"Rinjani.." panggil Samudra
Rinjani segera bangkit dari atas kasur menemui Samudra.
"Heh berisik.. Ada apa." Celetus Rinjani
"Rin, kamu sudah mengantuk?"
"Iyalah."
"Galak banget sih."
"Arggghhhh aku makan ni."
Samudra tertawa kekeh melihat tingkah Rinjani seperti singa sedang kelaparan.
"Husttt.. Berisikk, orang rumah udah pada tidur." Ucap Rinjani
"Enggak yaa, paman masih di depan tv tu huuuuu."
"Terusssssss." Jawab Rinjani membalikan badan menuju kamar meninggalkan Samudra yang masih berdiri di depan pintu.
Baru 2 langkah Rinjani berjalan, Samudra menarik tangan nya. Lantas Rinjani berbalik dan menatap Samudra sinis.
"Ayok minum kopi, aku sudah pesan kesukaan mu tadi Rinjani."
Akhir nya Rinjani memilih mengikuti Samudra, padahal mata Rinjani sangatlah mengantuk.
"Eh Rinjani belum tidur? Paman pikir tadi udah tidur."
"Hehehe udah mau tidur paman, malah Samudra panggil maksa buat keluar lagi."
"Apa kamu bilang Rinjani, aku dengar ya dari dapur." Teriak Samudra yang sedang mengambil kopi
Rinjani tertawa bersama paman di depan tv mendengar Samudra teriak.
"Paman ini kopi nya, tadi Samudra pesan kan juga buat paman."
"Walah ini kopi nya anak muda ya, paman orang tua doyan nya kopi hitam murni." Tawa paman
"Ya udah Rinjani bikinkan paman kopi hitam ya."
"Eh.. enggak usah Rin, besok pagi aja paman minum nya. Kalian mau di depan tv sini?"
"Iya paman." Jawab Rinjani
"Mau di luar lihat bintang paman." Ucap Samudra berdiri dan berjalan keluar teras
"Temenin gih Samudra nya Rin." Perintah paman
Rinjani sangat mengantuk dan malas untuk keluar, tapi apa boleh buat keadaan memaksanya keluar.
"Aku udah tebak kamu gak bisa jauh dari aku kan." Ledek Samudra
"Geeran banget jadi orang."
"Ini buktinya kamu ikut keluar."
"Apaan sih ahh. Males banget ngobrol sama kamu."
"Hahahaha dari tadi juga ngobrol sama aku, nggak males tu." Ledek Samudra
Rinjani sangat kesal, ia memilih duduk diam dan menikmati kopi nya. Ingin sekali rasanya belari ke dalam kamar dan tidur meninggalkan Samudra yang belum mengantuk.
"Rin."
"Hmm.."
"Rin."
"Hmmmm."
"Rinjaniiiiiii." Panggil Samudra menarik wajah Rinjani menghadap nya
Rinjani diam menatap Samudra, begitupun Samudra yang terdiam melihat 2 bola mata Rinjani yang sudah mengantuk.
"Ngantuk ya Rin?" Ucap Samudra menatap serius
"Iya."
"Ko tumben ya malam ini bintang nya nggak keliatan satu pun."
"Mau tau kenapa bintang nya nggak ada."
"Kenapa Rin?".
"Semesta sedang berpihak padaku."
"Hah.. apa.. gimana. Aku nggak paham."
"Semesta sedang berpihak padaku, bintang nya sedang tidur seperti bola mataku yang sudah mengantuk. Jadi dia hilang dalam kegelapan." Bisik Rinjani di telinga Samudra
Samudra justru tersenyum saat Rinjani berbisik di telinga nya.
"Udah paham?" Tanya Rinjani
"Udah Rin, dan aku sadar kenapa bintang nggak muncul di langit. Karena sekarang bintang itu sedang berada tepat di hadapan ku, ia bersinar terang dan indah Rinjani."
"Ah ngaco kamu ya gara-gara kopi."
"Nggak Rin, aku nggak ngaco. Bintang itu kamu Rinjani."
Ucapan Samudra membuat Rinjani merasa terbang tinggi bersama bintang-bintang yang hilang dalam kegelapan.
Kali ini semesta punya rencana sendiri untuk Rinjani dan Samudra di tengah malam, udara tidak terlalu dingin. Yang ada hanya suara jangkrik dan hembusan angin yang sedang meniup pepohonan.
"Rinjani.." panggil Samudra dengan suara halus
"Ada apa?"
"Boleh aku minta sesuatu dari mu?"
"Sesuatu? Apa yang kamu minta, nggak usah ribet ya ini udah malam." Gerutu Rinjani
"Aku hanya meminta 1 hal sederhana Rinjani."
"Iyaa apa?"
"Senyummu."
"Senyum ku?"
"Iya Rinjani.. Beri aku senyum mu di akhir malam ku."
Rinjani memegang jidat Samudra dan berkata "oh panas, pantas agak-agak ya."
"Rinn.. Permintaan ku sederhana, tolong beri aku senyum mu."
Rinjani pun tersenyum tepat di hadapan Samudra. Rinjani tersenyum manis dan di balas Samudra dengan senyuman
"Makasih ya Rin, akhir malamku kali ini terasa indah sekali. Kali ini semesta pun memihak kepadaku bukan?"
"Tentu."
"Aku berharap semesta selalu memihak kepadaku Rin setiap hari, dan aku berharap semesta tak akan mengambil yang menjadi milikku."
"Berdoa saja, bumi dan langit akan mendengarkan doamu. Lalu bagaimana jika semesta mengambil yang menjadi milikmu?"
"Aku akan kecewa dengan semesta."
Malam ini obrolan yang tak tau arah nya kemana menjadi penutup malam Rinjani dan Samudra.
🌹🌹
Jadi gimana nih part yang ini buat baper atau nggak nih??
Lucu ya melihat tingkah Samudra dan Rinjani.
Jangan lupa tinggalkan jejak di cerita Senja & Pantai♡♡
Buat yang udah baca terimakasih banyak ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥