Duduk di sebuah batu, menatap ke arah matahari yang bersinar. Samudra duduk tepat disamping Rinjani, memberikannya sebuah kehangatan dan juga meluapkan segala rindu yang tak tersampaikan sebelumnya.
"Apa kamu tahu, Rin. Hal seperti ini yang selalu ku lakukan saat mengingatmu, bertarung keras dengan waktu dan juga pikiran untuk sejenak melupakan tentangmu. Tapi, saat aku berpikir keras melupakanmu justru pikiran ini enggan pergi meninggalkan segala tentangmu. Ia memang aneh ya, Rinjani."
Rinjani tersenyum simpul menatap ke arah Samudra sembari menyeruput kopi yang di bawakan Samudra untuknya.
"Apa semuanya baik-baik saja? Bagaimana perjalanan hidupmu setelah aku meninggalkanmu untuk waktu yang cukup lama. Apa kamu melupakan semua tentangku, Rinjani? Ahh wajar saja jika kamu lupa. Tapi, Rin. Apa aku masih pantas duduk disampingmu seperti ini menikmati setiap senyum mu yang indah? Setelah aku menghilang dari semesta mu." Tanya Samudra
Rinjani meneguk setengah kopi hingga tak tersisa lagi, lalu menatap ke arah Samudra dengan tatapan lekat.
"Apa kamu tahu, aku membenci waktu yang terus berputar tanpa menemukanku padamu. Sejak kepergianmu, semua keadaan tidak ada yang menjadi baik dan memihak kepadaku. Seolah segalanya ikut pergi bersamamu, Samudra. Namun kini, kebahagiaan ku telah kembali, hadirmu membawa warna baru mulai saat ini ketika kakiku melangkah. Aku berterimakasih kepada waktu, sebelumnya ia memang tak adil untukku. Tapi kini, aku sadar. Perpisahan yang meninggalkan sejuta kesedihan akan kembali dengan beribu cerita dan juga kejutan kebahagiaan." Balas Rinjani
"Saat di jogja, kakiku selalu saja ingin berlari pulang menghampirimu. Semua hal selalu mengingatkannya padamu. Langkah ku terasa berat saat tidak bersamamu, apapun yang aku lakukan selalu menjadi berantakan. Anganku ingin menjumpaimu, namun kakiku selalu menahan ku untuk segera menemuimu. Jogja memang sangat istimewa, Rinjani. Semua sudut jogja istimewa. Tapi bagiku, jogja tanpamu tidak menjadi istimewa. Aku membiarkan tubuhku berkelana menjelajah alam jogja, namun pikiranku tidak menikmati itu semua."
"Aku ingin bertanya kepadamu, Samudra."
Samudra menolehkan kepalanya menghadap Rinjani dengan tatapan manis dan senyum yang terukir
"Tanyakan saja. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menjawab pertanyaan mu selama ini. Aku tahu kamu menunggu semua ini, dan aku tahu ada banyak hal yang aku sembunyikan darimu selama ini, Rinjani."
"Apa ini adalah waktu yang tepat? Waktu yang selalu aku tunggu?"
"Tentu saja, Rinjani."
"Apa alasanmu tiba-tiba pergi dengan waktu yang sangat lama ke jogja dan berkuliah disana? Mengapa tak pernah membalas pesanku langsung saat aku mengiriminya? Mengapa seolah-olah kamu menghindar dari segalanya."
"Saat itu, aku bertemu dengan Indra di sebuah cafe. Tanpa sepengetahuanmu, dan aku tidak bercerita denganmu. Aku tahu, mungkin setelah mendengar ini kamu akan kecewa denganku atau bahkan kamu akan pergi dariku. Aku menerima segala konsekuensi nya jika ini membuat mu kecewa."
"Lalu?"
"Kami berbincang tentang mu, Rinjani. Dari saat kamu masuk rumah sakit, Indra menyukaimu. Dan pada saat di cafe, Indra berbicara kepadaku bahwa ia menyukaimu dan ia ingin lebih dekat denganmu. Ia memaksaku memberitahu segala kesukaanmu, segala tentangmu. Indra memohon kepadaku untuk mendekatkanmu dengan nya. Lalu, aku tidak setuju. Namun, aku memberinya waktu dan ruang agar bisa dekat denganmu. Dengan syarat, aku akan pergi berkuliah di jogja dan dia masuk fakultas yang sama denganmu. Saat itu aku mengatakan padanya "jika kamu memang menyukai Rinjani, maka aku memberimu waktu saat aku berkuliah di jogja, dekatilah Rinjani. Jika berhasil, aku akan melepaskan Rinjani untukmu, namun jika aku telah kembali dan Indra tidak berhasil memilikimu maka ia harus melepasmu" itu lah percakapan saat kami bertemu, Rinjani. Maaf jika ini mengecewakanmu." Ucap Samudra tak berani menatap ke arah Rinjani.
Rinjani terdiam mendengar ucapan Samudra, matanya sedikit berkaca.
"Apalagi yang aku tidak tahu, Samudra." Ucapnya lirih
"Namun sekarang aku telah kembali, untukmu Rinjani. Aku tahu semua yang terjadi denganmu dan juga Indra. Mungkin, Indra pilihan ayahmu dan itu yang terbaik untukmu."
"Dan sekarang, dari mana kamu tahu aku sedang ada disini?"
Samudra menoleh dan menunjuk laki-laki yang tengah berdiri sedikit jauh dari arah mereka.
Mata Rinjani tertuju ke arah laki-laki bertubuh tinggi menggunakan hoodie berwarna navy, ia tersenyum dan melambai ke arah Rinjani. Kali ini, mata Rinjani tak salah. Laki-laki yang tengah berdiri dan ditunjuk oleh Samudra ialah Indra.
🌹🌹
Gimana nih ceritanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥