Ke - 26

75 2 0
                                        

Perihal kata pergi, apa semua orang menyukainya? Dengan banyak nya yang berlalu dan pergi meninggalkan. Sejak kapan kata pergi selalu menjadi favorit dan pada akhirnya menjadi pemenang.

-Rinjani Putri Bramata

Selamat membaca......

**

Dengan usaha dimanapun Samudra berada, Rinjani selalu mencarinya. Berharap mendapat semua jawaban dari teka-teki yang ada.

Detik ini semua terasa semakin berat, dimanapun Rinjani mencari tak pernah bertemu dengan 1 jawaban itu. Hampir putus asa, tapi tidak. Tidak semudah itu untuk menyerah. Rinjani kehilangan arah, berkelana mencari sesuatu yang ditunggu nya sejak kepergian nya. Samudra selalu menjadi pemenang dalam ego Rinjani, dalam diri Rinjani, dalam segala hal milik Rinjani.

Bersabar, mungkin kata inilah yang diingat Rinjani untuk terakhir kalinya diucapkan oleh Samudra.

"Berapa lama lagi aku harus menunggu dan memetik semua jawaban dari bersabar Samudra?" Batin Rinjani

Rindu ini, selalu membuat sesak jika harus menahan nya. Tak ada arah maupun tujuan untuk menemukan Samudra.

Rinjani duduk melamun di taman, dengan segelas kopi dan susu yang selalu menemani nya. Kopi, selalu mengingatkan nya lekat akan Samudra. Semesta yang selalu Rinjani pandang tak kunjung menemukannya pada Samudra, laki-laki yang dikenal nya sejak kecil. Entah sejak kapan, perasaan ini muncul, semesta ini selalu menjadi miliknya.

"Dek, sampai kapan kamu terus-terusan melamun dan memandang awan?" Ucap mama yang sudah berdiri memperhatikan Rinjani sedari tadi.

"Eh ma.. Enggak, Rinjani lagi minum kopi aja."

"Mama tahu perasaan mu, mungkin Samudra tengah mempersiapkan sesuatu untukmu."

"Sesuatu bagaimana ma? Menghubungi ku saja tidak pernah."

"Mungkin ini yang terbaik bagi Samudra, mungkin dia menyimpan rahasia yang belum siap ia bagi denganmu."

"Ma.. Apa boleh Rinjani mengeluh?"

"Tidak, kamu harus kuat dek."

"Harus berapa lama lagi Rinjani menyiksa diri seperti ini ma? Harus berapa lama lagi Rinjani menunggu semua nya kembali seperti dulu? Mengapa ma, mengapa ini terjadi dengan Rinjani." Ucap Rinjani meneteskan air mata di pelukan mama.

Rinjani pergi masuk kedalam kamar dan bersiap-siap untuk ke kampus. Ponsel Rinjani terdengar berbunyi-bunyi sedari tadi. Tapi Rinjani tak menghiraukannya, bergegas dan berlalu dengan cepat. Rinjani berangkat ke kampus di antar oleh ayah.

Sesampainya di kampus, seperti biasa. Seorang teman sudah menunggu kedatangan Rinjani dengan memegang secangkir kopi dan susu.

Ah Rinjani tahu, ini adalah kebiasan Indra yang selalu memberinya menuman.

"Dari Indra lagi?" Tanya Rinjani

"Iya, Rin seperti biasanya. Dia perhatian banget ya sama kamu."

"Minum saja jika kamu mau, atau kasihkan dengan mahasiswa lain."

"Tapi, Rin. Indra berpesan ini untukmu."

"Aku udah minum kedua nya di rumah. Untukmu, minum saja."

Rinjani berlalu meninggalkan gadis itu, berharap langkah nya kali ini tidak terhenti lagi. Mengapa Indra selalu menitipkan dan memberinya itu semua? Ah mungkin ia hanya kasihan dengan Rinjani.

Langkah Rinjani terhanti tepat di ambang pintu kelas, bola mata Rinjani terbuka dengan sangat lebar memperhatikan isi kelas yang sepi dan hanya ada satu laki-laki. Siapa lagi kalau bukan Indra.

Rinjani membalikan badan dan mempercepat langkahnya menuju kantin kampus.

"Rin, tunggu."
"Rinjani, tunggu."
"Rinjani, tolong tunggu."
"Rin, kamu nggak bisa menghindar seperti ini dari aku."
"Rinjani, masalah kita nggak akan selesai kalau begini cara nya."
"Rinjani, kita perlu bicara. Kita perlu menyelesaikannya terlebih dulu."
"Rin, apa kamu bisa melangkah kedepan sedangkan masalah mu di belakang belum selesai."

Rinjani mengubah langkah nya menjadi berlari, berharab Indra tidak mengikutinya lagi.

Sampai kapan, sampai kapan semua ini menjadi rumit dan membingungkan. Bagaimana Rinjani bisa melangkah dengan tenang jika masalah yang terjadi belum selesai. Semua harus di perbaiki, namun Rinjani sudah tak ingin lagi berurusan bahkan berhadapan dengan Indra.

Sejak saat itu, kejadian itu, membuat Rinjani menghindar dari Indra.

**

Rinjani memberanikan diri menuju rumah Samudra, berharab kedatangan nya memberikan Rinjani jawaban dari semua tanya yang ada.

"Assalamualaikum, Tante."

"Waalaikumsalam nak, eh nak Rinjani silahkan masuk." Ya perempuan ini, perempuan yang sudah tidak muda lagi, perempuan yang telah melahirkan laki-laki yang selalu Rinjani cari. Bunda Samudra

"Terimakasih tante." Balas Rinjani dengan senyuman

"Ada keperluan apa nak? Apa ada yang bisa tante bantu?"

"Gimana kabar tante dan keluarga? Sehat semua kan tante?"

"Alhamdulillah nak kami sekeluarga baik."

"Tante, Rinjani ingin bertanya mengenai kabar Samudra. Apa boleh tante?"

"Tentu boleh nak, Samudra baik-baik saja disana. Oh iya Samudra waktu itu menyampaikan ke tante, kalau Rinjani mencarinya katakan saja ia baik-baik saja tak perlu khawatir semesta selalu bersamamu. Itu pesan Samudra."

"Tapi kenapa tante, Samudra tak bisa dihubungi."

"Oh mungkin dia sangat sibuk nak."
Bunda Samudra menjawab dengan tatapan aneh.

Rinjani tahu, ada suatu hal yang di tutupi oleh bunda Samudra.







🌹🌹





Semoaga suka ya dengan ceritanya. Sampai jumpa di part berikutnya♥

Senja & Pantai (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang