"Dara gue turut berduka cita ya."
"Dara kan kuat, yang sabar ya."
"Papanya meninggal kok dia biasa aja ya?"
"Biasanya orang yang baru kehilangan mesti murung dan terlihat sedih. Tapi, kenapa Dara tersenyum cerah seperti biasa?"
"Aneh sekali."
"Gak usah heran guys! Mungkin dia ada kelainan jiwa," cibir Eriska.
Gelak tawa terdengar setelah Eriska mengucapkan hal itu. "Anak seperti dia gak pantas sekolah disini. Memangnya disini sekolah luar biasa?"
"Dara tidak gila. Dara hanya mengalami penyakit Angel___"
Brak
"BISA DIEM GAK SIH?" teriak Fariz dengan tatapan tajam.
Semua anak langsung kocar kacir menuju mejanya masing-masing sedangkan Eriska hanya bisa menundukkan kepalanya. Sebenarnya ia tak takut dengan Fariz, tapi saat melihat tatapan sekarang, nyalinya seakan menciut.
Fariz menatap tajam ke arah Eriska daritadi dia sudah berusaha bersabar, namun sekarang kesabarannya sudah habis. "SEKALI LAGI LO NGOMONG! HABIS LO!!"
Kenzie masuk ke dalam kelas. Dia kebingungan saat kelasnya terasa hening dan Fariz tampak murka. Pasti sudah terjadi sesuatu yang membuatnya marah. Mengabaikan itu ia melangkah mendekati Dara.
Sangat disayangkan memang diusia yang masih muda Dara sudah kehilangan cinta pertamanya di dunia. Tak ada yang bisa menebak takdir, siapapun di dunia ini pasti akan mengalami kematian, cepat ataupun lambat.
"Dara gakpapa kan? Kok sekarang_"
"Kalau udah kelihatan gakpapa ngapain pakai tanya!" sela Fariz dengan nada sinis.
Kenzie menghela napas panjang
"Gue lagi ngomong sama__""Gue punya mata, iya tahu kalau lagi ngomong sama Dara."
Sabar Kenzie sabar
"Kok tambah lama lo makin ngeselin sih?" dumel Kenzie tanpa sadar. Saking gregetan dan kesal dengan sosok Fariz. Tapi, Ngomong-ngomong kenapa Fariz bisa menjadi cerewet sekarang? Cerewet sih tapi sayang cerewetnya mengandung kata sinis.
Dara menatap ke arah Fariz lalu berganti ke arah Kenzie. "Kalian jangan bertengkar terus dong? Dara gak tega lihatnya."
Kenzie menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ya dia akui tidak paham dengan apa yang dimaksud Dara.
"Dara gue__"
"Ngapain gak tega? Gue gak perlu lu tegain."
Baik Kenzie dan teman-teman sekelas langsung menoleh ke arah Fariz. mereka semua terkejut saat mengetahui bahwa Fariz bisa mengerti bahasa isyarat.
"Kenzie kalah start nih."
"Ketika google translate gak bisa menyelamatkan abang Kenzie."
"Hebat si Fariz. Gue kira dia cuman tau melawan guru doang."
"Satu kosong slurr."
"Diam!" Fariz menatap satu persatu teman sekelasnya. Dia paling tidak suka dengan orang yang berbuat keramaian.
"Tolong, jangan bertengkar. Dara tidak apa-apa, meskipun kehilangan Papa, Dara masih mempunyai Dokter Vian."
"Lo masih punya gue," batin Fariz.
***
"Dokter Vian. Dara ada disini." Dara melambaikan tangannya agar Dokter Vian yang berada di gerbang sekolah mengetahui keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angelman [END]
Teen Fiction[Angelman series 1] Aku ingin tau rasanya menangis. Aku ingin menangis saat suasana sedih. Aku ingin menangis saat disakiti. Adara Fredella Ulani adalah penderita angelman syndrome. Dia tak bisa menangis meskipun takdir hidupnya menyedihkan. Hanya...