Ucapan - ucapan terdengar sangat keras dari gerombolan itu. Ratna dan Tasya terus melangkah mundur. Gerombolan itu mulai mendekati mereka yaa.. Hanya terpaut beberapa langkah saja untuk kali ini. Tasya sudah menahan empatnya yang menjadi. Salah seorang dari gerombolan itupun maju di garis awal, iya mulai menaikkan tangannya untuk membelai wajah Tasya yang masih sangat lugu. Tasya terus berusaha lolos dari belaian itu sampai kesabarannya habis. Ia menendang seorang tersebut yang sepertinya ketuanya dengan sangat keras sampai tersentak jatuh. Laras yang melihat kejadian ini langsung bersembunyi dan menghentikan langkahnya untuk menuju ke tempat awal. Iya merasa iba dengan kedua temannya tersebut. Tak pikir panjang Laras langsung menelfon Elang yang hanya terlintas di benaknya.
"Elang pliss angkat.. " decak Laras
Panggilan di ponsel Elang selai sibuk. Sampai pada akhirnya Laras menelfon Dinda untuk meminta bantuan kepadanya.
"Hallo"
Suara Dinda langsung tersambung dengan ponsel Laras.
"Din..da.. ""Lo kenapa?"
"Ada segerombolan anak geng montor yang nyerang kami. Tolongin kita"
"Hah? Kalian masih amankan? "
Teriak Dinda membuat Elang, Langit dan anak anak lainnya terkejut. Elang langsung berfikir bahwa itu Tasya, yaa.. Pasti Tasya sedang dalam bahaya.
"Pliss.. Gua mohon bantuin Tasya, ia coba nyerang ngelawan mereka."
"Iyaa gua sama anak anak kesana sekarang, Tasya masih amankan? "
"Tasy..a dia masih berusaha ngelawan sepuluh orang itu"
"Lo bawa Ratna ke tempat aman, tapi jangan alihkan pandangan geng itu. Lo cari celah yang aman buat nyelametin Ratna"
"Iya Din makasih"
Laras langsung menutup telfon Dinda, dan kini Laras bisa sedikir lega karena bantuan akan datang. Laras berusaha mencari celah ia berusaha mengkode Ratna untuk segera menemuinya. Geng itu terlalu fokus kepada Tasya yang masih berusaha ngelawan. Ratna sekarang aman bersama Laras, mereka berdua hanya bisa menyaksikan bagaimana Tasya secara mati matian melawan anak anak berandal terasebut.
"Udahlah cantik nyerah aja! Lo ngga maukan mati sia sia di tangan kita? "
"Lebih baik gua mati! Daripada gua harus ikut sama kalian. Dasar manusia ngga waras! "
Teriak Tasya dengan beraninya. Wajah Tasya sudah cukup banyak lebam karena ulah gerombolan anak anak berandal itu. Belum sempat mereka pergi Ratna yang masih merasa ketakutan itupun tiba tiba pingsan. Laras sudah bingung apa yang harus ia lakukan lagi. Tasya dengan tenaga sedikit masih tersisa terus terusan melawan mereka tampa kapok. Dua pukulan langsung menonjol ke arah wajah Tasya. Gadis itu benar benar sudah merasa ingin nyerah. Ia mendengar suara mobil dan beberapa montor melintas di jalan berharap Elang dan teman temannya segera datang.
"Dasar pengecut! "
Teriak Elang dari arah belakang mereka. Tasya yang sudah terkapar lemas itupun sudah mengakui kekalahannya.
"Itu bukan lawan lo! Dia cewek men! Dia cuman satu lo bersepuluh! "
"Aishhh pahlawan sok kesiangan datang! "
Seru mereka sambil berancang ancang untuk menyerangnya. Dinda langsung meraih tangan Tasya dan membawa Tasya masuk ke dalam mobil Elang. Ratna yang juga pingsan itupun langsung di bawa masuk di mobil Langit. Suara hantam hantaran terdengar sangat jelas di telinga Tasya.
"Sya lo Kenapasih harus nyerang? "
Tanya Dinda melihat kondisi Tasya yang sangat buruk.
"Lo itu perempuan Sya, lo cuman satu mereka bersepuluh"
Tasya masih terdiam dengan luka memar yang menyelimuti wajahnya. Dinda langsung mengambil kotak P3K dari bagai belakang mobil Elang. Ia mengobati luka lebam yang ada di wajah sahabat seperjuangannya di organisasi.
"Gua ngga mau lo kenapa napa Sya! "
Dinda mengoleskan kapas yang sudah diruang alkohol ke luka Tasya. Tak satupun kata keluar dari mulu Tasya, Dinda menyadari mungkin Tasya masih syok dengan kejadian ini.
"Sial kenapa lo yang harus muncul sih? "
Tanya gerombolan orang tersebut kepada Elang.
"Kenapa lo takut sama gua? "
Tanya Elang setelah pertempuran sedikit reda.
"Sial banget sih! "
"Gua bisa habisin sekarang juga lo!"
"Santai broo.. "
Pihak kubu gerombolan itu merasa kalah dan menyerah karena tenaga mereka sudah terkuras untuk melawan Tasya.
"Ingat baik - baik, kalau sampai terjadi apa apa sama Tasya.. Lo akan berurusan kembali sama gua! "
Gerombolan itupun pergi meninggalkan tempat ini. Beberapa teman Elang lainnya membersihkan sisa sisa buku yang berserakan. Elang menatap wajah Langit yang juga terlihat sangat khawatir dengan keadaan Tasya sekarang. Dinda terlihat keluar dari mobil Elang dan menemui Elang dan juga Langit.
"Gimana keadaan Tasya? "
Tanya Elang pensaran
"Luka lebam Tasya udah gua obati, Kak Langit tadi Tasya Titip pesan buat kak Langit suruh periksa keadaan Ratna sama Laras. Terus nak Langit suruh ngatar mereka pulang"
"Iya biar mereka gua anter pulang toh mereka sama gua searah. Gua langsung cabut dulu ya udah di kejar deadline tugas gua. Titip salam buat Tasya"
"Iya kak, hati - hati ya"
Langit pergi menuju mobil dan meninggalkan tempat ini. Elang langsung lari menuju mobilnya untuk melihat bahwa Tasya baik - baik saja. Ia membuka pintu mobil belakang dan melihat dugaannya salah, gadis itu terlihat pendiam dan menatap kosongkan arah depan sedangkan wajahnya masih terlihat lebam. Bagaimana bisa dalam 12jam lo berubah seperti ini. Tasya yang awalnya tampak sumringah sekarang hanya terdiam tanpa keluar sepatah kata.
"Sya udah, lo aman sama gua"
Tasya yang mendengarkan perkataan dari Elang langsung menatap mata Elang dengan penuh kecemasan. Air mata dari pelupuk matanya langasung keluar seketika. Tasya dengan cepat mendekap tubuh Elang. Elang merasa prihatin dengan keadaan Tasya Iapun langsung membalas pelukannya. Kini Taaya menangis sejadi - jadinya dalam mobil Elang.
Semua berjalan begitu cepat. Apa mungkin aku bisa terjatuh soal rasa hanya karena ini?
![](https://img.wattpad.com/cover/221103157-288-k573840.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Teen Fiction"Kamu cepat sekali berubah.. Sepertinya kamu sedang bermetamorfosa untuk mencari jati diri kamu" "Jangan terlalu dingin nanti tambah sayang" "Saya tidak takut kamu membenci saya, karena selama ini kamu selalu ada buat saya"