Chapter 11 | Bar Bar 📌

861 89 2
                                    

"Vian. Sekarang waktunya kamu menikah. Papa sudah melamar seorang putri dari keluarga terpandang."

Perkataan dari Alexander membuat Vian terhenti saat memakan rotinya. Di pagi yang cerah ini tak ada angin tak ada hujan kenapa bisa Papanya memberitahukan bahwa ia akan segera menikah? Ada yang tidak beres.

"Maaf, Pa. Tapi Vian sudah punya calon sendiri."

"Vian! Keputusan papa sudah bulat! Tidak boleh dibantah. Cepat atau lambat kau akan segera menikah dengannya."

Brak

Vian mendorong kursinya. Dia bangkit dan tanpa sepatah katapun pergi meninggalkan ruang makan. "Hey! Vian. Habiskan dulu makananmu nak," teriak Nabila memanggil putra sulungnya yang tiba-tiba pergi. Dia khawatir pasalnya Vian hanya memakan 2 gigitan roti.

"Ada apa ini ma? Kenapa kak Vian tiba-tiba pergi? Padahal rotinya belum habis," tanya Kenzie yang baru datang dari kamarnya. Dia masih belum tahu tentang kejadian yang baru saja terjadi.

Nabila mencoba tersenyum "Tidak ada apa-apa, Zie . Mungkin kakakmu sedang terburu-buru kerja," elaknya yang tak ingin putra bungsunya tahu masalah itu.

Kenzie tersenyum ke arah Papa dan Mamanya. "Ma. Minggu depan acara pensi sekolah Kenzie. Mama datang ya," ucap Kenzie setelah duduk di kursi untuk memakan sarapannya.

"Tentu saja, nak. Siapa sih yang mau melewatkan pertunjukan drama Moon lovers. "

"Terus? Papa gak diajak gitu?" tanya Alexander yang merasa ia tak diajak oleh putranya.

Kenzie menoleh ke arah Papanya. Kenapa tumben sekali papanya bertanya seperti itu? "Kenapa, pa? Emangnya papa udah suka liat drama korea?"

Alexander berdecak kesal, "Ya nggak lah. Maksud papa itu kenapa kamu hanya mengajak Mama saja? Acara pensimu itu bukan hanya pertunjukan drama korea kan? Jadi Papa bisa datang juga dong."

Kenzie terkekeh kecil mendengar perkataan Papanya yang terasa seperti anak kecil yang mengambek lantaran tidak diajak jalan-jalan. "Kalau mau ikut ya terserah Papa dan juga kalau gak mau ikut ya terserah papa."

Alexander hendak menjewer telinga Kenzie namun tidak bisa lantara Kenzie berlari terbirit-birit keluar dari rumah. "Punya anak cowok kok kelakuannya bar bar seperti itu. Punya salah apa aku dulu, bisa-bisanya punya anak seperti itu," keluhnya yang merasa malu melihat kelakuan Kenzie yang terlalu absurd.

"Yang salah ya Papa. Kenapa ngotot pengen punya anak diusia yang sudah lanjut," cibir Nabila.

"Loh kan mama gak nolak toh? Katanya pengen punya anak yang demen korea."

"Iya sih, tapi kan jarak usia Vian sama Kenzie jauh sekali, Pa."

"Gakpapa, biar nanti terlihat istimewa gitu loh."

***

Kenzie bersiul ria di depan gerbang sekolah. Hari ini dia mulai memperbaiki penampilannya yang awalnya bajunya tidak pernah rapi dan tidak memakai dasi berubah menjadi sangat rapi lengkap dengan dasi yang bertengger manis di lehernya. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 06.25 WIB. Menghela napas, Kenzie mulai gerah dengan apa yang ia pakai sekarang. Dia berpenampilan seperti ini bukan apa, hanya ingin terlihat berbeda dimata Papa Dara.

Apa yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kenzie tersenyum saat melihat Dara dari kejauhan.

Kenzie berlari menghampiri Dara.
"Hai, Dara. Selamat pagi." Kenzie mencium punggung tangan Edwin "Selamat pagi om," ucapnya setelah mencium punggung tangan Papa Dara.

My Angelman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang