Elang duduk di sofa ruang tamu menatap foto Tasya yang terlihat manis dan lucu dari layar hpnya. Tanpa Elang ketahui senyumannya tiba - tiba terukir di raut wajahnya.
"Tumben senyum - senyum sendiri"
Ucap Kak Diah kakak kandung Elang sekaligus ibu dari Caca ponakan Elang.
"Apaansih ganggu banget"
Sahut Elang langsung menutup layar hpnya.
"Halah pasti soal perempuan tuh"
Ejek Kak Diah melemparkan bantal sofa ke arah Elang.
"Sotoy"
Elang melemparkan kembali bantalnya ke arah Kak Diah.
"Idih, emang benerkan"
Jawab Kak Diah. Karena Elang merasa cukup malu dengan ejekan kakaknya Elang langsung mengambil jaketnya dan pergi dari rumah sang kakak.
"Kebiasaan pergi ngga pake pamit"
Decak Kak Diah. Elang tersenyum karena memang sudah kebiasaannya seperti ini. Di luar rumah Elang langsung menelfon Tasya untuk segera siap siap karena Elang akan mengajarinya bela diri.
"Apa? "
seru Tasya dalam telfon.
"Jadi ngga latihan? "
Tanya Elang sebelum memutuskan untuk menghampiri Tasya.
"Jadi dong"
"Ya udah lo buruan siap siap gih"
"Hah, sekarang? "
"Tahun depan "
"Ihh Elang"
"15 menit lagi gua sampai"
Elang langsung mematikan telfonnya dan langsung menuju ke rumah Tasya. Sesampainya di rumah Tasya, Elang melihat gadis itu sedang duduk di terasnya dan memainkan hpnya. Elang mematikan montornya dan mencopot helmnya.
"Lain kali jangan dadakan dong"
Ketus Tasya protes kepada Elang. Elang menyibakkan rambutnya dan merapikan karena habis memakai helm.
"Udah nunggu lama? "
Tanya Elang berjalan menuju ke arah Tasya.
"30 menit "
Sahut Tasya sambil memonyongkan bibirnya.
"Busett dah, suka ngadi ngadi lo"
Jawab Elang sembari mencopot jaketnya.
"Habisnya lo suka dadakan kayak tahu bulat"
Ketus Tasya kembali.
"Lo mau tahu apa alasannya? "
Tanya Elang serius menatap ke mata Tasya. Tasya meletakkan hpnya, meneguk perlahan ludahnya, dan mengambil nafas berat.
"Apa? "
Tanya Tasya balik serius. Tasya menatap mata Elang yang menakutkan seperti harimau.
"Karena gua pengen cepet cepet ketemu sama lo, hahahaha... "
Sahut Elang tertawa terbahak - bahak setelah melihat eksperi Tasya yang serius.
"Ngga lucu..! "
Tasya memalingkan tubuhnya dari Elang karena perkataan Elang yang tidak serius.
"Sya, lo kan pernah bilang ke gua kalo mungkin gua ngga akan bisa jagain lo untuk selamanya.. Dan gua pun menyadari akan hal itu, tapi sebisa mungkin gua bakal ngejagain lo sampai kapanpun"
Seru Elang serius. Tasya kembali memalingkan tubuhnya ke Elang setelah mendengar kata - kata Elang.
"Gua pikir geng ression ngga akan melepaskan lo gitu aja, dan ngga mungkin gua setiap detik ada disisi lo.. Gua tau lo perempuan yang kuat, lo perempuan yang bisa melawan apapun, lo itu batu yang ngga akan pernah lapuk"
"Sya.. Gua ngga mau lo kenapa - napa, jadi please nanti lo harus latihan serius sama gua, lo harus bener bener mempraktikan semua gerakan yang gua berikan ke lo jikalau lo sedang dalam bahaya"
Tangan Tasya yang kanan dengan yang kiri saling mencubit.
"Apaansih, jadi baperkan gua"
Ketus Tasya. Melemparkan koran ke arah Elang.
"Gua bicara serius Sya..! "
"Iya gua tau, ya udah kita latihan di belakang aja"
Tasya beranjak dari terasnya dan masuk ke dalam rumahnya, disusul dengan Elang.
Sesampainya di belakang rumah Tasya terus memperhatikan intruksi Elang. Mengikuti segera pergerakan yang Elang ajarkan untuk Tasya tirukan. Mulai dari pemanasan hingga gerakan latihan dimulai. Latihab menonjok dan menendang seseorang.
"Kakinya yang lurus"
Ucap Elang sembari membenarkan bagaimana posisi yang benar.
"Ini tangannya di lurusin aja jangan nekuk kayak gini"
Kata Elang kembali. Elang membenarkan posisi tangan Tasya, saat ini jarak antara Tasya dan Elang sangat dekat karena Elang membenarkan tangan Tasya dari samping tubuh Tasya. Tak ada rasa gugup, canggung bahkan salting karena mungkin Tasya masih belum memiliki rasa Lalun terhadap Elang.
Dua jam berlu.. Keringat Tasya terlihat bercucuran dan nafasnya terasa ngos ngosan.
"Udahin dulu ya latihannya"
Ucap Elang kepada Tasya yang duduk karena kelelahan.
"Sumpah capek banget, njirr.. "
Decak Tasya meluruskan kakinya. Elang masuk ke dalam rumah meninggalkan Tasya. Tasya menghirup udara segar dengan rasa lelahnya selama berlatihan. Elang datang kembali membawa dua botol minuman berion.
"Nih buat lo"
Ujar Elang melemparkan botol minuman itu ke arah Tasya.
"Thanks.."
Sahut Tasya. Elang duduk di sebelah Tasya dan minum minuman berion itu.
"Keren sih lo cepet banget nangkapnya"
"Kan lo yang ngajarin"
Jawab Tasya. Elang melihat beberapa panggilan yang masuk dari Odit. Elang tahu jika Odit menelfonnya berulang kali pasti terjadi sesuatu sama anak anak di basecamp.
"Sya gua cabut dulu ya"
Ucap Elang langsung berdiri.
"Buru - buru banget? "
Tanya Tasya melengkungkan alisnya.
"Lo jaga diri baik - baik"
Elang pergi dari halaman belakang rumah Tasya untuk mebuju ke ruang depan disusul dengan Tasya. Tasya melihat pergerakan Elang yang begitu cepat dan terlihat buru - buru. Elang memakai jaketnya dan langsung keluar dari rumah Tasya.
"Lang, jangan ngebut - ngebut "
"Iya.. "
Ucap Elang memakai helmnya.
"Hati - hati"
Ujar Tasya. Elang melambaikan tangannya ke arah Tasya dan menghidupkan montornya untuk segera pergi ke basecamp.
Tetaplah seperti ini, antara aku kamu dan kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Ficțiune adolescenți"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"