"Maaf, aku tak bisa." Jawab Rinjani berlalu meninggalkan Indra
Ojol yang sudah ditunggu-tunggu oleh Rinjani tak kunjung datang, awan bergumpal berwarna abu-abu. Angin sangat kencang, mendadak cuaca berubah. Disusul dengan beberapa tetesan air yang jatuh ke muka bumi.
Rinjani berlari menunggu ojol tepat di halte kampus. Ojol yang sudah ditunggu nya sedari tadi tak kunjung datang dan membatalkan pesanan milik Rinjani. Beralasan masih jauh dan hujan deras.
Rinjani menepi duduk di halte seorang diri. Cuaca ini selalu mengingatkanya akan Samudra.
"Kapan kamu akan kembali menemuiku seperti dulu lagi Samudra? Cuaca hari ini hujan, kamu sangat menyukai hujan bukan? Kamu selalu berkata kepadaku jika hujan menepilah Rinjani nanti kamu bisa sakit. Apa sekarang aku sudah tak bisa mendengar ucapan itu lagi? Aku sekarang sudah menepi Samudra, lalu apa yang harus ku lakukan?. Mungkin semenjak kepergianmu, semesta selalu tidak memihak kepadaku lagi. Sepi, hampa, dan kosong. Apa kamu enggan kembali menemuiku? Aku disini menunggumu, rindu ini selalu menunggu untuk bertemu."
3 tahun sudah berlalu, namun hingga detik ini Rinjani tak pernah mendengar kabar Samudra kembali.
Seorang laki-laki dari kejauhan nampak bermain-main dengan hujan di atas kendaraan nya, ia terlihat sangat gembira menikmati setiap tetesan air hujan yang membasahi tubuh nya. Laki-laki itu mendekat ke arah halte dan tersenyum kepada Rinjani.
"Apa kamu sudah memaafkanku, Rin?" Tanya Indra
Rinjani menatap lekat-lekat tubuh laki-laki yang sedang berdiri tepat dihadapan nya dengan kondisi basah, namun ia tetap tersenyum kepada Rinjani.
"Jika hujan menepi, jangan mandi hujan nanti sakit." Ucap Rinjani dengan tatapan dalam bersayu-sayu
"Aku senang, terimakasih sudah memberi perhatianmu, Rin."
"Tidak, aku hanya mengingat ucapan Samudra kala itu yang sering ia sampaikan kepadaku."
Indra menatap ke arah Rinjani dengan tatapan kesal, 3 tahun sudah berlalu namun tetap saja. Samudra selalu menjadi pemenang dalam hidup Rinjani.
"Apa hingga detik ini kamu masih menunggu Samudra, Rin?"
"Tentu saja."
"Dia tidak akan kembali kepadamu."
"Mengapa kamu berucap begitu?"
"Samudra sudah melupakan kamu, dia meninggalkan kamu, dia pergi dari hidupmu. Tapi lihat, kau tetap saja mengharapkan nya kembali. Aku disini menunggu mu Rinjani."
"Apa maksud dari ucapanmu?"
"Dengarkan aku, SAMUDRA TIDAK AKAN KEMBALI KEPADAMU." jawab Indra dengan nada tinggi
"Tidak. Aku yakin ia akan kembali."
"Rin, tolong beri aku ruang dalam dirimu sedikit. Tolong izinkan aku mengenal dunia mu dan hidup mu."
"Aku menyukaimu Rinjani, sejak aku mengenalmu, sejak aku bisa memahamimu. Aku jatuh cinta."Rinjani mendengar ucapan Indra dengan jelas. Menyukaiku? Bagiamana bisa ia menyukaiku? Ini sebuah perasaan yang salah. Perasaan ini tak mungkin terjadi kepada Indra, bagaimana bisa ia menyukai Rinjani.
"Kau berbohong." Ucap Rinjani lirih
"Aku tidak berbohong, Rin."
"Kamu bilang, kamu memahami ku? Tidak, kamu tidak memahamiku. Hanya Samudra yang memahamiku!"
"Aku muak mengapa hanya ada Samudra, Samudra, Samudra dalam dirimu, Rin."
"Karena..."
"Karena kamu menyukainya?" Potong Indra sebelum Rinjani menyelesaikan bicaranya
Rinjani tertunduk diam, bibir nya bergetar tak karuan, tubuh Rinjani mendadak tak memiliki tenaga untuk menyampaikan apa yang ia rasakan kini.
Hujan, dia lah yang mengetahui perasaan Rinjani kali ini.
Indra berlalu dengan keadaan kesal dan meninggalkan Rinjani sendirian di halte kampus.
"Kamu tahu apa yang terjadi hari ini denganku, Samudra?. Bagaimana bisa Indra memiliki perasaan kepadaku. Katakan Samudra ini mustahil bukan?"
Untuk kesekian kali nya Rinjani mengirim pesan kepada Samudra. Namun tetap saja usaha nya sia-sia.
Angin bertiup semakin kencang, hujan turun dengan sangat deras nya. Seluruh kota ini dibasahi dengan tetesan nya.
Rindu selalu menyapu terbang bersama angin-angin, berharap akan bertemu untuk segera. Namun sayang, keadaan kini sudah tidak seperti dulu lagi.
Setiap langkah Rinjani, selalu dihantui kenangan oleh Samudra. Entah sejak kapan, dunia Rinjani menjadi dunia nya Samudra.
Rinjani memutuskan pulang kerumah dengan dijemput ayah setelah apa yang terjadi dengan nya barusan.
Saat di jalan, Rinjani bertanya kepada ayah nya tentang sesuatu.
"Ayah, Rinjani ingin bertanya."
"Tanyakan saja dek."
"Apa laki-laki akan pulang kembali setelah ia meninggalkan seseorang dengan cukup lama?"
"Laki-laki akan kembali pulang kepada rumah yang ia anggap menjadi tempat peristirahatan nya, bukan hanya sekedar singgah, tapi ia akan benar-benar menetap untuk menjadikan nya rumah sebagai pulang terakhir nya. Ada apa dek?"
"Tidak apa-apa yah, Rinjani hanya sekedar bertanya."
"Kamu menunggu Samudra?"
"Bagaimana ayah bisa tahu?"
"Ayah tahu dek tanpa kamu jelaskan. Tunggulah dia jika memang pantas kamu tunggu."
🌹🌹
Author mau ucapkan terimakasih untuk yang sudah
"Tambahkan cerita ke perpustakaan"
Terus dukung ceritanya ya, jangan lupa vote dan comment nya ditunggu♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pantai (COMPLETED)
Teen Fiction"TENTANG RASA, DAN KITA" Mungkin benar, menunggu itu melelahkan, dan membosankan. Lalu, bagaimana dengan Rinjani? ♡ ♡ Di baca aja dulu ya siapa tau sukaa♥