Depresi

10 0 0
                                    

Tasya mendekap tubuhnya di pojok kamarnya. Entah bagaimana dia sanggup melewati kehidupan selanjutnya. Bagaimana mungkin orang yang selama ini Tasya percaya sebagai orang tua kandungnya ternyata semua itu hanya fiktif belaka. Tasya terus mengucurkan air matanya. Berulang kali panggilan telfon masuk dari Winda dan Elang tak terjawab. Mungkin Tasya hanya perlu ketenangan sejenak sampai ia menerima semua kenyataan ini.

Tasya menguatkan tubuhnya untuk keluar dari tangisannya. Tasya mencoba menerima semua kenyataan yang dia peroleh. Tasya menghapus air matanya dan berjalan menatap cermin untuk melihat dirinya secara jelas.

"Lo ngga bisa gini Sya.."

Decak Tasya berusaha menguatkan hatinya. Tasya tak peduli dengan rambutnya yang acak - acakan dia keluar dari rumahnya tanpa pamit dengan ayah angkatnya. Tasya keluar meggunakan sketeboard miliknya. Tanpa arah tanpa tujuan Tasya hanya terus berjalan menaiki skateboardnya.

"Aaaarrrghhhhh.... "

Teriak Tasya di jalanan yang sepi dengan mata yang bengkak dan air mata yang masih terus keluar.

"Gua benci sama hidup gua..!! Tuhann kenapa tidak ambil nyawa Tasya aja"

Teriak Tasya lagi dan lagi. Tasya tak memperdulikan jika ada mobil di belakangnya bahkan jika ada mobil yang ingin menabraknya Tasya akan mempersilahkan.

"Aaaaaarrrrrggggghhhhhhh... "

Teriak Tasya. Tasya melajukan skateboardnya berada di tengah jalan tampak ada sorot lampu mobil berada di belakangnya. Mungkin ini bisa di bilang keadaan esthetic karena posisi Tasya yang sedang berada di tengah tengah sorot mobil di belakangnya menunjukkan bahwa dia benar - benar belum bisa menerima kenyataan ini.

"Aaaaarrrrggggghhhhh... "

Lagi dan lagi Tasya teriak di depan mobil itu dengan posisi membelakangi mobil itu sembari melajukan skateboardnya.

Gathan menatap wanita yang berada di depan mobilnya menggunakan skateboard dan berteriak - teriak tidak jelas.

"Dasar gila.. Mau mati apa dia? "

(Tint.. Tint.. )

Gathan terlihat sangat marah dengan sosok yang ada di depannya. Wanita itu berambut acak - acakan, menggunakan hoodie berwarna pink dan celama jeans pendek serta mengenakan skateboard tanpa arah. Berulang kali Gathan mengklakson wanita itu tapi itu tidak ada hasil sama sekali.

Gathan menciutkan matanya dan menatap area belakang wanita itu. Meskipun begitu Gathan bisa melihat bahwa wanita itu sedang dalam masalah.

"Gilaa kenapa coba dia"

(Tint.. Tint..)

Decak Galan. Dan berusaha mengklaksonnya lagi dan lagi.

Brukk...

Wanita itu terjatuh dari skateboardnya tepat di depan mobil Gathan.

"Eh sumpah, gua nabrak dia nih? "

Ujar Gathan terkejut melihat wanita itu terjatuh. Tasya duduk di tengah jalan karena kakinya terpeleset saat akan melajukan skateboardnya. Tasya masih terus meloloskan air matanya hingga membuat wajahnya terlihat merah dan membengkak.

Gathan memberhentikan mobilnya dan mengecek keadaan wanita itu. Apakah dia sudah mati? Atau ini hanya modus pencurian. Gathan melihat wanita itu duduk di jalan tepat di hadapan mobilnya dengan kedua tangan yang menempel di jalanan.

"Mbak.. Kalo mau mati jangan gini caranya"

Ketus Gathan terlihat sangat marah. Tapi wanita itu malah terlihat nangis sesegukan. Gathan berjalan di hadapannya wanita itu.

MetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang