"Fariz. Dara mau minum susu cokelat."
"…"
"Fariz, Dara haus."
"Tinggal minum doang! Dasar bodoh!"
Dara tersenyum menanggapi ucapan Fariz yang begitu kasar, sikap awalnya mulai muncul kembali, padahal tadi malam Fariz sangat sweet sehingga ia tidak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam.
"Hei kamu! Ngapain ikutan makan disini? sana ke dapur!" usir Ira tak suka melihat Dara ikut sarapan pagi.
Dara menggelengkan kepalanya, ia ikut sarapan karena Fariz juga ikut.
"Dara mau makan bareng sama Fariz.""Kamu siapa? Cuman numpang kan disini? Jadi gak usah sok-sokan mau makan bareng," ujar Vozi saat Dara tak kunjung pergi meninggalkan meja makan.
"Dara maunya sama Fariz" Dara menyentuh lengan Fariz, namun seketika itu Fariz langsung menarik lengannya menjauh dari Dara.
"Fariz kenapa? Dara sudah cuci tangan kok tadi."
Fariz mengambil susu cokelatnya dan langsung menumpahkan ke kepala Dara. Saat melakukan itu mata Fariz melotot menahan amarah. "MINUM ITU SUSU!"
Dara menatap ke arah Fariz, dengan sangat jelas ia melihat tatapan Fariz yang menatapnya dengan tatapan benci, sama seperti orang-orang disekitarnya yang menatapnya seperti itu. Mengapa Fariz berubah? Mengapa dia menjadi sama seperti orang lain.
"Fariz kenapa berubah? Kenapa Fariz menatap Dara dengan tatapan benci?"
"LO BERHAK DIBENCI SETIAP ORANG! GAK HERAN KENAPA GAK ADA YANG MAU TEMENAN SAMA LO! UDAH CACAT! BISU! NYUSAHIN LAGI!"
Fariz beranjak dari tempat duduknya, ia menyampirkan tas lalu berangkat duluan ke sekolah. Dara yang melihat itu tersenyum, mungkin saja Fariz lelah atau jengah dengan Dara yang selalu merepotkan.
"Bener-bener gila ya! Padahal diperlakukan seperti itu masih aja senyam-senyum," cibir Ira.
"Kalau mau sekolah sana cepat berangkat, gak usah makan. Lebih baik makanan ini saya buang daripada dikasih ke kamu," timpal Vozi.
Dara meninggalkan ruang makan dengan mendorong kursi rodanya sendiri. Kursi rodanya kali ini tidak secanggih sebelumnya, jadi ia harus berusaha lebih keras untuk menggerakkan kursi rodanya dengan keterbatasan yang ia punya.
"Di dunia ini gak akan ada yang mau sama dia, aku aja yang ngelahirin gak berharap dia ada di dunia ini."
"Aku aja ngeliat cara dia tersenyum sambil menepuk-nepuk kedua tangannya sangat jijik. Padahal gak ada yang perlu disenyumin," ujar Vozi mengeluarkan pendapatnya.
"Kenapa gak ikut Papanya meninggal sih. Kalau saja dia mati aku akan ngadain kenduri tujuh hari tujuh malam."
"Sebegitu bencinya kamu sama dia."
"Bener-bener benci. Kalau saja dulu aku tahu dia akan terlahir cacat, aku ingin sekali menggugurkan kandunganku waktu itu."
"Anak seperti dia emang gak perlu dikasihani, bukannya berguna malah nyusahin orang tua."
"Untuk saat ini dia sedikit berguna kok."
"Anggap saja dia anjing peliharaan."
Dara mendengar semuanya. Saat mereka berdua ngobrol tanpa ada rasa bersalah. Mendengar mamanya sendiri yang bicara seperti itu membuat hati Dara sangat sakit.
♡♡♡
"Lho, Dara kenapa sendirian?" tanya Kenzie saat melihat Dara berusah payah mendorong kursi rodanya menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angelman [END]
Teen Fiction[Angelman series 1] Aku ingin tau rasanya menangis. Aku ingin menangis saat suasana sedih. Aku ingin menangis saat disakiti. Adara Fredella Ulani adalah penderita angelman syndrome. Dia tak bisa menangis meskipun takdir hidupnya menyedihkan. Hanya...