Keysa duduk di gazebo depan rumahnya. Ia baru saja selesai melakukan video call bersama Dewa. Kini laki-laki itu jadi lebih sering menghubunginya. Ah, mengapa dirinya harus heran? Toh ia pacarnya, sudah pasti mereka akan lebih sering berkomunikasi.
Keysa memandang atas kepalanya. Pohon mangganya ternyata memiliki buah. Ahaha, namanya pohon buah ya sudah pasti berbuah. Keysa berdiri di atas gazebonya. Percuma, tubuhnya tidak dapat menjangkau buah mangga yang hanya ada satu di sana.
"Gimana sih, masa berbuah cuma satu"
"Woy!"
Seseorang memegang kedua pergelangan kakinya membuat Keysa melompat.
"Apaan sih lo ga sopan megang kaki orang" ucap Keysa kesal
Raja tertawa setelah melihat Keysa terkejut. Ia baru saja keluar dari dalam rumah Keysa untuk memberikan apa yang diamanahkan ibunya pada Raja.
"Lo ngapain, tubuh lo ga akan sampai buat ngambil mangga itu"
Keysa mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Raja "Sana pulang, ngapain masih di sini"
"Suka suka gue dong" Raja mendudukkan tubuhnya di sebelah Keysa yang kini sudah duduk di pinggiran
"Ngapain lo duduk di sini, sana pulang hush hush" usir Keysa pada Raja
Raja sedikit menyingkirkan tubuhnya "Jadi cewek tuh kalem, galak banget kayak pembantu"
Keysa menatap Raja garang lalu mencubit lengan laki-laki itu kesal "Masih aja ngatain gue pembantu"
"Aw aw sakit Key"
"Nakal sih lo"
"Kayak bocah lo" ucap Raja
"Iih gue ini, suka suka gue"
"Ga bakalan ada yang mau sama lo hahaha" ledek Raja
"Gue punya pacar yah"
Raja tertawa "Cewek dekil kayak lo punya pacar? Rabun kali mata dia"
Keysa mencubit kembali lengan Raja membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan
•••
"Abaaang"
"Dewi jangan teriak di dalam rumah" ujar Luna dari ruang keluarga ketika mendengar putrinya berteriak memanggil sang kakak
Putrinya selalu begitu. Sesekali akur pada Dewa sesekali bertengkar. Tentunya bukan Dewa yang memulainya lebih dulu, melainkan putrinya itu.
"Abaaaaang!" panggil Dewi sekali lagi membuat Dewa keluar dari dalam kamar kemudian membuka pintu kamar adiknya
"Apalagi?"
"Pembalut Dewi abis" ucap Dewi yang kini berdiri di depan kasur dengan wajah gusar
Dewa mengerutkan keningnya "Pembalut?"
"Iya pembalut, beliin"
Dewa menganga mendengarnya "Kenapa ga beli sendiri sih"
Hey, tentu saja Dewa merasa keberatan. Adik satunya ini benar benar keterlaluan atau bagaimana? Baru saja kemarin ia berbelanja bulanan bersama ibunya. Memangnya kemarin mereka tidak membeli keperluan perempuan yang satu itu?
"Emang kemarin ga beli?" tanya Dewa
Dewi menggeleng "Dewi lupa"
"Ya udah pakai punya bunda dulu aja"
Dewi menatap Dewa garang "Gak mau! Beda abaaang"
"Ya ampun ada apa sih rame terus" Luna datang dari belakang Dewa
"Ini bun, abang ga mau beliin Dewi pembalut"
"Pelan pelan sayang bicaranya, malu sama tetangga" ujar Luna
"Dewi kesel sama abang"
"Beliin ya bang" ucap Luna setelah mengusap bahu Dewa
Dewa menghela napas "Iya"
•••
Dewa menggerutu pelan setelah mendudukkan tubuhnya di lantai berbalut bulu berwarna hitam. Dua laki-laki yang sedang berada di sana saling menatap melihat ekspresi Dewa yang terlihat kesal.
"Kenapa lo, Wa?"
"Dia tadi ngomong apa, Tin?"
Dewa memandang kedua temannya. Siapa lagi jika bukan Justin dan Leo. Dewa sengaja membelokkan mobilnya menuju rumah Leo setelah tahu bahwa mereka berdua sedang bermain ps.
"Diputusin Keysa lo, Wa?" tanya Justin membuat Dewa menatap Justin tak suka
"Pengen banget lo liat gue putus sama Keysa"
"Secara Keysa langka, bro" sahut Justin
"Ngomong sekali lagi"
"Keysa idaman gue" ucap Justin berniat menggoda Dewa
"Anj*ng"
Leo dan Justin tertawa mendengar umpatan Dewa. Mereka berhasil memancing emosi laki-laki yang baru pertama kali merasakan kasmaran itu.
"Hahaha, sampe sini kusut, di jalanan ketemu apa lo?
Leo menarik kantong plastik yang dibawa Dewa dan melihat isinya.
"Pffft"
Justin yang penasaran pun ikut melihat apa yang dibawa oleh Dewa.
"Gue tebak ini kerjaan Dewi" ujar Leo
"Ga mungkin Keysa minta ngerepotin buat hal kayak gini" saut Justin yang membuat Dewa memandangnya tak suka
Menurut Dewa, Justin berkata seperti itu seolah laki-laki itu lebih tau Keysa daripada dirinya. Ya memang ia baru saja jadian, tapi apa tak bisa Justin sedikit mengontrol ucapannya?
"Yes yes, sahabat lebih tau daripada pacar" sulut Leo membuat Justin tertawa
"Sans sans bro" ujar Justin dengan tangan menepuk-nepuk pelan pundak Dewa
TBC