"Hai, Rin." Sapa Indra
"Eh perkenalkan ini putri saya bernama Rinjani." Ucap Ayah
"Oh ini anak nya yang sedang menempuh pendidikan kedokteran pak?" Tanya rekan bisnis ayah
"Iya betul pak." Balas ayah
Rinjani berdiri disamping mama, memasang wajah senyum tak lupa bersalaman dengan teman-teman ayah.
"Sedang apa kamu disini?" Tanya Rinjani kepada Indra
"Eh dek kamu sudah kenal ya sama nak Indra? Ayah lupa kalo kalian dulu satu SMA kalau tidak salah?" Ucap ayah
"Iya yah, dia teman SMA Rinjani." Balasnya
"Kenalin dek, ini ayah Indra rekan bisnis yang lagi kerjasama dengan bisnis ayah."
Tunggu, laki-laki yang berdiri disamping ayah adalah papa nya Indra?
Rinjani bersalaman dan mencium tangan papa Indra."Permisi om, saya ijin mau berbicara sebentar dengan Rinjani." Ucap Indra
"Oh silahkan nak kalian mengobrol saja." Balas ayah Rinjani
Indra membawa Rinjani sedikit menjauh dari keramaian, menepi dan duduk di dekat pintu taman yang mejadi tempat favorit Rinjani menikmati senja di akhir sore.
"Indra, apa itu tadi orang tua kamu?"
"Iya, Rin."
"Bukannya orang tua kamu dulu bapak komite angkatan kita ya. Kenapa berbeda sekarang?"
"Oh itu bukan papa ku. Yang menjadi bapak komite itu paman aku, tapi orang tahu nya beliau papa aku."
"Jadi yang bersama ayah sekarang itu papa kamu yang asli?"
"Iya, Rin. Oh iya bagaimana kuliah mu?"
"Lagi mengejar target agar cepat wisuda. Bagaimana dengan kamu?"
"Aku sudah tidak melanjutkan kuliah kedokteran, sekarang sedang meneruskan bisnis papa untuk belajar masih pemula."
"Begituu."
"Bagaimana, Rin?"
"Bagaimana maksudnya?"
"Apa kamu masih memikirkan Samudra?" Tanya Indra sedikit serius
"Tentu saja. Dan akan seperti itu seterusnya. Ada apa?"
"Oh tidak apa-apa."
Rinjani mengobrol bersama Indra kali ini dengan suasana yang berbeda, Indra yang dikenal nya dulu kini sudah berubah menjadi laki-laki yang tidak dingin lagi. Terlebih ia lebih sopan dan menghargai pembicaraan orang.
Meski terasa canggung, namun Rinjani mencoba untuk mengontrol dirinya agar lebih tenang dan tidak emosional. Mengingat ini adalah acara milik ayah, serta Rinjani harus menghargai para rekan-rekan bisnis ayah.
Dari obrolan ayah bersama rekan bisnis, Rinjani mendengar sedikit obrolan antara ayah dan rekannya.
"Kapan nih pak anaknya nikah? Udah besar loh mana calon dokter lagi pasti banyak laki-laki yang ngantri."
"Gimana kalo anak bapak di jodohkan saja dengan anak saya, tapi tuaan anak bapak."
"Saya lihat dari sini, sepertinya Rinjani dengan Indra sangat cocok ya pak."
Itulah ucapan singkat yang keluar dari obrolan rekan bisnis ayah.
Rinjani hanya terdiam melihat dan mendengarnya. Tak lupa memasang senyum palsu agar mereka tak beranggapan buruk kepada Rinjani. Ini demi ayah, jika bukan karena ayah Rinjani malas berlama-lama dalam acara yang sangat aneh ini.
"Sudah jangan dipikirkan apa kata mereka. Hanya sebuah obrolan yang tidak jelas bagi orang tua." Ucap Indra
"Bagaimana bisa mereka seperti mengenalku secara detail saja. Mereka hanya tau aku melalui diriku yang seperti ini, tersenyum baik kearah mereka dengan penuh kepalsuan."
"Apa kamu tidak betah disini? Apa kamu masih seperti dulu, Rin?"
"Iya aku tidak betah, ingin berlari dan menyendiri."
"Ternyata kamu masih sama seperti dulu, Rin. Menyediri seakan sudah menjadi bagian favorit dalam dirimu."
"Entahlah."
"Apa kamu tidak ingin keluar dari itu semua?" Tanya Indra
"Tidak."
"Mengapa?"
"Karena ini diriku, beginilah aku. Tidak ingin menjadi versi terbaik bagi mereka. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, ya beginilah aku. Bahagia dengan diri sendiri tanpa menjadi orang lain."
"Memang betul itu baik. Namun, jika kamu terus menyendiri dan enggan mengenal suasana baru, apa itu baik?"
"Bagiku baik-baik saja."
Indra terdiam menatap Rinjani, ternyata Rinjani masih menjadi dirinya yang dulu, Rinjani yang menyukai senja dan pantai, menyendiri dengan dunia nya sendiri, bahkan dengan keras kepalanya ia akan tetap menjadi Rinjani yang seperti ini.
🌹🌹
Selamat hari raya idul adha ya, mohon maaf lahir dan batin semuanya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥