Tasya terus memohon kepada Elang agar dia tak bertindak dengan apa yang tidak Tasya harapkan.
"Gua paling ngga bisa lihat wanita nangis"
Ucap Gathan yang beranjak pergi keluar dari basecamp."Sya udah jangan nangis"
Ujar Odit menenangkan Tasya. Elang menatap Tasya yang meloloskan air matanya. Mungkin saat ini Elang harus menahan emosinya dan meningkatkan kesabarannya. Elang langsung menyuruh Odit untuk geser. Elang duduk di samping Tasya.
"Maafin gua ya sya"
Ujar Elang yang kaku. Mendengar ucapan itu Tasya langsung mendekap tubuh Elang. Odit langsung menutup matanya dengan kedua tangannya.
"Lo janji sama gua lo ngga bakal ngelakuin itu"
Kata Tasya tersedu sedu.
"Iya gua janji Sya"
Seru Elang memeluk hangat tubuh Tasya. Tasya terus menangis di pelukan Elang. Bagaimanapun ini bukan urusan Elang jadi Tasya ngga mau kalau Elang dan teman - temannya akan kenapa - napa karena ulah Gengnya Alvin.
"Udah ya jangan nangis"
Ucap Elang menghapus air mata Tasya yang masih jatuh.
"Ihh.. Tuh kan gua jadi melo"
Kata Tasya berusaha menghapus air matanya sendiri.
"Ya ampun... Lama banget sih, udah atau belum nih adegan mesumnya"
Ujar Odit masih dalam posisi menutup matanya.
"Lo jangan gila deh dit, siapa juga yang mesum..! "
Seru Tasya melemparkan kulit kacang yang ada di meja ke arah Odit.
\-\-\-0\-\-\-
Elang menghantarkan Tasya untuk pulang ke rumah. Tasya sangat senang bisa mengenal Elang dan teman - temannya.
"Elang.. "
Tanya Tasya.
"Hm.. "
"Elang besok antar Tasya buat kirim formulir pertukaran pelajar ya"
"Kenapa ngga sama Iqbal aja? "
Sahut Elang karena aneh saja biasanya kemana - mana Tasya selalu bareng dan diantar sama Iqbal.
"Iqbal besok ada acara seminar"
"Hmm.. Ya udah besok gua anter lo"
Sahut Elang. Lagi - lagi Tasya merasa nyaman saat bersama Elang meskipun Tasya masih belum merasakan bahwa ia benar benar menyukai Elang.
\-\-\-0\-\-\-
Tasya duduk di depan teras ruang kelasnya menunggu Elang untuk menemuinya.
"Sya, semangat ya"Kata Winda yang menghampiri Tasya. Tak lama Iqbal datang dengan pakaian yang rapi.
"Gold luck! "
Kata Iqbal sembari mengacak acak rambut Tasya. Belum sempat Tasya menjawab Iqbal sudah berjalan menjauh dari arah Tasya. Winda tersenyum senang melihat tingkah Iqbal yang mengacak - acak rambut Tasya.
"Win, rambut gua pasti berantakan kan? "
Tanya Tasya berusaha merapikan rambutnya kembali.
"Enggak ko, rambut lo masih rapi"
"Ahhh.. Males banget kalo ketemu sama Iqbal, apalagi kalo Iqbal mau pergi pasti gini kerjaanya. "
Decak Tasya. Tasya melihat area lapangan dan berusaha untuk dapat melihat bentuk tubuh Elang yang sedang berjalan.
"Mungkin ngga sih Sya kalo Iqbal suka sama lo? "
Tanya Winda serius.
"Hahahaha.. Winda, gua sama Iqbal itu cuma patner, buat naklukin hati Iqbal itu susahnya minta ammpun"
"Tapi sikap Iqbal sama lo ngga pernah dingin Sya"
"Menurut lo meskipun sikap Iqbal ngga pernah dingin ke gua, perasaan Iqbal semudah itu jatuh ke gua? "
Tasya bertanya serius. Bukan kali pertama Tasya disodorkan oleh pertanyaan semacam ini, namun bagi Tasya Iqbal sama saja seperti teman - temannya yang lainnya.
"Tapi mata Iqbal bisa bicara kalo dia suka sama lo Sya..! "
"Lo aneh, sejak kapan mata bisa bicara? "
"Taulah Sya"
Sahut Winda emosi. Elang datang menemui Tasya yang telah bersiap untuk mengantarkan Tasya.
"Lang tolong kasih obat nih temen gua!"
Ujar Winda. Elang yang tak tau apa apa hanya mengganggukan kepalanya.
"Lo tuh yang harus minum obat, hahahaha"
Tasya menarik tangan Elang pergi dari depan kelasnya. Elang yang berjalan sejajar dengan Tasya mampu mebuat hati siswi siswi lainnya emosi dan juga banyak dari mereka yang baper bahkan menyangka bahwa mereka telah resmi berpacaran.
"Ihh.. Ngapain sih mereka selalu aja perhatiin kita"
Tanya Tasya serius menatap mata Elang yang lebih tinggi dari Tasya.
"Ga usah GR lo..! "
Sahut Elang menabok muka Tasya.
"Singkirin tangan lo di muka gua! "
Ucap Tasya sedikit tidak jelas. Elang hanya tak ingin melihat Tasya yang selalu menatap mata siswi siswi lainnya apalagi siswi siswi yang menatap wajah Tasya secara sinis. Sampai di parkiran mobil Elang membukakan pintu mobilnya untuk Tasya.
"Masuk"
Kata Elang sedikit serius.
"Aduhh, mas Elang sama mbak Tasya udah cocok aja nih"
Sindir Pak Satpam. Elang tersenyum mendengarkan celotehan itu.
Bertemanlah tanpa melibatkan perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Ficção Adolescente"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"