Seperti pagi biasanya, Rinjani bangun melaksanakan kewajiban sebagai umat islam yaitu sholat subuh. Usai melaksanakan ibadah, Rinjani bersiap-siap untuk sekolah.
"Pagi ma, yah." Sapa Rinjani menuruni anak tangga
"Pagi dek." Jawab mama dan ayah yang telah duduk di meja makan.
"Sarapan dulu ya dek, udah mama buatin susu. Ayah mu udah masakin telur mata sapi kesukaan kamu tadi." Tambah mama
Rinjani duduk dan menikmati sarapan pagi ini bersama keluarga nya. Terasa hangat dan menyenangkan.
"Ma, yah, Rinjani mau menyampaikan sesuatu."
"Apa dek?" Tanya ayah
"Jadi rencana Rinjani setelah lulus SMA akan melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Rinjani memilih jurusan kedokteran untuk cadangan nya Rinjani pilih pendidikan fisika. Menurut mama dan ayah gimana?"
"Mama ngikutin kamu aja dek yang terbaik buat kamu akan selalu mama doakan."
"Apa nggak bisa dek kamu ambil jurusan manajemen bisnis aja? Atau sekolah kedinasan di jawa." Jawab ayah Rinjani yang tidak setuju dengan pilihan Rinjani
"Tapi yah, Rinjani mau kedokteran. Untuk pilihan yang lain Rinjani belum terpikirkan lagi yah. Maaf yah."
"Yaa maksud ayah kan baik kalo kamu ambil di bidang bisnis nanti bisa meneruskan bisnis ayah. Tapi yaudah kembali lagi ke kamu dek, ayah nggak bisa paksa kamu buat ikutin permintaan ayah. Ayah cuman mau yang terbaik buat putri ayah, selagi itu menyenangkan buat kamu dan membuat kamu bahagia ayah setuju. Belajar yang tekun ya, ayah doakan kamu lolos, semangat buat putri bungsu ayah."
Rinjani tersenyum, berdiri dari tempat duduk menghampiri ayah dan memeluk nya. Orang tua yang sangat berharga dan berarti bagi Rinjani, mereka lah salah satu sumber kebahagian milik Rinjani.
"Assalamualaikum Rinjani." Suara Samudra dari balik pintu
"Waalaikumsalam, sebentar Samudra."
Samudra berangkat ke sekolah bersama Rinjani, seperti biasa nya melepaskan helm milik Rinjani lalu bergegas menuju kelas bersama.
"Tumben nggak ke kantin, Samudra?"
"Rinjani udah sarapan kan?"
"Udah."
"Nah itu alasan kenapa aku nggak ke kantin, karena aku tau kamu sudah sarapan."
Berjalan di tengah lapangan yang sepi, suasana sekolah kali ini belum terlalu ramai seperti biasanya.
"Samudra, Apa sampai saat ini belum ada wanita yang membuat mu jatuh cinta?"
"Tentu saja ada Rin." Samudra ingin melanjutkan ucapan nya, namun sayang terpotong oleh kehadiran seseorang.
"Pagi." Ucap Indra yang kini berjalan bersampingan dengan Rinjani dan Samudra
Rinjani dan Samudra sama-sama menoleh serta tersenyum untuk membalas ucapan Indra.
"Baru sampai ya Rin? Dengan siapa?"
"Samudra."
Sesampai nya di kelas, Rinjani meletakan tas tepat di samping Samudra. Tentu saja Rinjani duduk dengan Samudra, Tasya berbeda kelas dengan nya, sedangkan zavier duduk dengan teman lainnya.
"Boleh gabung?" Tanya Indra berdiri di hadapan Rinjani dan Samudra
"Tentu." Balas Samudra
"Sedang membahas apa kalian?"
"Mengenai kuliah untuk kedepan nya." Jawab Rinjani
"Oh mau masuk jurusan apa Rin?"
"Kedokteran."
"Kamu, Samudra?" Tanya Indra
"Belum tahu, lebih tepat nya berkuliah di jogja. Bagaimana dengan kamu?"
"Saya juga belum tahu mau lanjut kemana. Ngomong-ngomong apa kamu kuliah di jogja bersama Rinjani?"
"Tidak. Kenapa?"
"Oh tidak apa. Hanya bertanya saja."
Bel berbunyi, menandakan kbm (kegiatan belajar mengajar) akan segera di laksanakan.
**
4 bulan telah berlalu.
Kini seluruh anak kelas 12 SMA Tunas Nusantara tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti berbagai tahapan Ujian, dari UTS, USBN, hingga UNBK.
Baik Rinjani maupun Samudra sama-sama sibuk mempersiapkan diri.
Di sela-sela kesibukan, Samudra selalu menyempatkan diri untuk mengobrol dan bertemu dengan Rinjani. Baik di cafe, maupun rumah Rinjani.Bagi Samudra, rumah Rinjani adalah pulang kedua setelah rumah nya.
Pagi ini, seluruh murid SMA Tunas Nusantara mendapatkan libur tenang sebelum menghadapi Ujian.
"Rinjani, aku boleh kan main sebentar di rumah mu."
"Tentu, Samudra. Mau menyampaikan apa?"
"Ko tahu sih aku mau membicarakan sesuatu."
"Aku mengenalmu sedari kita kecil, bukan kemaren sore."
"Yaudah, pulang dulu baru aku cerita ya."
Setelah sampai rumah, Rinjani masuk bersama Samudra menuju taman belakang dan di sambut oleh mama Rinjani.
"Jadi mau bicara apa Samudra?"
"Sebentar ya, Rin. Tarik nafas dulu."
"Mau bicarakan banyak hal ya?"
"Jadi begini, Rin. Kamu tahu tidak hal terberat bagiku sekarang?"
"Nggak tahu. Kan kamu belum cerita."
Menarik nafas dalam-dalam dan mengatakan nya pada Rinjani
"Hal terberat bagiku adalah kamu.""Loh... Aku? Kenapa?" Rinjani memasang muka terkejut dan bingung
"Karena aku harus meninggalkanmu untuk waktu yang tak terhitung."
"Jika berat bagimu, kenapa kamu memilih tetap pergi Samudra."
"Karena ada hal yang tak bisa aku jelaskan kepadamu sekarang. Mungkin di waktu yang tepat kamu akan bertanya kembali dan aku akan memberikan jawaban nya. Aku berharab kamu bersabar ya Rin."
"Apa tidak bisa kamu menjelaskannya sekarang Samudra."
"Tidak Rin, kamu harus bersabar."
🌹🌹
Untuk semua yang ada di semesta ini adalah teka-teki bagi setiap kehidupan.
Ruang dan waktu selalu memiliki cara nya sendiri untuk membuat skenario, ia tahu kapan harus menciptakan awal dan akhir, bertemu dan berpisah. Namun waktu tak pernah mengecewakan sang penunggu, karena di setiap detik nya akan selalu ada kenangan baru yang tercipta.-Rinjani Putri Bramata

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥