Keysa berjalan sendirian di bahu jalan. Ia baru saja pulang sekolah. Dewa yang katanya ingin mengantarnya ke rumah malah tidak dapat ditemukan di parkiran.
Justin dan Leo juga sama, Keysa sudah menghubungi Dewa namun tak kunjung mendapat jawaban. Lala bahkan sudah pulang saat jam istirahat karena sedang dalam keadaan sakit.
Haruskah Keysa menjelaskan juga bagaimana dengan ibu, ayah, dan kakaknya? Tidak perlu, karena mereka memiliki kesibukan masing-masing. Bulan pasti sedang menjaga toko kuenya karena beberapa minggu kemarin ia membuka toko kue.
Begitu juga dengan Surya yang kini lebih sering menginap di sekolah. Kenzo semakin sibuk dengan tugasnya di kantor, laki-laki itu semakin giat bekerja setelah mengatakan akan bertunangan nanti. Namun calonnya belum juga dikenalkan pada kedua orangtuanya.
Keysa berhenti di depan sebuah warung kecil. Ia membeli sebotol air mineral dingin. Tenggorokannya terasa kering setelah berjalan lama. Mungkin jika rumahnya masih ada di lokasi rumah lama, ia sudah sampai sejak tadi. Namun letak rumahnya kini berganti menjadi 5x lipat lebih jauh sehingga ia harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat jika pergi sekolah.
Tintin
Keysa berhenti kemudian menoleh. Ia mendapati Raja dengan motor besarnya. Wajahnya masih tertutup bandana dan helm.
"Ngapain lo jalan sendirian kayak orang gila?"
Kebiasaan. Laki-laki itu selalu saja mengejeknya.
"Ngukur jarak" jawab Keysa sekenanya
"Hahaha, kayak pembantu ga dikasih ongkos ke pasar"
Lagi?
Keysa memutar bola matanya malas.
"Lo ngga ada kerjaan apa? Ganggu gue mulu"
Raja tertawa "Ada"
"Ya udah sana kerjain"
"Kerjaan gue ngerjain lo, hahahhaha"
Keysa menghentakkan kakinya kesal lalu berjalan meninggalkan Raja.
Raja sendiri kini turun dari motornya lalu berjalan sedikit untuk menahan tangan Keysa.
"Apa sih pegang pegang"
Raja terkekeh "Ngambek aja lo bisanya jadi cewek, ayo pulang bareng gue"
"Ga mau"
"Kaki lo jadi kaki gajah kalo pulang jalan kaki"
Keysa mengerucutkan bibirnya "Ya udah ayo"
Raja mengusap pelan puncak kepala Keysa "Lo ga punya kreatifitas buat ngedesain letak rambut ya" ejek Raja
Keysa mencubit pelan pinggang laki-laki itu. Ia paham maksud Raja. Beberapa kali laki-laki itu sering membahas rambutnya yang selalu ia ikat menjadi satu.
"Lebih efektif"
Raja menyalakan mesin motornya "Ga ada bakat lo jadi cewek"
•••
"Dibilangin sampe depan rumah gue aja" kesal Keysa setelah turun dari motor Raja
Raja mengacak rambut gondrongnya setelah melepas helm "Sekalian kenapa sih" jawab Raja dengan nada dibuat seperti Keysa berbicara
Keysa mencubit pinggang Raja "Lo nggak tau buat sampe ke rumah gue aja butuh waktu lima menit jalan, rumah lo terlalu luas"
Raja terkekeh lalu merangkul pundak Keysa dan menariknya masuk ke dalam rumahnya.
"Ngapain baw-
Suara Keysa berhenti saat Raja membekap mulutnya dengan telapak tangan agar Keysa berhenti berbicara.
"Bisa ngga lo diem"
"Ya ampun Rajaaa, kamu apain anak orang" teriak Riana yang baru saja meletakkan majalahnya
Raja melepas bekapan tangannya lalu mencium punggung tangan Riana "Dia bawel, mi"
Keysa menatap kesal Raja kemudian tersenyum pada Riana dan mencium punggung tangan wanita yang menjadi ibu dari laki-laki menyebalkan itu.
"Keysa sayang ayo duduk, kamu baru pertama ke sini kan? Padahal udah lumayan lama kita tetanggaan" ujar Riana
Keysa menyunggingkan senyumnya "Iya tante, maaf baru bisa ke sini"
"Kalo ga Raja paksa juga dia ga bakal mau, mi" sahut Raja yang kini sudah berada di pertengahan tangga menuju lantai 2
"Memangnya kalian ketemu dimana?"
"Raja nemuin dia lagi jongkok mi di pinggir jalan sambil tangannya nadah minta minta" jawab Raja berbohong
"Bohong tante"
"Rajaa"
"Maafin Raja ya, Key"
"Iya tante"
Riana mengusap kedua bahu Keysa "Kamu ganti baju dulu gih, abis itu kita makan, pasti kamu belum makan kan?"
"Iya, kalau begitu Keysa pamit pulang tante"
"Eeh ganti di sini aja, pakai baju mami yang jaman muda"
Keysa terdiam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya "Oke"
"Oiya panggil mami aja, biar sama kayak Raja"
•••
Keysa kini tengah duduk di sofa panjang yang ada di dalam kamar Raja. Kamar laki-laki itu didominasi dengan warna abu-abu dengan beberapa bingkai foto berukuran 30x30cm terpajang rapi berurutan di dinding.
Ceklek
"Raj-
"Aaaaaa-
Lagi, Raja kini membekap mulut Keysa dengan telapak tangannya membuat Keysa memukul lengan laki-laki itu.
"Diem di situ, mata tutup, gue pakai baju" ujar Raja memberi instrupsi
Keysa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bisa-bisanya laki-laki itu keluar dari kamar hanya dengan sebuah handuk yang menempel dari bawah perut hingga lututnya.
"Kebangetan lo ya, pakai baju tuh di dalam" ujar Keysa kesal
Raja sendiri kini tengah mengusap rambutnya dengan handuk.
"Yang nyuruh lo masuk siapa? Ini kamar gue, ya suka suka gue lah, buka mata lo, gue udah selesai"
Keysa melepas kedua tangan dari wajahnya. Kini ia melihat Raja tengah duduk di depan meja rias dengan tangan menyisir rambut gondrongnya. Kemeja santainya ia lepas 2 kancing, terlihat dari pantulan kaca.
"Hmm, kamar lo rapi" ujar Keysa setelah melihat beberapa miniatur tokoh marvel di dekat tempat tidur
"Haha iya lah, lo liat dong keseharian gue aja rapi, masa kamar ga rapi"
Keysa memandang Raja dengan kedua alis menyatu "Biasa aja dong"
Raja berdiri kemudian sedikit berjalan menghampiri Keysa lalu membungkukkan badannya sejenak seperti memberi hormat "Maaf tuan ratu"
"Nah"
"Ratu pembantu"
Keysa memelototkan matanya lalu mengejar Raja yang sudah berlari lebih dulu keluar kamar.
"RAJAAAA"
TBC