kembali siapa tahu telpon dari Tasya bisa tersambung ke ayahnya.
"Hallo ayah? "
Ucap Tasya setelah mendengar telfonnya tersambung.
"Kenapa Sya? "
Mendengar suara sang ayah Tasya merasa lega. Keindahannya dan kerinduannya sudah terobati setwlah mendengar suara sang ayah .
"Ayahh.. "
Ujar spontan Tasya. Tasya merasa semangatnya kembali ada dan ia merasa gembira. Raka lega karena melihat Tasya yang sudah mulai tersenyum kembali.
"Tasya, disini masih ada pekerjaan.. Kemungkinan ayah pulang minggu depan, itupun kalau tidak di perpanjang oleh kantor"
"Ayah jahat banget! Tasya sering kali hubungi ayah terys kirim pesan ke ayah tapi nomor ayah ngga pernah aktif"
"Ayah lagi sibuk Sya, maafin ayah ya"
"Hmm.. Sediluk apapun ayah, ayah harus ngasih kabar ke Tasya.. Apa ayah ngga rindu sama Tasya? "
"Nanti ayah kirim uang jajan ya, maafin ayah.. Ayah harus kerja kembali"
"Ayah, Tasya masih kange---"
(tut...tut..tut..) Nada percakapan terputus terdengar dari telepon Tasya. Raut wajah Tasya terlihat kembali kecewa.
"Kenapa Sya? "
Tanya Raka panik.
"Ngga papa"
Tasya izin keluar kelas. Tasya berjalan menuju ke taman belakang sekolah tempat terbiasa bagi Tasya untuk menyendiri.
"Sya.. "
Teriak Raka yang menyusul Tasya dari arah belakang. Raka mempercepat langkahnya agar ia mampu menyeimbangi langkah Tasya. Tasya memilih untuk duduk dan bersandar di dinding. Tasya duduk menekukkan kakinya dan menundukkan kepalanya.
"Ayah kenapa Sya? "
Tanya Raka yang menghampiri Tasya. Beberapa menit Tasya terdiam sebelum ia mengumpulkan niat untuk Mendangakkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Raka.
"Ayah udah ngga sayang lagi sama gua"
Ujar Tasya membuat Raka menaikkan alisnya. Bagaimana bisa dulu sang ayah sebagai tokoh utama yang sering diceritakan Tasya karena kejahatannya kini Tasya bisa mengucap seperti itu.
"Mungkin ayah lo lagi banyak kerjaan "
"Udah satu minggu ayah ngga ada kabar ka, dan sekarang waktu ayah ada kabar ayah ngga respect sama gua, ayah ngga tanya gimana kabar gua, sekolah gua"
"Lo positive thinking aja, ayah lo pasti khawatir sama lo"
"Ka, gua ngga pernah minta ayah buat khawatir sama gua, tapi gua cuman ingin perhatian dan kasih sayangnya ayah ngga berkurang sedikitpun ke gua. Lo tau sendirikan Ka gua udah ditinggal nyokap gua dari kecil masa iya perhatian ayah gua ke gua juga harus berkurang. Gua capek Ka"
"Nyokap lo sedih lihat lo kayak gini"
Ujar Raka. Tasya memejamkan matanya sejenak mengingat sang ibu yang sudah pergi mendahuluinya.
---0---
Karena Raka sedang ada acara maka Tasya memutuskan untuk pulang sendiri. Tapi ternyata Elang sudah menunggu Tasya di depan pintu kelasnya, bagaimana tidak romantis mereka berdua yang berbeda organisasi, tidak satu kelas, bisa saling jatuh terhadap rasa. Elang menarik tangan Tasya sewaktu keluar dari kelasnya. Fina yang melihat kejadian inipun langsung tersentuh hatinya melihat adegan romantis yang jarang di tonton oleh Fina.
"Ihh ngapain pegang pegang"
Ujar Tasya berusaha melepaskan tangan Elang.
"Gua anter lo pulang!"
Ucap Elang berwajah dingin. Fina semakin baper melihat kejadian ini apalagi notaben Tasya yang bertubuh lebih pendek daripada Elang.
"Gua bisa pulang sendiri! "
Sahut Tasya. Windapun ikut terpakau menonton drama ini. Winda dan Fina tersenyum geli.
"Udah ayo"
Elang menggeret tangan Tasya kembali. Tubuh Tasya yang energinya lebih kecil daripada Elangpun langsung ikut begitu saja. Fina dan Winda berdada - dada kepada Tasya.
"Bay.. Bay Tasyaa"
Teriak mereka berdua. Tasya dan Elang berjalan seiringan. Banyak sekali siswi siswi yang tidak suka melihat adegan ini.
"Elang, Tasya malu! "
"Ngapain harus malu? "
"Lo sama gua itu beda! "
Tegas Tasya. Tak membuat Elang merayu sedikitpun. Sesampainya di parkiran karena cuacanya mendung Elang memberikan Jaketnya ke Tasya sebab Elang tahu kalau Tasya tidak membawa jaket.
"Lo pake aja"
Sahut Tasya. Tasya terdiam sambil meneliti tempat parkiran yang terpenuhi oleh montor - montor siswa. Elang memberikan Helmnya kepada Tasya karena Tasya tidak membawa helm.
"Ihh lo aja"
Sahut kembali Tasya.
"Terus lo maunya apa? "
"Gua bisa pulang sendiri!"
Jawab Tasya, Elang mengacak acak rambutnya sendiri.
"Lo yakin bisa sampai rumah kalau pulang sendiri? "
"Bisa! "
"Lo lupa lo udah di buat target sama anak anak geng montor ression? Gua ngga bakal maksa lo buat ikut gua, tapi kalau lo kenapa napa.. Gua ngga akan bisa tahu karena ngga ada di situ"
Tasya mulai sadar dan faham kalau maksut dari Elang itu benar. Bisa jadi anak anak geng montor itu sudah menunggunya di depan gerbang sekolah.
"Ya udah"
Ketus Tasya.
"Nih lo milih helm atau jaket? "
Tasya langsung mengambil jaketnya karena dia tahu helm itu penting buat Elang supaya Elang lebih aman. Tasya memakaikan helm itu ke kepala Elang membuat jantung Elang berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
Hal yang tak akan pernah terlupakan adalah kasih sayang keluarga dan seorang anakpun harus perlu mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Teen Fiction"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"