Selamat Pagi.
**
Pagi ini aku dan Samudra akan melanjutkan perjalanan kami ke pantai, bukan pantai yang kemarin. Melainkan pantai baru lagi yang sudah kami cari-cari lewat google.
Jarak pantai yang akan kami singgahi kali ini cukup jauh dari rumah paman, memerlukan waktu tempuh kurang lebih 35 menit. Paman meminjamkan mobil nya kepada Samudra untuk menjadi kendaraan kami ke pantai, tak lupa Samudra membawa tenda dan hammock milik nya. Kami memutuskan akan pulang malam dan menikmati senja di pantai terlebih dulu, Samudra sudah izin kepada paman dan tante.
"Tante sudah menyiapkan bekal untuk kalian berdua nanti." Ucap tante
"Wahh, terimakasih banyak tan. Maaf sudah merepotkan tante pagi-pagi." Celetuk Rinjani
"Tak masalah Rin, kalian berdua berlibur di sini dan sudah menjadi tanggung jawab paman serta tante."
"Baik tan, Rinjani dan Samudra pamit jalan dulu ya. Assalamualaikum."
Aku segera menghampiri Samudra yang telah menunggu di mobil.
"Udah siap semuanya Rinjani?" Tanya Samudra
"Udah."
"Tumben gak senyum, biasanya senyum terus."
Seketika Rinjani memiringkan badan nya dan menghadap ke Samudra, tak lupa ia tersenyum lebar hingga terbentuk lesung pipi di sebelah pipi kanan Rinjani.
Samudra menatap ke arah Rinjani dan terdiam. "Jangan hilangkan senyum manis mu Rinjani, izin kan aku melihat ini lama." Lamun Samudra.
"Samudra, kita jadi berangkat nggak?"
"Samudraaaaa, heyyyyy, hallooooo." Pekik Rinjani melambaikan tangan ke arah muka Samudra"Eh iyaaa, gimana-gimana."
"Gimana? Gimana apaan sih Elang Samudra Injayaaaaaaa." Cetus Rinjani
"Hahahaha." Tawa Samudra dan menarik hidung Rinjani
"Ih kamu kok nggak jelas banget gini sih, udah ayok berangkat." Ajak Rinjani
Aku dan Samudra baru pertama kali nya akan berkunjung ke pantai ini, nama pantai nya Banua Patra. Aku lihat-lihat di internet, pantai ini memiliki pesona nya tersendiri dengan adanya batu-batu dan matahari terbenam nya yang sangat cantik.
"Samudra emang tau jalan nya? Apa kita nggak akan tersesat?" Tanya ku
"Enggak tau sih jalan nya, yaa kita coba aja pake penunjuk arah."
"Seyakin itu?"
"Harus yakin, Rin. Alam aja yakin sama aku, masa sih kamu enggak."
"Kapan alam yakin sama kamu? Gak usah aneh-aneh ya Samudra!"
"Saat aku meminta izin kepada alam untuk ku jelajah."
Rinjani yang mendengar ucapan Samudra lantas terdiam dan memilih menghela nafas.
"Rin, kenapa masih memilih sendiri?" Ucap Samudra
"Hah."
"Ya ampun, Rinjani.... Nggak ngerti sama ucapanku?"
"Enggak."
"Kenapa masih sendiri, nggak mau pacaran?"
Rinjani yang mendengar pertanyaan Samudra barusan, lantas menoleh dan tertawa.
"Kamu tau aku kan Samudra, aku nggak mau ambil pusing seperti orang-orang yang jatuh cinta dan akhir nya terluka. Aku tak menginginkan akhir dari sebuah pertemuan yaitu perpisahan. Aku tak bisa menyembuhkan luka yang di ciptakan dari patah hati, karena bagiku luka patah hati tak memiliki obat nya yang bisa kita jumpai di toko obat. Aku memilih sendiri hingga kini, bukan berarti aku takut mencoba, hanya saja aku memilih berdamai dengan diriku sendiri."
"Lalu, bagaimana jika ada laki-laki yang menyukaimu?" Ucap Samudra
"Siapa?"
"Aku tak tau, Rin."
"Aku laki-laki yang menyukaimu Rinjani, apa kau tak sadar akan hal ini." Gumam Samudra dalam hati"Apa laki-laki itu akan menerimaku dengan sepenuh hati dan tulus? Apa iya mau memahami ku? Apa iya mau menikmati senja bersama ku?"
"Tentu saja."
"Tentu saja? Aku tak menemui laki-laki seperti itu Samudra."
"Suatu hari kamu akan menemuinya Rinjani."
"Apa benar?? Aku akan menunggu hari itu tiba."
"Yaa,, iya akan memberi mu sebuah cinta yang tak hanya terucap melalui kata-kata."
"Cinta? Bagiku bukan sebuah permainan kata yang di rangkai seperti kebanyakan orang, aku menganggap cinta adalah sebuah rasa yang tak pantas untuk di permainkan."
"Sudah tunggulah saja, kamu akan menemukan nya pada saat yang tepat."
Tak terasa kami sudah sampai di pantai tujuan. Aku memilih membuka sepatu dan meletakkan nya di bagasi mobil.
Samudra telah berjalan duluan membawa tenda dan peralatan yang lainnya.
Aku melangkahkan kaki ku dengan perlahan menuju Samudra, dari kejauhan kulihat Samudra sedang berlari ke arah ku.
"Rinjani, pakai sepatu nya. Di sana banyak batu-batu, kaki mu bisa luka." Ucap Samudra dengan nafas terengah-engah
Aku memutuskan untuk mendengarkan ucapan Samudra, karena aku tau ia sudah berpengalaman dengan keadaan alam. Aku buru-buru mengikat tali sepatu seadanya, aku sudah tidak sabar ingin melihat pantai dari jarak dekat.
"Rinjani, stop dulu." Pekik Samudra
"Kenapa?"
"Gimana sih ngikat tali sepatu nya, seperti anak kecil yang baru belajar."
Rinjani melihat kebawah dan betul saja, apa yang di bilang Samudra tadi memang benar.
"Udah diam dulu, aku perbaikin." Ucap Samudra menunduk dan membenarkan ikatan tali sepatu Rinjani.
🌹🌹

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥