Laki-laki yang selalu Rinjani tunggu, kini muncul dengan sebuah pesan yang dikirim oleh Samudra. 4 tahun sejak kepergiannya, kini ia kembali dengan sepucuk pesan tertulis yang dikirimnya.
Tangan Rinjani bergetar tak karuan memegang sebuah ponsel. Jantung nya berpacu dengan sangat kencang.
"Bagaimana kondisimu sekarang, Rin? Aku harap kau baik-baik saja. Apa kau masih menyukai senja dan pantai seperti dulu? Bagaimana dengan kuliah mu. Rinjani, jogja memang istimewa ya. Seperti kata orang, jogja sangatlah istimewa. Tapi, apa yang kuingat di kota ini hanyalah dirimu dan selalu saja tentangmu. Tak ada yang lain, Rin. Hembusan nafas yang sesak ketika mengingatmu, rindu yang sudah tak terbendung membuatku merasakan sakit. Jogja menyimpan sejuta harapan yang selalu aku sampaikan kepadanya melalui doa, semoga saja sampai kepadamu ya. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau masih bersabar menungguku? Seperti kataku kala itu, Rin. Kau perempuan hebat dan kuat yang pernah kutemui, aku harap kau masih seperti itu ya. Maaf, aku telah cukup lama tidak memberimu kabar dan tidak membalas satupun pesanmu. Aku akan tetap membaca pesanmu. Hanya itu yang bisa kulakukan sampai sekarang. Semoga kita lekas bertemu kembali ya. Semoga waktu punya caranya sendiri untuk menghadirkan temu. Aku memberimu foto kota jogja dikala senja mulai menyelimutinya, indah bukan? semoga kau suka ya. Ku harap suatu saat kita bisa bertemu, disini. Di kota Istimewa bersama orang yang istimewa."
Wajah Rinjani sudah menjadi basah oleh air mata, menangis hingga tersedu-sedu. Meski Samudra telah lama menghilang tanpa jejak, ia tetap memilik ruang dalam diri Rinjani. Kabar ini, hanya sebuah pesan singkat yang dapat menenangkan Rinjani. Ternyata kabar Samudra baik-baik saja. Sudah cukup untuk Rinjani merasa sedikit lega.
"Nak, kenapa menangis? Apa kamu kepedasan?"
Ucapan ibu kantin membuatnya tersadar, Rinjani menjadi sangat lemah hingga menangis.
"Enggak bu, hehehe saya nggak sadar kalau nangis."
"Kobisa nak. Ada apa?"
"Saya hanya terharu bu. Laki-laki yang 4 tahun lamanya saya tunggu, kini hadir kembali. Meski hanya sebuah pesan singkat. Tapi saya sangat bahagia bu."
Ibu kantin memasang wajah gembira dan tersenyum kepada Rinjani.
Rinjani melanjutkan makan nya dengan suasana hati yang sedikit lebih tenang. Memang melelahkan jika harus menunggu Samudra hingga detik ini, tapi tak apa. Kesabarannya membuahkan hasil, meski tak mempertemukannya dengan Samudra langsung.
Setelah selesai makan, Rinjani memutuskan untuk pulang kerumah. Kali ini perasaannya sudah sedikit terobati akan Samudra.
"Bu, saya sudah makannya. Jadi totalnya berapa ya, bu?" Ucapnya pada ibu kantin.
Belum saja ibu kantin membalas perkataan Rinjani. Sudah dipotong dengan kehadiran seseorang. Siapa lagi kalau bukan Indra.
"Sudah bu makannya Rinjani nanti saya saja yang bayar." Kata Indra
"Enggak usah repot-repot, aku bisa bayar sendiri. Makasih sebelumnya untuk tawarannya." Balas Rinjani
"Santai saja, Rin. Hitung-hitung aku teraktir kamu."
"Nak Indra, tadi Rinjani menangis bahagia." Ucap ibu kantin tiba-tiba
Rinjani kaget, begitupun Indra.
Untuk apa ibu ini memberitahu Indra hal seperti ini."Betul apa yang disampaikan ibu barusan? Kenapa? Apa Samudra alasan kamu menangis?" Tanya Indra sedikit santai
Rinjani membalas perkataan Indra dengan anggukan.
"Beruntung ya Samudra, dia bisa membuatmu tersenyum bahkan menangis. Dan bisa menjadi rindu yang amat dalam bagi dirimu."
Rinjani bingung harus menjawab perkataan Indra seperti apa, terasa canggung dan sedikit tidak enak.
"Sudah, ucapanku jangan dipikirkan. Aku hanya berucap sesuai dengan apa yang aku lihat selama ini." Indra berkata dengan ukiran senyum yang telah dibentuk oleh bibir nya.
Terasa aneh, tiba-tiba Indra berubah 180 derajat kepada Rinjani. Tidak lagi memaksakan perasaannya, justru lebih menghargai Rinjani.
Rinjani berpamitan kepada Ibu kantin dan juga Indra.
"Hati-hati dijalan, Rin." Ucap Indra
Rinjani membalasnya dengan anggukan dan berlalu meninggalkan sekolah ini.
**
Kembali lagi seperti hari-hari biasanya.
Rinjani mengisi harinya dengan berkuliah, berjalan sekedar mengerjakan tugas diluar dan tentu saja menikmati senja di akhir sorenya.Sudah 2 bulan Rinjani tak pernah bertemu dengan Indra lagi dikampus, bahkan melihat keberadaan Indra saja tidak.
Pagi ini kondisi rumah sangat ramai, ada sebagian orang yang berlalu-lalang masuk dan keluar rumah Rinjani. Mengantar pesanan makanan dan berbagai olahan hidang lezat.
"Ma, ada apa ko ramai sekali orang keluar masuk rumah membawa makanan?" Tanya Rinjani
"Nanti sore akan ada acara di taman belakang dek." Jawab mama
"Acara apa ma? Ko aku nggak tahu sebelumnya."
"Itu acara kecil-kecilan untuk rekan bisnis ayah. Sekedar mengumpul dan membahas seputar bisnis dengan santai. Mama nggak bisa kalo masak sebanyak itu untuk tamu, jadi mama pesan makanan untuk nanti sore. Bantu mama ya."
Rinjani mengangguk dan berjalan menuju meja tempat makanan. Terlihat dari kejauhan, taman belakang rumah Rinjani sudah di isi oleh beberapa meja dan kursi. Tak lupa dengan sentuhan lampu-lampu taman yang tengah di pasang oleh orang suruhan ayah.
Rinjani membantu dengan senang hati dan sebisanya, semua nya sedang di persiapkan dan hampir selesai.
Jam sudah menunjukan pukul 13.00
Rinjani berjalan menuju kamar dan melaksanakan ibadahnya terlebih dulu. Setelah itu, memutuskan untuk tidur siang sebentar.Memejamkan mata dengan perlahan, Rinjani terlelap dalam tidurnya.
"Rinjani bangun, sudah jam setengah 3." Ucap mama dengan lembut
"Maa, Rinjani masih ngantuk. Sebentar lagi yaa."
"Dek, jam 3 acara ayah dimulai. Bantuin mama."
"Iyaa ma, Rinjani cuci muka sekalian mandi dulu ya. Nanti Rinjani nyusul ke taman."
Selesai bersiap-siap, Rinjani bergegas turun ke taman belakang. Menemui mama dan ayah nya yang tengah menyambut tamu dan sedikit mengobrol.
Rinjani menghentikan langkahnya dan terkejut, melihat sosok laki-laki yang tengah berdiri dekat oleh ayah nya bersama rekan bisnis lainnya.
Indra, sedang apa ia disini? Bersama teman-teman ayah Rinjani.
🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥