Bagaimana dengan kabar kalian? Semoga baik-baik saja ya. Tetap jaga kesehatan ya.
Gimana? Masih menunggu lanjutan cerita ini? Ahh saya berharap kalian masih menunggunya hehe.
Kebetulan saya sedang ada waktu luang, jadi saya gunakan untuk melanjutkan cerita ini saja ya. Terimakasih sekali lagi dari saya karena sudah mau menunggu.
Selamat membaca ya. Bismillah dulu
**
Apa, apa yang tengah disembunyikan oleh bunda Samudra? Berkunjung kerumah Samudra, Rinjani berharap akan mendapatkan jawaban dari semuanya. Tapi tidak, tidak ada jawaban sama sekali sesuai harapan Rinjani.
Berpamitan dengan bunda Samudra, Rinjani memilih untuk pulang.
Jalan dengan keadaan tertunduk lesu, ingin sekali Rinjani berteriak. Namun mengurungkan niatnya, setelah pergi dan menghilang. Apalagi yang akan dilakukan Samudra selanjutnya.Waktu terus berjalan, dan berputar. Tak menghiraukan bagaimana perasaan Rinjani. Tenggelam dalam ingatan dan bayangan akan Samudra, terus saja ada pada pikiran Rinjani.
Bagaimana bisa? Laki-laki yang selama ini selalu bersamanya, menghilang bagai ditelan oleh semesta. Ini tak adil bagi Rinjani, mengapa sekejam ini semesta kepadanya.
Rinjani mengurung dirinya dalam kamar, setiap pikiran nya muncul akan selalu ada nama Samudra. Menangis, mungkin ini yang bisa Rinjani lakukan. Perempuan yang selama ini terlihat sangat kuat, detik ini menjadi perempuan yang lemah tanpa Samudra.
Hp Rinjani berbunyi, tapi Rinjani memilih untuk mematikannya tanpa melihat isi layar terlebih dulu.
"Dek makan dulu ya, mama sudah siapkan. Ayah sudah menunggu di meja makan." Ucap mama Rinjani dibalik pintu
"Rinjani nggak lapar ma, duluan aja." Balas Rinjani dari dalam kamar
"Apa boleh mama masuk sebentar?"
"Silahkan ma, nggak Rinjani kunci."
Mama menatap lekat ke arah Rinjani, terdiam memperhatikan putri nya.
"Maa.." ucap Rinjani bangkit dari kasur berlari memeluk mamanya dengan sangat erat.
Rinjani menangis tak karuan, bola matanya berubah menjadi sembab dan badan Rinjani tertunduk lesu tak bertenaga.
Mama membalas pelukan Rinjani dengan erat, mengelus kepala putri nya dan menghapus air mata yang keluar dari kedua bola mata Rinjani.
"Sudah ya dek, mungkin ini berat untuk kamu menjalani hari-hari tanpa ditemani oleh Samudra lagi. Tapi bukan berarti kamu berhenti bergerak dan menyerah dengan keadaan. Mama yakin waktu akan membawamu perlahan melupakannya. Tidak semua akan terlupa, namun dengan adanya waktu, pikiran itu akan sembuh dengan sendirinya. Menangislah jika itu membuatmu tenang." Ucap mama menenangkan Rinjani dalam sebuah pelukan.
Benar kata mama, pikiran ini mungkin akan hilang dengan sendirinya. Tapi, bagaimana mungkin semua pikiran akan benar-benar hilang. Ah jika saja amnesia mungkin tentang Samudra akan menghilang tak berbekas.
Rinjani turun menyusuri tangga, matanya tertuju kearah meja makan. Orang tua Rinjani tersenyum lebar kearah Rinjani.
Rinjani paham, senyum mereka hanya sebuah ukiran agar Rinjani bersemangat.
**
4 tahun sudah berlalu, tentang Samudra? Ia masih menghilang dari semesta ini.
Rinjani sibuk akan tugas-tugas kuliahnya, membuat ia sedikit tidak memikirkan Samudra kembali. Namun tetap saja, ada waktu tertentu Rinjani merenung dengan sendirinya. Bermain dengan pikiran yang terus saja berputar.
Perihal Indra, sejak saat itu ia tak mengganggu Rinjani lagi. Bahkan sudah jarang bertemu dengan Rinjani saat di kampus.
Rinjani benar-benar berjalan sendiri, hanya mengandalkan kaki yang entah akan membawa nya pergi berjalan tak tantu arah.
Setelah selesai berkuliah, Rinjani berniat mendatangi SMA nya dahulu.
Sekedar bermain, dan mengingat kenangan akan 4 tahun lalu."Hallo ibuu. Masih ingat dengan saya?" Tanya Rinjani pada ibu penjual mie ayam yang biasanya menjadi tempat favorit Rinjani semasa SMA.
"Sebentar, ko saya lupa-lupa ingatya."
"Yahhh ibu nya udah lupa nih."
"Bu saya pesan mie ayam satu dan kopi satu ya. Di tambah segelas susu juga boleh bu."
"Oh saya ingat sekarang. Kamu nak Rinjani kan? Teman nya Samudra dan Indra ya kalau saya nggak salah."
"Betul bu." Rinjani menjawab dengan suara berat. Mengapa, mengapa semua tempat selalu ada namamu Samudra.
Tempat ini, masih sama seperti dulu. Tak banyak berubah. Suasana hanya sedikit berbeda.
"Ini mie ayam dan minum nya ya, oh iya bagaimana dengan kabar Samudra?"
"Terimakasih ya bu. Saya tidak tahu bu."
Ibu mie ayam duduk berhadapan dengan Rinjani memasang raut muka kaget.
"Bukannya dulu waktu SMA kalian selalu bersama?"
"Yaa.. Itu dulu bu, waktu SMA. Sekarang saya sedang menunggunya bu doakan ya lekas bertemu. Semoga bisa makan disini lagi bersamanya bu."
"Aamiin nak. Oh iya kenapa nggak kesini bersama Indra. Dia sering berkunjung kesini sendirian, terkadang bersama temannya."
"Hehe tidak apa-apa bu."
"Nak Indra sering bercerita soal kamu loh sama ibu."
Rinjani yang sedang asik makan tersedak mendengar ucapan ibu kantin.
"Pelan-pelan nak, masih panas ya ditiup dulu."
"Iya bu. Bagaimana bisa Indra bercerita tentang saya kepada ibu?"
"Sepertinya Indra menyukaimu, ia pernah bercerita bahwa kamu adalah gadis istimewa yang ia temui selama ini. Dia melihat mu berbeda dengan gadis lainnya, kata Indra kamu menyukai senja dan pantai. Tidak seperti gadis pada umumnya yang menggilai belanja, berjalan-jalan dengan tujuan tak tentu. Indra sangat menyukaimu sepertinya jika ibu lihat."
"Ah tidak bu, kami hanya berteman."
Rinjani berbohong kepada ibu kantin, agar ia tak perlu melanjutkan pembicaraan ini lagi.
Rinjani baru ingat ponsel nya tadi berbunyi, namun ia mematikannya.
Rinjani pun mengecek ponsel nya.Mata nya membesar, tubuh nya bergetar tak karuan, ia menangis tertunduk lesu melihat isi notif yang dikirim oleh seseorang yang selama ini iya cari, selama ini iya tunggu dan selalu bersabar menantinya kembali. Samudra.
🌹🌹
Gimana menurut kalian? Apa yang Samudra sampaikan kepada Rinjani ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Fiksi Remaja"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥