Ke - 22

63 3 0
                                        

Indra mengirimkan pesan melalui DM kepada Samudra.

"Bisa temuin saya di cafe ini?" Isi pesan Indra membagikan lokasi cafe tempat ia menunggu Samudra.

"Ok."

Dengan cepat Samudra mengganti pakaian nya, memilih kaos berwarna navy dengan celana jogger panjang berwarna hitam. Tak lupa memakai sepatu berwarna hitam pemberian bunda saat ulang tahun.

"Bunda.." panggil Samudra sembari memakai sepatu

"Ada apa nak? Mau jalan kemana? Tadi bunda lihat kamu kelelahan, sekarang sudah berganti pakaian jalan. Dengan siapa? Rinjani? Atau mau menjelajah alam?" Tanya bunda seperti ibu-ibu pada umumnya

"Mau ke cafe bun, ngobrol sebentar dengan teman ada janjian."

"Teman? Cewek? Atau cowok?"

"Cowo bundaa.. Tenang nggak bakal macam-macam. Yaudah Samudra pamit ya bun." Mencium tangan bunda dan berlalu dari hadapan bunda.

Samudra melajukan kendaraan nya dengan kecepatan sedang, bukannya menemui Indra yang sudah menunggu di cafe, Samudra justru membelokan kendaraan nya ke arah rumah Rinjani.

"Assalamualikum. Rin."

"Waalaikumsalam, masuk Samudra."

"Ini nih.. Orang yang ninggalin aku sendirian di depan rumah kamu Rin." Sahut Tasya

"Ehh anak basket belum pulang."

Tasya menatap sinis ke arah Samudra.

"Rapi banget. Mau kemana Samudra?"  Tanya Rinjani

"Ada janjian sama orang Rin, belok sebentar kerumah kamu hehe."

"Siapa?"

"Ada itulah. Kamu mengenal nya."

"Siapa Samudra?"

"Kamu tak perlu tahu siapa orang ini Rin, yang jelas kamu mengenal nya."

"Emang ya Rinjani, dari awal aku kenal kamu dan Samudra. Cuman Samudra orang yang penuh akan teka-teki di dalam hidup nya." Ucap Tasya

"Kenapa? Entar kamu suka sama aku Sya." Jawab Samudra bercanda

"Jijik sumpah!" Ketus Tasya

"Iya-iya tau. Anak basket suka nya sama Mahameru Zavier Rayyan kan?"

Ucapan Samudra membuat kaget Rinjani sekaligus membuat Tasya menjadi diam karena malu.

"Apa betul yang di katakan Samudra, Sya?" Tanya Rinjani

Tasya tidak menjawab pertanyaan Rinjani, mengalihkan topik pembicaraan adalah salah satu jalan yang dipilih oleh Tasya.

"Yaudah Rin, aku pamit jalan dulu ya. Jangan lupa makan nya Rin, tetap jaga kesehatan mu agar kita bisa berangkat sekolah bersama lagi Rinjani." Ucapan lembut dan manis yang keluar dari mulut Samudra

Memakai sepatu dan menjalankan kendaraan nya menuju tempat cafe dimana Indra sudah menunggu nya.

Dari kejauhan benar saja, Indra sudah menunggu kedatangan Samudra dari tadi. 

"Maaf saya telat."

"Tidak, silahkan duduk. Pesan saja minuman, saya yang bayar."

"Tidak perlu repot-repot makasih. Ada keperluan apa meminta saya kesini?"

"Jangan terlalu tegang bro, kita membicarakan nya santai saja."

"Ok. Apa? Langsung ke inti topik saja."

"Ini mengenai pertanyaan saya saat di taman rumah sakit, apa kamu bisa membantu saya mendekati Rinjani?"

Untuk kedua kali nya Samudra terdiam dan mematung. Ingin sekali rasanya pergi dari tempat ini, benar apa yang di pikirkan Samudra tadi. Seharus nya ia tak perlu datang menemui Indra.  

"Apa kamu menyukai Rinjani?" Tanya Samudra

"Tidak sekarang. Mungkin nanti."

"Bukan nya kamu sudah berteman dengan Rinjani?"

"Iya memang benar kami sudah berteman."

"Lantas apa lagi yang kau inginkan."

"Menjadi lebih dekat lagi dengannya."

"Tidak mudah, Rinjani bukan tipe orang yang mudah dekat dengan seseorang. Harus nya kamu sudah bersyukur bisa menjadi teman nya, tidak usah terlalu berharap kepada Rinjani."

"Mengapa? Karena kamu takut kehilangan Rinjani bukan?" Ucap Indra menatap Samudra dengan dingin

"Tidak."

"Saya tahu, kamu menyukai Rinjani."

"Bagaimana mungkin."

"Kita laki-laki bro saya sendiri tahu kamu menyukai nya meski kamu ingin berbohong saya tetap tahu."

Perbincangan antara Samudra dan Indra sangat serius. Banyak hal yang mereka bicarakan hingga tembus waktu 2 jam lama nya.

**

Hari-hari berlalu dengan sewajar nya, tidak ada yang berubah. Semua berjalan dengan seadanya saja.

Beberapa bulan pun sudah berlalu. Kini, Rinjani dan Samudra telah menginjak bangku akhir Sekolah Menengah Atas. Mereka berdua tetap menjadi teman satu kelas, di tambah dengan Indra pun kini sekelas dengan mereka.

Baik Rinjani maupun Samudra sama-sama sibuk mengejar impian mereka untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Rinjani giat mengikuti bimbel-bimbel untuk mempersiapkan diri nya masuk ke salah satu fakultas kedokteran yang ada di kota nya.

Berbeda dengan Rinjani yang memilih melanjutkan pendidikan di kota sendiri, Samudra justru milih berkuliah di Jogja sembari melanjutkan hoby nya menjelajah alam.

"Bagaimana hari ini Rin, menyenangkan tidak bagimu?"

"Cukup menyenangkan sibuk dengan persiapan masuk kuliah nanti. Samudra apa aku boleh bertanya?"

"Sejak kapan seorang Rinjani Putri Bramata meminta izin untuk bertanya."

"Aku hanya ingin memastikan, karena bagaimanapun aku perlu izinmu."

"Baiklah akan selalu aku izinkan untuk bertanya."

"Apa tidak bisa berkuliah di kota ini saja, Samudra?"

"Tidak Rin, aku memiliki beberapa alasan."

"Alasan apa Samudra?"

"Kamu akan mengetahuinya di waktu yang tepat."

Akhir-akhir ini Samudra sering memberi teka-teki kepada Rinjani. Bagi Rinjani, ingin sekali rasa nya bertanya banyak hal kepada Samudra.

Apa yang kamu sembunyikan Samudra?
Apa kamu sudah bosan berdekatan denganku dari kecil?
Apa yang ingin kamu sampaikan di waktu yang selalu aku tunggu hingga kamu berkata kembali "ini waktu yang tepat Rinjani."
Apa aku harus menunggu untuk mendapatkan semua jawaban itu?

Andai saja Rinjani bisa menyampaikan semua nya kepada Samudra tanpa harus menunggu.











🌹🌹

Senja & Pantai (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang